Selasa, 28 Juni 2016

Nafsu Birahi Citra 7

Nafsu Birahi Citra part 14 | Sebuah Perubahan


"Kamu jadi masuk hari ini dek...? Sluurrpp... Cup cup..." Ucap Marwan sambil menjilat dan mengecupi payudara istrinya.
"Ssss.... Iya mas... sshh...." Gelijang Citra manja.
"Emang memekmu udah mendingan...? "Tanya Marwan yang terus menjilati kulit tubuh mulus istrinya. Perlahan-lahan, ia bergerak turun, turun, dan turun menuju selangkangannya.

"Bukannya kata kamu kemaren, memek kamu masih perih...?" Katanya lagi sambil iseng, mengusap-usap klitoris lembut istrinya yang sudah membengkak merah.
"Sssshhh... Oooohhh... Udah agak mendingan sih mas... Walau kadang masih... Eehhhmmm... Anyang-anyanan..." Desah Citra keenakan sambil mengigit bibir, " Terus mas..."

"Makanya dek... Kamu kalo minum air putih jangan sedikit-sedikit...." Saran Marwan.
"Eehhhmmm... Ho'ooh.... Iya massss..."
"Biar kamu nggak gampang sakit kaya gini.... " Tambah Marwan lagi sambil menjilat vagina istrinya yang masih sedikit bengkak."Sluuurrpp...."
"Hooogggghhh... Masss.. pelan-pelan.." Erang Citra keenakan.

"Lagian aku heran deh... Kok tumben-tumbenan memek kamu sampe sakit dek...? Sampe-sampe jadi bengkak begini...?"
"Nggak tahu mas.... Wong namanya juga penyakit...."
"Iya sih .... Tapi nggak apa-apa dek... Itung-itung, kalo dilihat, lucu juga ya memek kamu .... Jadi gemuk begini.... Cupp cupp... Sluurrpp...."
"Wuuooh maaass... Geelliii...."
"Pasti makin sempit banget deh rasanya... Hehehe..."
"Iiiihhh... Mas Marwan.... Nggodain mulu deeeehh.. "
"Emang kenapa sih... Wong aku mau ngentotin istriku kok. Hehehe..."
"Udah ah.. Ayo buruan sodok memek aku sekarang mas... " Pinta Citra manja.
"Hehehe... udah nggak tahan yaaa...?"
"Uuuuuhhh... Mas Marwaaannn... Ayo mas.... Kontolin memekkuu..."

Segera saja, Marwan buru-buru bangkit dari posisi rebahan diselangkangan istrinya. Ia lalu bersimpuh dan menatap tubuh Citra yang telanjang bulat itu dalam-dalam.
"Kok malah diliatin sih maaasss....? Ayooo... buruan masukin...." Pinta Citra memelas.
"Kamu cantik dek..." Puji Marwan.
"Udah ah mas... Ayo entotin aku... " Kata Citra sambil meremasi sendiri payudaranya yang besar.
"Hehehe... Aku paling suka dek liat kamu kegatelan seperti ini.... Benar-benar seksi..."
"Seksi gimana....? Ayo cepetan maasss... " Pinta Citra memelas sambil memperlebar bukaan pahanya yang putih mulus, memamerkan lubang vagina gundulnya yang sudah merekah basah," Ayo mas... Aku udah gatal..."

"Memekmu memang cantik dek.... Nggak ada puas-puasnya aku ngentotinnya...." Kata Marwan sambil mengusap dan menarik-narik lembut bibir kemaluan Citra, "Mungkin tahi lalat ini ya dek, yang bikin kamu selalu pengen dientotin...." Tambah Marwan yang kembali mencucupi titik berwarna hitam yang ada di sebelah kanan klitoris istrinya itu.
"Uuuuuhhhh Mas Maaarwaaannn.... Buruaannn...."
"hehehehe... Iya iya... ayo siap-siap, buka memekmu lebar-lebar dek... Aku mau masukin kontolku ...." Kata Marwan yang kemudian mengarahkan batang penis kecilnya kevagina Citra, lalu menyodokkannya kuat-kuat.

JLEEEPP
Dalam posisi diatas tubuh Citra, Marwan menusuk vagina dalam-dalam. Mendiamkan sejenak, lalu menariknya lepas.

"Looh mas... Kok ga dimasukkin...?"
"Pemanasan dek.... Hehehe...." Kata Marwan yang lagi-lagi menusukkan penisnya dalam-dalam ke vagina Citra lalu mencabutnya kembali hingga lepas.
"Maaaaasssss....."
"Hehehe... Reaksimu persis kaya artis cewe di film-film bokep itu loh dek.... Kegatelan...."
"Ayooo massss.... Buruan tusuk.... Memek aku emang udah kegatelan..."

Melihat Citra sudah benar-benar tak mampu menahan birahinya, Marwan segera menusukkan penisnya dalam-dalam ke vagina istrinya itu.
Dan karena vagina Citra sudah benar-benar basah, Marwan dapat langsung membenamkan seluruh batang penisnya tanpa hambatan yang berarti.

PLEK
Suara paha Marwan menabrak selangkangan Citra.

"Aaaawwww.... Pelan-pelan mas.... Masih sakit..." Jerit Citra kesakitan.
"Hehehehe... Maaf maaf.... Maklum.. Udah lama ga ngentotin istri...." Canda Marwan
"Ya tapi khan... Nggak perlu kenceng-kenceng gitu kali mas... Khan saaakiiitt.. "
"Hehehehe... Iya iyaaa... Abisan kamu sekarang makin semok sih dek... Jadinya aku makin nafsu... Uh uh uh... " Sodok Marwan tanpa mengurangi kecepatan goyang pinggulnya.
"Iiiiihhh... Maaas... Kok bandel siiiihhh... Pelan-pelan maaass... Shhhh aaakiiitt..."
"Hehehe... Tahan bentar dek... Lama-lama juga nanti bakalan enak..."

"Sebentar lagi bakalan enak... " Mendengar ucapan suaminya barusan, entah kenapa Citra ingin tertawa. Bagaimana tidak, semenjak persetubuhannya dengan pak Utet, Seto, prawoto hingga Pak Darjo, penis Marwan dirasanya semakin tak menggugah selera sama sekali. Hambar dan hampir tak berasa. Seperti hanya menggelitik-gelitik dinding sempit vagina Citra saja.

Bukan karena vagina Citra sudah longgar, melainkan karena vaginanya sudah terbiasa menerima sodokan kasar penis-penis berukuran jumbo. Namun, supaya tak menyinggung perasaan suaminya, Citra sengaja berpura-pura setiap kali mereka bersetubuh.

"Ohhh... Massss... Enaaaakkk.... " Bohong Citra
"Baru ditinggal seminggu aja memekmu uudah berasa enak banget gini ya dek....?"
"Uuhh.. Pelan maaasss.... Kontolmu berasa dalem bangeeettt...."
"Dalem ya dek.. Uh uh uh...." Ucap Marwan semakin mempercepat goyangan pinggulnya.

Melihat suaminya yang begitu bersemangat membombardir vaginanya, tiba-tiba membuat Citra menjadi berasa bersalah. "Maafkan aku mas.... Aku telah membohongimu selama ini... Aku telah mengkhianati cintamu padamu... Aku telah mengingkari ikatan pernikahan kita..." Batin Citra.

"Tapi.... Semua ini kulakukan juga gara-gara kesalahanmu mas..." Bela Citra dalam hati, "Andai kamu selalu bisa memuaskan dahaga birahiku mas..."
"Andai kamu bisa lebih kuat lagi..."
"Andai kamu punya kontol besar...."

Entah mengapa, tiba-tiba, Citra teringat persetubuhan pertamanya dengan Seto.

"Besar Sekali kontolmu Set..." Puji Citra yang terus menerus membolak-balik batang penis yang ada di genggamannya. "Emang memek Anissa ga sakit ya kalo kamu sodok pake kontol segedhe ini...?" Tanya Citra lagi penasaran.
"Hehehehe.... Awal-awal dulu sih dia hampir seminggu nggak bisa jalan mbak...?"
"Maksudnya...?"
"Memeknya bengkak.."
"Serius...?"

"Iya... serius... " Jawab Citra dalam hati.
Benar sekali apa yang telah dikatakan oleh lelaki playboy itu dulu. Setelah Citra merasakan sodokan-sodokan brutal Seto beberapa malam kemaren, vaginanya benar-benar bengkak.

"Bengkak tapi enak...." Batin Citra sambil tersenyum-senyum sendiri.

Terlebih setelah Prawoto juga ikut-ikutan menghajar kedua liang pembuangan Citra dengan penisnya yang tak kalah besar, membuat istri Marwan itu sampai-sampai tak bisa jalan selama lebih dari 5 hari. Susah jalan, susah duduk, susah kencing, susah BAB.

"Perih...."

Bahkan saking perihnya, sampai-sampai Citra sama sekali merasa tak nyaman jika harus mengenakan celana dalam. Walhasil, beberapa hari ini ia hanya menganakan daster tanpa apa-apa lagi dibaliknya. Mulai dari beraktifitas dirumah, menyapu halaman, belanja ke warung, hingga kepasar, semua dilakukan Citra dengan tanpa mengenakan pakaian dalam sama sekali.

"Benar-benar sebuah pengalaman nakal yang tak akan kulupakan seumur hidupku..."

Beruntung, seminggu kemaren Marwan sedang berada di luar kota, sehingga apa yang Citra rasakan dan alami, tak sampai diketahui oleh suaminya itu.

"Sayang...???" Panggil Marwan dengan nafas terengah-engah sambil terus menggenjot vagina istrinya, " Kamu kenapa...? Kok melamun sambil senyum-senyum sendiri gitu...?"
"Ehh... Kenapa mas...? Anuu... Enggak kok.... Ssshhh... Oooouuugghhhh..." Erang Citra yang kembali tersadar jika ia sedang bersetubuh dengan suaminya. "Enak baaaanngeeeet maaasss..." Ucapnya buru-buru mengalihkan pikirannya yang melantur jauh, dan kembali menikmati persetubuhannya.

"Uuh...Uuh... Uuh...Memek tembemmu berasa enak banget dek.... Legit..."
"Ssshh.... Nikmatin aja maaas... Aku suka kalo kamu juga berasa enak.."
"Hehehe... Beruntung banget aku punya istri kaya kamu dek..." Kata Marwan tiba-tiba menghentikan sodokan penisnya. Ia menatap dalam-dalam wanita yang sedang ia setubuhi itu.

"Ssshh... Kok berenti nyodoknya mas..?"
"Kamu ternyata cantik banget dek... Makin cantik..." Kata Marwan lembut sambil menggerakkan pinggulnya dengan gerakan super pelan.
"Kamu kenapa Mas...? " Tanya Citra heran, " Kesambit ya...? Tumben romantis gini..? Hihihi..."
"Hehehe... Nggak kenapa-napa..." Ucap Marwan singkat," Aku baru sadar kalo kamu makin semok... Hahaha..." Kata Marwan yang tiba-tiba mempercepat tusukan penisnya ke dalam vagina Citra. Menghujamkan segenap kemampuannya.
"ihat nih tetekmu... Makin tumpah gini...." Kata Marwan sembari meremasi kedua payudara Citra, "Urat-uratnya sampe kelihatan semua.... Montok abis...."
"Ah masa sih mas...?"
"Iya... trus liat nih pinggul dan pantatmuu.. Makin bulet juga...."
"Hihihihi... Iya ya... Mungkin karena aku makin banyak makan kali ya...?"
"Hehehe.... Punya bini kaya kamu mah harus sering ditidurin ya dek... " Ucap Marwan yang langsung mengangkat kedua kaki Citra, dan meletakkan pergelangannya di pundak. Lalu, tanpa basa-basi, ia langsung menggempur vagina Citra kuat-kuat.

CLOK CLOK CLOK
Suara persetubuhan mereka mulai menggema ke seluruh penjuru kamar tidurnya.

"Uuuuhhh... Oooohhh... Oohhh.... Enaaak bangeet kontolmu maaasss..." Erang Citra, "Terrruusss..." Kata Citra keenakan. Melupakan aktingnya, dan mulai merasakan nikmatnya penis kecil suaminya.

Walau penis Marwan berukuran kecil, entah kenapa persetubuhan kali ini agak berasa agak berbeda dari biasanya. Marwan mulai bisa bersetubuh lebih lama. Sehingga perlahan, gelombang birahi Citra mulai berdatangan.

CLOK CLOK CLOK

"Ssshh... Maaaassss.... Kamu hari ini kuat bangeeeet maaasss... Ennnaaaakkkk...." Erang Citra keenakan. "Eeentotin aku teruuusss maaassss.... Puasin akuuu....."
"Uh... Uhhh... Uhhh.... Iya dekk.... Mas pasti bikin kamu puuaasss...."
"Iya gitu mas... gitu... sodok memek adek kuat-kuat masss... Sodoook teruuusss...." Jerit Citra mulai mengimbangi goyangan pinggul Marwan. "Terus maaasss.. enaaaakk.... "
"Uh...uh...uh...." genjot Marwan kuat-kuat. Menghantamkan pahanya keras-keras ke selangkangan Citra

Mendadak, Citra merasakan akan orgasmenya. "Aku mau keluar maass... Sodokin kontolmu terus masss.. sodok teruuusss.... aku mau keluuuuaaarrr...."

Namun, entah apa yang terjadi, tiba-tiba goyangan Marwan berhenti sama sekali. Matanya terpejam, dan otot-otot pahanya mengeras. Tubuhnya bergetar hebat.

CREET CREEET CREECEEEET

Marwan orgasme. Penisnya memuntahkan lahar kenikmatannya kedalam vagina Citra. Dan seketika itupula, Marwan langsung ambruk. Menimpa tubuh Citra yang masih menggoyang-goyangkan pinggulnya, berharap dihadiahi orgasme dari suaminya.

"Hhhh...hhhh....hhhh...." Suara nafas Marwan terengah-engah dan detak jantungnya terasa begitu cepat.

Melihat suaminya yang seperti habis melakukan marathon, sepertinya Citra harus membuang jauh-jauh harapan untuk mendapatkan orgasmenya.

"Yah maaas... Kok udahan sih... Khan aku belum keluar...???!" Gerutu Citra ketus.
"Hhhh... Hhhh.... Aku nggak kuat lagi dek... Hhhhh...Hhhh...... Empotan memekmu bikin aku ga tahaaann... Hhhhh.. Hhhhhh...."
"Hadeeehh..... Maaasss Maaasss.... Makanyaaaa.... Punya kontol tuh dilatih.... Jangan bisanya cuman muntah-muntah melulu...." Ketus Citra sewot sambil mendorong tubuh Marwan kesamping. Membuat penis kecilnya langsung terlepas manja dari vaginanya.

PLOP

"Hhh...Hhhh...Tapi... Masih tetep cinta khaaan??? Hahahaha..." Canda Marwan sambil mentowel dagu Citra, mencoba mencairkan suasana hatinya.
"Huuuuuu.... Cinta sih.... Tapi terpaksa....." Jawab wanita cantik itu sambil beranjak pergi kekamar mandi, meninggalkan Marwan yang mulai tertidur nyenyak karena kelelahan. Sambil membawa handphone, Citra mulai mengetikkan pesan yang sempat tertunda.

"Seto, jadi jalan sekarang...?" Ketik Citra singkat.
"Yaudah yuk, aku sudah ada didepan daritadi..." Balas Seto.
"Kok ga ketuk pintu aja sih....?"
"Pengennya gitu, tapi ada yang sedang ehem-ehem, jadinya ditunda dulu..."
"Hihihi...Kedengeran ya...?"
"Pasti enak tuh..."
"Enak sih.... Tapi KURANG..." Ketik Citra gemes.
"Mau aku tambahin...? hehehe..." Tanya Seto sangat berharap
"MAU BANGEEETTTT...."

***

Hari berganti hari, minggu terlewati tanpa terasa, dan bulan entah mengapa terasa begitu cepat merubah nama. Kebinalan Citra pun semakin menjadi-jadi dan susah untuk berhenti. Entah sudah ke berapa banyak pria, Citra meminta pelampiasan nafsu birahinya.

Seto tetangga samping rumah, Pak Darjo si pemilik rumah kontrakan , hingga Pak Utet si cleaning service, selalu rutin membantu wanita molek itu untuk memberinya jatah kenikmatan setiap kali Citra memintanya. Walau kadang Citra mengalami keterpaksaan ketika mereka meminta pelampiasan nafsu, namun itu bukanlah sebuah masalah yang cukup berarti.

Sering kali, Citra juga sengaja mengunjungi Prawoto seorang diri. Sekedar untuk menginap atau rekreasi. Yang jelas, ketika ia kesana, istri Marwan itu minta tuk disajikan hidangan kenikmatan kepada pemilik warung sate itu dikala suaminya tak pulang beberapa hari. Bahkan, lebih jauh lagi, sekarang Citra sudah menjalin hubungan kerjasama dengan Pak Usep, Kepala Desa tempat Prawoto tinggal sehingga turut membantu perputaran ekonominya. Dengan alasan melebarkan bisnis pertanahan suaminya, Citra pun tak lupa melebarkan pahanya untuk sekalgus mendapatkan nikmat dari lelaki tua atau ketiga ajudannya itu.

"Toh aku ga rugi... Toh aku selalu mendapat bayaran... Toh aku bisa mendapatkan kenikmatan... Toh aku puas... " Dalih itulah yang selalu Citra jadikan sebagai dalih, setiap kali ia melakukan perselingkuhan, "Toh Mas Marwan hingga saat ini juga tak pernah sempat memberikan diriku pelampiasan nafsu yang maksimal..."


***

"Kenapa Mas...?" Tanya Citra ketika mendapati suaminya berkali-kali menatap tajam kearah dirinya.
"Ennnggg.... Nggak kenapa-napa kok..." Jawab Marwan sambil tersenyum.
"Iiihhh... Kenapa mas...?"
"Hmmm... Jangan marah yaa...?"
"Marah kenapa....? Emang kamu melakukan kesalahan...?" Tanya Citra ketus.
"Enggak... Salah apa..? Bukan itu... Sayang..." Jawab Marwan mengklarifikasi, "Kayaknya ada yang beda ama kamu deh Dek.....?"
"Beda...? Beda apanya ya...?"
"Hmmm.... Kayaknya.... Jangan marah ya... Kayaknya kamu .....keliatan agak gemuk...."
"Haaa... Agak gemuk....?"
"Iya.... Lihat aja tuh.... Lenganmu makin padat... Pipimu tembem.... Tetek ama pantatmu... Makin, wah nggak perlu disebut...."

Sambil melihat kearah cermin yang ada di lemari baju, Citra memutar-mutar tubuh semoknya, mencari tahu sebab suaminya berkata seperti itu.
"Hmmm... Bener juga ya mas..." Jawab Citra, "Tetek aku makin tak tertampung..."

"Iya Dek.... Dan lagi.... Perut kamu tuh.... Mirip orang hamil...."
"Haa....? Haaaamiiilll...???"

Nafsu Birahi Citra part 15 | Kehamilan Pertama


"Hhoooeeek... Huoooeeekkk... Cuh... "
"Deeek... Deeek... Ayo buka pintunya Dek... " Seru Marwan sambil terus menggedor-gedor pintu kamar mandinya, "Deek... Kamu nggak apa-apa Dek..??"
"Huoooeekk... Huuuooooweeeeekkk...."

Berulangkali, perut Citra berkontraksi hebat, memuntahkan semua isi perutnya kedalam lubang toiletnya.
"Aku nggak kenapa-napa Mas..." Ucap wanita cantik itu sambil berulang kali mengucek-ucek mata bulatnya. Seolah tak percaya pada hasil yang tertera pada alat yang berada di tangannya.

Matanya menatap tajam alat berbentuk kotak panjang mirip thermometer digital dengan jendela info di tengah gagangnya.

"Dua garis... Itu artinya.... Positif... " Ucapnya dalam hati, "Itu artinya... AKU HAMIL..." batin Citra lagi sambil mencoba mengingat-ingat, benih siapa yang telah berhasil membuahinya.

Semua perasaannya bercampur menjadi satu, antara senang, bingung, takut sekaligus bangga. Senang karena pada akhirnya Citra mengetahui jika ia ternyata bukanlah wanita mandul. Bingung karena ia sama sekali tak mengetahui benih siapa yang berhasil membuahinya.

Memang semenjak pertengkaran hebat dengan Marwan beberapa bulan kemarin, Citra sering kali melakukan perselingkuhan dengan banyak lelaki. Perselingkuhan yang mengandung unsur seks, persetubuhan, dan kenikmatan birahi. Perselingkuhan yang semua dilakukan atas dasar saling membutuhkan, saling suka, dan saling nafsu.

Pak Usep, Seto, Pak Darjo, Prawoto, Pak Yusup, Pak Panjul, Pak Kades, dan ketiga orang ajudannya. Projo, Kirun dan Diki. Semua lelaki itu dengan bebas dapat menyetubuhi Citra semau mereka. Dan yang terparah, kesemua lelaki itu melakukan hubungan suami istri dengan tanpa pengaman sama sekali.

Bahkan setiap kali lelaki-lelaki itu ejakulasi, mereka membuang benih-benih kejantanan mereka di dalam rahim istri Marwan. Tanpa kecuali.

"Aku bisa hamil....?" Ucap Citra pada dirinya sendiri, "Aku tak percaya jika aku bisa hamil..."

"Deeekk...? Ayo dong buka pintu kamar mandinyaaa...."Pinta Marwan lagi sambil terus-terusan menggedor pintu kamar mandinya.

CKLEK
Tak lama Citra pun keluar dari pintu kamar mandi dengan wajah yang basah akan air mata.

"Mas Marwan..."
"Loh... Dek... Kamu kenapa...? Kok nangjs..?" Tanya Marwan sambil memeluk tubuh telanjang Citra. "Badanmu hangat dek... Kamu sakit ya...?"
"Mas..."
"Kita kedokter yuk Dek... Kita harus periksain badan kamu..."

" Mas Marwan.... "
"Aku... Aku hamil...."


***

TOK TOK TOK... DUK DUK DUK... KLANG KLANG KLANG....

Suara bising pembangunan, tak henti-hentinya terdengar begitu nyaring hingga masuk kedalam ruangan periksa. Maklum, pembangunan dengan budget alakadarnya, membuat proses pengerjaan klinik tersebut harus diselesaikan secepat mungkin.
DUK DUK DUK... TOK TOK TOK...

"Hmmmm.... Mari Bu....Silakan... duduk di kursi periksa... Permisi ya bu..." Kata dokter, sambil menempelkan stetoskop ke dada Citra yang sudah tak tertutup dress model kemejanya. " Coba tarik nafass Bu... Yaakk... Hembuskan...." Tambah dokter kandungan yang kerja di klinik bersalin didekat rumah.

Beno Suhendi, dokter 40 tahunan yang bekerja di klinik kandungan dekat rumah kontrakan Citra. Dokter dengan wajah tampan dan senyum menawan itu sengaja Citra pilih diantara dokter kandungan lain karena selain dia sudah cukup pengalaman, juga dapat terbilang cukup telaten dan memberi banyak informasi. Walau harganya cukup mahal diantara dokter-dokter lain, entah mengapa, begitu Citra melihat penampakan dokter tersebut, hatinya langsung cocok dan tak ingin mencari-cari alternatif dokter lain.

"Hiii... Dingiiiinn Dok.... Hihihi...." Desah Citra sambil menggigil ketika besi bulat itu berulang kali menempel dan berpindah-pindah pada payudaranya.
"Demamnya cuman gara-gara Ibu terlalu kecapekan Pak... " jelas Dokter Beno menarik kesimpulan.
"Gitu ya Dok....? Lalu kandungan istri saya gimana Dok...?" Tanya Marwan
"Nah... Untuk itu... Saya harus periksa istri bapak lebih jauh lagi...."

"Periksanya gimana Dok...?" Tanya Citra mencari tahu.
"Ya periksa USG Bu.."
"USG...?"
"Iya Bu... USG... " Jelas Dokter Beno sambil tersenyum, "Sepertinya... Ibu baru pertama kali datang ke dokter kandungan ya Bu....?" Tanya dokter Beno sambil memamerkan deretan gigi putihnya.
"Hmmm.... Emang kenapa Dok..? Kelihatan ya...?"

Dokter Beno hanya tersenyum

"USG itu khan yang memeknya disodok-sodok pake tongkat itu khan Dok...?" Tanya Citra lagi.
"Iya Bu..."
"Sakit nggak Dok...?"

Lagi-lagi dokter Beno hanya tersenyum

"Maafin istri saya ya Dok... Dia dari kampung,... " Sela Marwan, "Jadi Dokter harap maklum ya kalo dia agak Bawel... Nanya-nanya melulu..."
"Ahh...Nggak apa-apa.... Justru saya suka sekali jika pasien saya agresif... Hehehe.... "
"Weew... Agresif.... Awas loh Dok kalo kegigit... Hihihi..." Canda Citra, "Iya Dok... Ini pertama kalinya.. Seumur-umur, saya belum pernah dateng ke dokter buat periksa kandungan..."
"Iya.. Tidak apa-apa. Semua hal pasti ada awal permulaannya...."

Ruangan kerja dokter Beno berbentuk kotak, dan terbagi menjadi dua bagian. Sebelah kiri, berisikan meja konsultasi, kursi, tv 32 inch, lemari obat dan rak peralatan kedokteran. Sedangkan sebelah kanan berisikan kursi dan meja periksa, rak, serta mesin USG. Kedua sisi, dibatasi oleh sebuah tirai yang dapat digeser buka tutup untuk menjaga privasi pasien jika mereka malu.

"Tapi sebelumnya, saya harus minta izin terlebih dahulu nih Pak..." kata dokter Beno sambil berulang kali menatap Citra dengan pandangan aneh. Tatapan seorang pria yang seperti tak pernah melihat wanita cantik sebelumnya.
"Ijin....? Ijin gimana Dok...?"
"Yaaa.... Ijin supaya saya diberi kepercayaan untuk memeriksa kandungan istri bapak..."
"oooowww... Ituuu... Iya... Tidak apa-apa Dok... Saya ijinin kok....."

"Baik, terima kasih pak... Sekarang ibu silakan naik ke meja periksa.... " Pinta dokter tampan itu, "Tapi sebelumnya, tolong lepas kancing dressnya ya Bu..." Tambahnya lagi, "Eh iya... Sekalian juga ama celana dalamnya ya.... Dilepas dahulu..." Tambah dokter Beno sambil menelan ludah.
"Haaa...? Dilepas Dok....?" Tanya Marwan
"Betul Pak... Dilepas.... Hanya dengan cara seperti itu saya bisa memperiksa kandungan istri bapak..."

Lagi-lagi, dokter itu melirik kearah Citra, menatap tajam kearah vagina wanita cantik itu.

"Hmmm....Gimana Mas... Boleh nggak....?" Tanya Citra.
"Hhhmmm... Mau gimana lagi dek... Yauda deh... Silakan aja deh Dok..." Jawab Marwan dengan wajah kurang setuju akan permintaan dokter ganteng itu. "Dengan melepas celana dalam, berarti dokter itu bisa melihat memek istriku donk..." gerutunya dalam hati.

"Baik ibu... Silakan lepas celananya.... Lalu berbaring di meja periksa... " Pinta dokter Beno sekali lagi, sambil tersenyum penuh kemenangan.
"Lepas celananya Disini Dok...?" Tanya Citra berusaha melucu guna menutupi rasa malunya.
"Enggak Dek... Diluar sana... " Celetuk Marwan "Di trotoar pinggir jalan sana..."
"Yeee. Mas... Malu ah... " Canda Citra yang berusaha memecah kekakuan yang ada pada hati suaminya sambil melepas sisa kancing yang ada di depan dress kecilnya.

"Wwooowww... Seksi sekali tubuhmu Citraaaaa...." Ujar Dokter Beno dalam hati dengan mata yang tak pernah lepas menatap lekuk tubuh istri Marwan itu. Terlebih ketika Citra mulai melepas, sisa kancing dress kecil mini itu satu persatu, Dokter Beno seolah menjadi patung karena belahan payudara besarnya mulai terlihat

"Teteknya... Besar sekali..." Sambung Dokter Beno sembari terus melirik kearah belahan payudara putih besar Citra yang terperangkap dalam kain bra sempit miliknya. Dengan kulit berwarna putih mulus, bra merahnya terlihat begitu kontras. Semakin menonjolkan kebesaran gundukan payudara yang ada ditangkupan cupnya.

Hal serupa, juga dirasa oleh Marwan. Walau lelaki itu sering sekali melihat Citra membuka baju hingga telanjang bulat, entah kenapa ia merasakan sebuah perasaan aneh ketika melihat Citra membuka pakaiannya dihadapan orang lain.

Melihat wajah ayunya, leher jenjangnya, payudara besarnya, perut buncitnya hingga, kaki licinnya yang tanpa rambut sehelaipun, membuat Marwan mulai terangsang. Walau isttinya belum telanjang bulat, Darah birahinya mulai bergejolak.

"Emang mas rela ngeliat aku buka celana dipinggir jalan...?" Goda Citra manja sambil menyelipkan kedua jempol tangannya di tepi celana dalam biru tipisnya. Siap-siap untuk menurunkan celana dalamnya.
"Ntar kalo ada yang pengen ngisengin aku gimana Mas...?"
"Yaudah dek... Ladenin ajah.... Biar dia seneng... Hehehe... " kata Marwan tertawa sambil terus menatap gerak-gerik istrinya

"Hehehe... Seneng ya hubungan kalian... Becanda'an mulu... Seperti jaman masih pacaran aja..." Celetuk dokter Beno, "Eh iya... Dibelakang tirai ini ada toilet Bu... Kalo mau melepas celana disana juga boleh... Saran dokter Beno

"Hmmm.. Aku buka celana disini aja ya mas... Tanya Citra kepada suaminya " Toh ntar juga diliat-liat ama dokter hihihi... "
"Yo terserah kamu dek... Wong itu memek-memek kamu ini..."
"Hihihi.... Iya Dok saya lepas celana disini aja..."

Begitupun dengan dokter Beno. Walau sudah sering melihat banyak wanita telanjang bulat, namun entah mengapa ia tak dapat menahan nafsu birahinya ketika melihat kecantikan dan kemolekan Citra. Terlebih ketika wanita cantik itu mulai mulai membungkukan badan sambil satu persatu menaikkan kaki jenjangnya melewati lubang celana dalamnya, mampu membuat celana dalamnya mendadak sempit.

"Citra Agustina... Kamu wanita yang benar-benar sempurna..." Kata dokter Beno dalam hati.

"Naaah... Dok... Celananya udah saya lepas... " Kata Citra, "Bisa saya letakkan dimana ya Dok...?"

"Citra Agustina... Cantik banget kamu Bu... Tubuhmu molek dan sangat menggiurkan.... " Batin dokter Beno sambil berulang kali melihat kearah tubuh stri Marwan itu dari ujung kaki hingga ujung rambut.

"Kakinya Panjang... Putih dan mulus... Pahanya juga ramping... Pantatnya semok... Pinggangnya mungil... Dan teteknya... ASTAGA.... Besar sekali..."

"Eh Dok...? Kok malah ngeliatin aja... Ini celana dalam saya mau ditaruh mana..?"
"Di... Ditaruh pinggir aja disitu Bu... " Tunjuk Dokter Beno yang tak henti-hentinya mencuri pandang ke arah vagina Citra.
"Dook.... Ayo... Yuk...."
"Ayo... ?"

"Katanya mau periksa memek saya..." Tambah Citra santai meletakkan pantat bulatnya diatas meja periksa.

"Eh iya... Maaf Bu... Saya lupa... Hehehe...." Jawab Dokter Beno
"Yaudah... Ayo buruan Dok... Silakan periksa...."
"Ba... baik bu... " Kata dokter Beno gugup, "Sekarang ibu berbaring disitu dulu..."

Karena Citra baru pertama kali datang ke dokter kandungan, ia merasa bingung dengan ranjang periksa di klinik itu. Ranjang tersebut tak sepanjang ranjang periksa seperti yang ada di rumah sakit pada umumnya. Panjangnya hanya sebatas pantat dan dikanan kirinya terdapat bantalan cekung yang diletakkan lebih tinggi dari pada permukaan ranjang.

"Rebahannya gimana Dok...? Kok kaki saya menjuntai gini...?" Bingung Citra.
"Sebentar ibu... " Kata dokter Beno yang langsung mendorong pundak Citra mundur. "Ibu rebahan dulu seperti ini... Lalu kaki ibu diletakkan disini... " Tambah dokter Beno yang tanpa meminta ijin Citra lalu menaikkan betis istri Marwan itu tinggi-tinggi dan meletakkannya pada bantalan cekung yang ada disamping kanan kiri ranjang periksa.

"Busyeeeettt.... Ini kuliiiiittt... mulus baaangeeettt....nggak ada rambutnya sedikitpun... " Kata Dokter Beno ketika tangannya menyentuh betis Citra, "Beruntung bener si kampret ini punya istri sesempurna Citra..." sungut dokter Beno pada Marwan.

"Oooohh.... begini toooh gunanya ini ranjang...." celetuk Citra.
"Hehehe... Nyaman khan bu...?" Tanya dokter Beno yang kemudian mengusap perlahan kaki Citra sambil tadi tak henti-hentinya menatap kearah vagina gundul istri Marwan itu.

"Astaga itu memek... Bisa bening mulus begitu siiihhh... Kaya memek anak kecil....?" batin dokter Beno sambil berkali-kali menelan ludah.
"Pasti rapet banget tuh kayaknya..."
"Kontolku pasti bakal berasa nikmat sekali kalo sudah menusuk memek legit itu..."

"Dok...? Dokter....?" Kata Citra sambil melambai-lambaikan tangannya kearah wajah Dokter mesum itu. "Jadi periksa memek saya nggak...?"
"Hmmm....Sebentar ya ibu... Saya mau mempersiapkan peralatannya dulu. Kata dokter Beno sambil pergi kekamar kecil disamping ruang periksa.

Seperginya Dokter Beno kesamping ruangan, Marwan segera saja menyerbu istrinya yang masih saja mengangkang ppasrah.
"Wuuuiiihh deeeekk.... Posisimu kok vulgar gitu yak...? Hehehehe...." Celetuk Marwan yang kemudian berpindah ke bagian vagina Citra dan mengamati liang senggama istrinya sambil bercanda, "Memekmu jadi keliatan jelas merekah gini dek..."
"Yah abis mau gimana lagi mas... Wong posisi ranjangnya juga aneh gini.... hihihi..."
"Wah... Enak banget ya jadi dokter kandungan... Bisa melihat memek banyak wanita...."
"Ah... Kalo ngeliatin memek wanita doang mah nggak seru mas..."
"Laaah.... Trus yang seru apa dong...?"
"Yang seru mah bisa nidurin banyak wanita... Ngentotin banyak memek....Hihihi...."
"Wooo... Lambemu dek... Nakal banget... "

"Uuuuhhh... Pak dokter Marwan... Ayo dooong pereksa memek akuuu...." Goda Citra tiba-tiba berakting menjadi wanita murahan sambil menggoyang-goyangkan pinggangnya kekiri dan kekanan.
"Eh.. Iya... baik ibu... Saya mau periksa dulu " Canda Marwan membalas godaan istrinya, sambil buru-buru mengenakan stetoskop dan mulai memeriksa tubuh istrinya. "Ayo Bu... Buka memeknya... Biar saya periksa dulu.....Hehehe....." Canda Marwan yang lalu menempelkan stetoskop itu ke depan vagina Citra.

"Uuuuhhh... Mass.... Kamu seksi banget deh kalo jadi dokter.... Memekku jadi horny..." Kata Citra genit, "Eh mas... mumpung pak dokternya lagi nggak ada... kita ngentot dulu yukkk...." Ajak Citra sambil bangkit dari rebahannya dan meraih tubuh suaminya mendekat.
"Huuushh... Nakal banget kowe dek...Hehehe...."
"Ayo mas... secelup dua celup dulu...." Kata Citra yang lalu dengan sigap meraih sabuk Marwan dan mulai membukanya cepat.
"Heeeehh.... Udah-udah... Ntar malah ketahuan loh...."

"Uuuuhh.. maaasss.... ayo laaahhh...." Pinta Citra.

Melihat istrinya yang sudah begitu terangsang, mau tak mau membuat otak mesum Marwan bekerja juga.

"Gini aja yaaa..." Kata Marwan yang tiba-tiba menurunkan tubuhnya sejajar dengan tinggi vagina Citra, lalu tanpa aba-aba, ia menusukkan jari telunjuknya ke lubang vagina Citra

CLUP...

"Uuuuhhh... Masss... Kok pake jari siihh....? Sssshhh.... Pake kontol kamu aja maass.... "
"Hehehe... Gini aja dulu deek.... " Kata Marwan yang kemudian menambahkan menusuk vagina Citra dengan jari tengahnya "Ntar kalo udah selesai preksa... Baru deh mas gedel-gedel memek nakalmu ini pake kontol....."
"Uuuhhh ayo mas... Sekarang aja... Ayo kontolin memekku Mas..." Pinta Citra terus menarik suaminya supaya segera berdiri dari posisi jongkoknya. "Ayo mas.. kontolin aku... Buruaann...."
"Hehehehe.. nggak ah... Gini aja... SLLUURRPPP...." Goda Marwan sambil mulai menjilati vagina Citra. "Udah basah kamu ya dek... hehehe.... SLUUURRPPP...."
"Hihihi.... Ampun maaas.. ampunnn... geli..."
"Hehehe... Bodo ah.... Aku khan pengen ngehukum istri nakalku... Hehehe..."
"Ampun masss... Geli... Stop stop... Hihihihi...."

"Ehheeemmmm.... " Tiba-tiba, entah sejak kapan, Dokter Beno sudah berada di dalam ruangan periksa itu lagi.

"Eh Mas... Ada pak dokter tuh... " Kata Citra kaget
"Eh... Dokter... Maaf Dok... " kata Marwan yang tak kalah kagetnya.

"Hahaha... Nggak apa-apa kok pak... Silakan aja loh kalo mau diterusin dulu..." Kata dokter Beno santai, "Saya bisa nunggu kok...."

"Hehehe.... Nggak kok Dok... Saya sudah selesai ini..."Hehehe" Kata Marwan menahan malu sambil mengusap mulutnya yang belepotan cairan vagina Citra.
"Maafin suami saya Dok... Memang dia orangnya mesum gitu... Hihihi..." kata Citra dengan wajah yang juga memerah malu.
"Hahaha.... Nggak apa-apa Bu.... " Kata dokter Beno, "Saya pikir sih wajar-wajar aja, kalo Bapak berbuat seperti itu.... Wong Ibunya sendiri juga cantik banget... Mana seksi juga.... Ya khan pak...?"
"Ah dokter bisa aja... " Ucap Marwan malu-malu sambil ngeloyor menjauh, dan melepas stetoskop yang ada dilehernya.

"Jadi Dok...?" tanya Citra ragu-ragu.
"Yaaa...?"
"Gimana ya....? Jadi nggak pereksa mem...."
"Ooohh... iya... Saya hampir lupa... Hahahaha.... " jawab dokter Beno sambil menepuk jidatnya, dan buru-buru berjalan mendekat kearah Citra yang sudah pasrah tiduran di meja periksa.

"Jadi.... Untuk pemeriksaan kandungan, pada awalnya diperlukan pemeriksaan yang bener-bener akurat..." Jelasnya, "Oleh karenanya, nanti vagina ibu akan saya masukkan sebuah alat yang bisa menganalisa kandungan ibu..."

"Alat USG itu ya Dok....?" Tanya Citra sambil menunjuk tongkat USG yang ada di tangan Dokter Beno.
"Benar Bu... Nah.... Dengan alat ini... Saya bisa tahu kondisi kandungan ibu Citra...." Jelas Dokter Beno sambil memperlihatkan benda yang ia maksud.
"Hihihi.."
"Loh... Kok kamu malah ketawa dek...?" Celetuk Marwan yang masih memperhatikan penjelasan dokter Beno dari kursi konsultasinya.
"Alatnya lucu mas... Mirip kontol... Hihihi..."
"Hush... Dek Citraa...! Maafin istri saya ya Dok... Memang mulutnya rada-rada somplak gitu deh...."

"Hahaha.... Tidak apa-apa pak... Saya sudah terbiasa mendengar hal-hal lucu seperti ini kok... " Kata Dokter Beno memaklumi, "Baiklah... Saya mulai pereksa ya Bu...
"Iya Dok..."
"Silakan buka pahanya lebar-lebar Bu..." kata Dokter Beno yang lalu mengeluarkan sebuah tube berisikan pelumas dan mulai melumuri tongkat USG yang ada ditangannya

Perlahan, dokter Beno juga mulai mengusap perlahan bibir vagina Citra dengan gerakan memutar. Tak lupa, dokter Beno juga memberikan pelumas pada lubang vagina Citra, supaya memudahkan tongkat USGnya ketika menusuk masuk.
"Tahan sedikit ya buu..."
"Eeehhmmmmmhhhh... " Jawab Citra sambil mengangguk pasrah.

Dengan jemari tangan kirinya, dokter Beno mulai menyibakkan bibir vagina Citra lebar-lebar, lalu dengan tangan kanan dokter itu mulai menusukkan tongkat USGnya pelan.

"Uhhhh... Dokk... " Desah Citra sambil menggigit bibir bawahnya.

Seketika, Citra mengalami perasaan aneh sekaligus lucu.
"Ooohh.... pelan-pelan Dok...." Desahnya lirih.

Dengan cekatan, jemari Dokter Beno terus menyibakkan bibir liang kenikmatan Citra kekiri dan kekanan. Sehingga menyebabkan klitoris Citra secara otomatis menonjol keluar.

"Astagaaaa.... Seger banget ini memek..." Batin dokter Beno sambil terus mencoba mengupas bibir vagina Citra lebih lebar lagi, "Itilnya juga udah menonjol keras.... Pasti Citra masih horny akibat ulah suaminya tadi...."

"Eeehmmmm.... Dok...." Desah Citra.
"Ya.... ?"
"Pelan-pelan masukinnya Dok.... Eeehhmmm...."

"Benar.... Citra horny...." Kata dokter Beno yakin,"Memeknya juga udah makin basah...."

Melihat pasien yang ada dihadapannya sudah sangat terangsang, sering kali dokter Beno berpura-pura tak sengaja untuk menyenggol biji klitoris Citra. Akibatnya, tubuh Citra berulang kali terlihat menggigil pelan. Kedua alis Citra juga terlihat berkerut, antara menahan malu sekaligus nikmat.

SLEEEPP

"Naahh... alat USGnya udah masuk ibu..." Kata dokter Beno
Uhhhh... Udah ya Dok...? Rasanya kok aneh banget yaa..???
Hehehe... Kalo baru pemeriksaan yang pertama kali, memang rasanya seperti itu Buu... Nanti kalo udah pemeriksaan selanjutnya, alatnya sudah berbeda lagi.

"Pak Marwan...? Bapak mau melihat kesini atau disana saja pak...?" Tanya dokter Beno basa-basi sambil bergerak kesamping tubuh Citra dan mensetting mesin USG yang ada di dekatnya. Membuat hasil periksa USG itu bisa langsung terpampang jelas di televisi yang ada di dekat meja kerjanya.

"Hmmm.... Sepertinya disini aja deh Dok.... Biar jelas liat kandungan istriku ditivi..."
"Oke lah kalau begitu.... "Kata Dokter Beno sambil menutup tirai periksanya dari ujung ruangan periksa hingga sebatas leher Citra saja.

Tirai periksa klinik itu sengaja didesain untuk hanya menutup bagian tubuh dari leher hingga kaki saja. Sehingga walaupun bagian bawahnya sudah tertutup rapat, tirai itu tak menutup bagian kepala. Selain supaya privasi pasien dapat terjaga, juga supaya pasien dapat melihat kearah televisi sekaligus pendamping yang ada di area meja konsultasi.

"Tunggu disitu dulu ya masss..." Kata Citra sambil tersenyum genit kepada suaminya.
"Bu Citra... Saya lanjutkan lagi ya...?" Ijin Dokter Beno yang kemudian ia memutar-mutar tongkat USG dengan tangan kanannya dan mensetting mesin USG dengan tangan kirinya.

"Ehhhmmm... Mas... " Panggil Citra.
"Yaa...?"
"Rasanya kok...? Eehhhmmm..." Desah Citra ketika ujung tongat USG itu mulai menyeruak semakin dalam ke liang vaginanya.
"Kenapa dek...?"
"Anu Mas... Itu... Batangnya dokter mas... Kok berasa dalem banget ya nusuknya... .Hihihi... " Ucap Citra kegelian sambil menggoda suaminya yang ada dibalik tirai, "Ooouuugghh....Ssshhh.... Doook...." Desah Citra lagi saat merasakan goyangan tongkat USG pada liang senggamanya.
"Geli ya Dek....?"
"Ho'oh mass... Ssshh....." Desah Citra sambil berulang kali mengangkat pantatnya sambil kedua tangannya mencengkram pinggiran kasur dengan erat.

"Pelan-pelan Dok... Geli...."
"Rileks aja Bu... santai..." Saran dokter Beno sambil tersenyum mesum melihat pasien yang ada didepannya menggeliat-geliat keenakan.
"Oohhh doook... Kok memek aku malah diremes-remes gitu sihh.... Geli dook..." Desah Citra genit.
"Geli apa enak Bu...? Hehehe..." Canda dokter Beno yang tanpa meminta ijin Citra, mulai memijat-mijat lagi dinding vagina Citra guna membuat otot vaginanya riileks. "AYo terusin desahannya Bu...Ibu cantik deh kalo lagi begitu... Hehehe... "Goda dokter Beno semakin berani.
"Iihhh dokter.... Geh... niiitt...Dee...eeehhh....Eeeehmmm..."

"Gila banget memekmu Citra.... Masa dengan tongkat sekecil ini saja memekmu sudah berkedut-kedut begitu...? Pasti rasanya legit abis...." Puji dokter Beno dalam hati, "Pasti memek ini jarang dipakai oleh suaminya..."

"Eehhmmmm.... Doookk... Pelan-pelan doookk....." Desah Citra lirih sambil menggigit bibir bawahnya.

TOK TOK TOK... DUK DUK DUK... KLANG KLANG KLANG....
Seolah mengerti dengan kebutuhan dokter dan pasien yang sedang sama-sama terangsang, suara tukang- tukang bangunan itu pun semakin terdengar kencang. Menenggelamkan desahan, erangan dan percakapan mesum yang keluar dari mulut Citra dan Dokter Beno.
GREK GREK GREK... BUK BUK BUK...

"Aaaauuwwww.... Dokterr... " Teriak Citra kegelian sambil menggeleng-gelengkan kepalanya.
"Heeeh.... Dek...? Kenapa dek...?" Tanya Marwan dari kursi konsultasi.

"Hihihi... Nggak apa-apa mas...' Jelas Citra, "Cuman memek aku berasa geli banget karena disodok sodok tongkat Pak Dokter...
"Dok...? Nggak apa-apa tuh memek istri saya Dok...?" Tanya Marwan yang hanya bisa melihat kepala istrinya yang tak tertutup tirai.
"Hahaha.... Memang prosedurnya seperti ini Pak..."

"Cie cieee... Khawatir nih yeeee..." Goda Citra, "Cemburuuu...."
"Huuu... Ngapain juga cemburu..... Enggak kok... " Kata Marwan gengsi.
"Yaudah kalo nggak... Ayo Dok... Sodok-sodok lagi memek aku lagi.... Hihihi ... " Celetuk Citra dengan nada menggoda, mencoba membuat suaminya lebih cemburu lagi.
"Huuuuuusssshhhh... Dek... Mulutnya looohh..."

"Hahahaha.... Bapak ibu bisa saja becandanya... " Kata Dokter Beno sambil tertawa lebar, "Nah Ibu... Bapak... Dapat dilihat di layar monitor... Usia janin Ibu sudah jalan 8 minggu... Selamat ya Bu, Pak... Ukurannya bagus.... Kepalanya, detak jantungnya, semua normal.... Sehat...." Kata dokter Beno sambil terus mengaduk aduk vagina Citra dengan alat periksanya, bahkan terkadang, ia memutar-mutar alat itu sehingga membuat Citra yang semula sudah terangsang, makin terangsang lagi.

"Ohh... Dokter.... Pelan-pelan ngaduk memek saya Dok... Geli... Hihihi...." Canda Citra lagi-lagi dengan nada menggoda.
"Geli... Tapi enak ya Bu...?" Tanya Dokter Beno mesum.
"Hihihi... Hiya Dok... Geli-geli pengen disodok-sodok kontol besar gitu...." Bisik Citra pelan sambil mengedipkan sebelah matanya.

Melihat wanita cantik yang ada didepannya terus terusan mendesah sambil sesekali menggigit bibir, mau tak mau dokter Beno pun semakin terangsang. Oleh karenanya, dengan sengaja dokter tampan itu mulai kehilangan akal dan merespon kenakalan pasien yang ada didepannya.

"Busyeeeett... Nakal sekali pasien satu ini...." Batin Dokter Beno yang merasakan penisnya mulai mengeras di dalam celana dalamnya. "Minta digoda mulu...."

Entah mendapat pemikiran darimana, tiba-tiba dokter tampan itu ingin mencoba peruntungannya untuk menggoda istri Marwan itu lebih jauh. Sambil terus mengaduk vagina Citra dengan tongkat USGnya, Dokter Beno semakin mempergencar senggolan-senggolan jemarinya pada klitoris Citra, membuat wanita cantik itu semakin merinding keenakan.

"Ohhh Dok... " Desah Citra sambil merem melek, " Uhh.... Nyodoknya jangan dalem-dalem.. Dok... Geli...." Ucap Citra genit sambil meladeni gerakan mesum jemari dokter Beno.
"Tahan bentar bu... Saya berusaha mencari posisi janin ibu... Tiba-tiba ia menghilang...." Kata dokter Beno mencari-cari alasan supaya ia bisa berpura-pura tak sengaja untuk menggoser-goserkan batang penisnya ke punggung telapak tangan Citra. Tak jarang, tangan kirinya juga sering kali memijat liang kenikmatan istri Marwan itu, tentu dengan alasan untuk merilekskan otot-otot vaginanya.

"Ohhh... Dok... pelan-pelan... " Desah Citra merem melek sambil menikmati sentuhan tangan dokter Beno yang semakin lama terasa semakin intens. Selain itu, Citra juga mulai menyadari gerakan-gerakan tubuh bawah dokter Beno yang mesum pada tangannya.

"Wanita hamil, nafsu seksnya akan menjadi lebih besar daripada sebelum-sebelumnya..." Yakin Citra dalam hati, "Nafsu birahi wanita hamil, makin susah untuk bisa dibendung..."

Entah apa yang ada di otak Citra ketika sedang menjalani pemeriksaan dari dokter Beno karena tiba-tiba, jemari tangannya mulai membalas gerakan mesum dokter Beno, dengan mengelusi tonjolan yang ada di selangkangan dokter Beno.

"Nyalimu besar juga ya Dok..." Bisik Citra lirih sambil mulai mengusap penis dokter itu dari luar celananya,
"Hehehe... Khan Ibu yang mulai..." Balas dokter Beno sambil tersenyum manis.
"Kira-kira... Nyalimu sebesar kontolmu nggak Dok...? Hihihi...." Tanya Citra yang berulang kali, mengintip Marwan yang masih konsentrasi menatap layar tivi dari balik tirai.
"Liat aja kalo ibu mau...." Jawab Dokter Beno singkat.

Merasa tertantang, Citra pun lalu menurunkan resleting celana dokter Beno dan memasukkan tangannya kedalam, guna merogoh batang kejantanan dokter Beno.

"ASTAGA .... Doook...?" Pekik Citra kaget, "Kamu nggak pake celana dalam ya...?"


TOK TOK TOK... DUK DUK DUK... KLANG KLANG KLANG....
Beruntung. Pekikan suara Citra tersamarkan dengan bisingnya suara pengerjaan pembangunan klinik itu.
GREK GREK GREK... BUK BUK BUK...

"Sssssttt...." Ucap dokter Beno sambil menutup mulut Citra dengan satu tangan. "Gara-gara Ibu.... Saya tadi melepas celana dalam saya...."

"Besar banget.... dook..." Bisiknya lagi sambil terus mengamati suaminya yang duduk di tak jauh darinya.
"Ahh... Biasa aja ini Bu.... Khan belum ngaceng...." Sombong dokter Beno.
"Enggak Dok... Kontolmu ini besar... Benar-benar besar...." Kagum Citra sambil membolak-balik batang penis yang sudah mulai menegang itu dengan gemas, "Juga hitam banget.... Hihihi...."
"Emang kontol suami ibu nggak sebesar ini....?"

Citra menggeleng, "Setengahnya aja nggak sampe Dok...." kata istri Marwan itu sambil mulai mengocok-kocok penis dokter Beno itu.

"Sshh.... Citra Agustina.... Kau memang wanita nakal....hehehe.... " Ucap Dokter Beno lirih, "Terus bu..."
"Ahhhh... Sssshh..... Kamu juga nakal Dok... Hihihi...." Kata Citra yang juga merasakan keenakan karena senggolan jemari Dokter Beno ke klitorisnya.

"Dokter... Dokter.... Boleh saya photo layar tipinya...?" Tanya Marwan tiba-tiba dari balik tirai. "Buat kenang-kenangan Dok..."

"Ehh... Iii... Iya pak... Si... Silakan..." Jawab dokter Beno panik sambil berusaha melepaskan penisnya dari genggaman tangan Citra. Rupanya ia tak seberani Citra.

"Ssssttt... Tenang aja Dok... Suamiku cuek kok... " Kata Citra santai, " Eehhmmm.... Ssshh... Terus Dok... goyang terus itilku..." Pinta Citra sambi mempercepat kocokan tangannya. "Kontol begini... Pasti enak nih Dok kalo buat nyodok-nyodok memek... "
"Sssshh... Buuu....."
"Terus Doookk... Goyang terus itilku.... " Kata Citra yang kemudian dengan satu tangan, membuka bra tipisnya dan membebaskan kedua payudaranya meloncat keluar dari kungkungan kain ketat itu. "Ayo Dok....Remas tetekku.... Remes yang kenceng...."
"Huuuoooohhh.... Buuu... Empuk bener tetekmuuuu.... Beessaaarrr....."
"Ssshhh... Oooohhh.... Ayo Doookk.... Goyang itilku terus... Remes tetekku juga..." Desah Citra yang terus-terusan mendesah, "Aku mau keluaar Dok... Aku mau keluaar...." Erang Citra sambil semakin mempercepat kocokan penis Dokter Beno.

GREK GREK GREK... BUK BUK BUK...
TOK TOK TOK... DUK DUK DUK... KLANG KLANG KLANG....

Entah ini kebetulan atau tidak, suara pembangunan klinik diluar pun semakin gaduh seiring perbuatan mereka Citra dan Dokter Beno. Suara bising itu membuat Marwan sama sekali tak dapat mendengar desahan dan erangan nikmat istrinya yang sedang mengarungi birahi bersama lelaki lain. Suami Citra itu malah asyik merekam dan mengabadikan photo-photo janin istrinya di layar tipi.


"GIIILAAAA...." Batin Dokter Beno, "Ini benar-benar gila...."
"Oooohh... Buuuu.... Aku juga mau keluar Bu.... Sssh...."

"Sama Dook.... Ooohhh... Doook... aku keluaaar.... aku keluaaar dokterku sayaaaanggg...." Desah Citra nikmat.

Dan, dalam hitungan sepersekian detik, cairan nikmat Citra pun semburat keluar dari vaginanya, diiringi oleh kedutan-kedutan hebat dan nikmat.
CRET CRET CRREEEECEEET...

Begitupun dengan dokter Beno, ia juga tak mampu menahan kedutan-kedutan hebat pada penisnya dan beberapa detik kemudian, mengantarkan jutaan benih subur menyembur kuat dari mulut kejantanannya.
CROOOT CROOOOT CROOOOCOOOTTT...

Semburan-semburan sperma hangat langsung membanjiri perut, payudara hingga leher Citra. Bahkan tak sedikit sperma-sperma itu yang semburat hingga hidung dan mulut Citra.
"Hhmmmm.... Pejuhmu asin Dok... Gurih.... Hihihi...." Ucap Citra sambil menyeka sperma Dokter Beno yang mendarat di wajahnya dengan jarinya. Lalu dengan tanpa jijik sedikitpun, istri Marwan itu menjilati jemarinya hingga bersih. "Nyammm... Sluurp Sluurp Nyam...."

"Dok.... Kok Gambarnya berhenti ya...?" Tanya Marwan tiba-tiba.
"Ehhh... Iya pak... Ini...Ini mesinnya sedang error..." Alasan dokter Beno. "Mak...Maklum Pak... Mesin USG ini sudah tua... Jadi harusnya perlu segera diganti...." Kata dokter sambil memeperkan spermanya yang berhamburan ke perut dan payudara Citra.

"Biar kulit tetekmu tetep kenceng Bu.... Hehehe..." Bisik dokter Beno sambil mengancingkan daster Citra dengan tanpa membersihkan cipratan spermanya.
"Ah... Dokter bisa aja..." kata Citra genit sambil mengurut habis sperma dokter Beno keluar dari penisnya.

Lalu dengan tanpa diduga-duga, Citra buru-buru turun dari meja periksa dan menjilat penis dokter Beno hingga bersih.
"Huuuoooohhh.... Enak sekali Buuuu....." Desah Dokter Beno yang tiba-tiba meremas keras kepala Citra "Huuuooosss.... Enaaak... "
"CUUUPPP... Muuaahhh...Hihihihi... Kobelanmu juga nikmat Dok..." Kata Citra sambil mengecup kepala penis dokter kandungannya itu.
"Aaahh.... Makasih Bu... Makasih...." Kata Dokter Beno yang lalu buru-buru memasukkan penisnya yang sudah melemas dan membenarkan resleting celananya.

"Selamat ya Pak... Sebentar lagi bapak Ibu bakal punya momongan...." Kata dokter Beno Suhendi sambil membuka tirai periksa dan berjalan kearah Marwan, "Selamat..." Tambahnya sembari menyalami tangan Marwan.
"Iya Dok... Iya...Makasih... Makasihhh... " Jawab Marwan sambil menyambut jabatan tangan dokter Beno

"Hihihi....Seneng ya mas...?" Tanya Citra yang kemudian menyusul dokter Beno keluar dari ruang periksa.
"Hiya dek... Akhirnya aku bisa punya anak..."
"Hihihi... Siapa dulu dong suaminya.... Mas Marwan...." Puji Citra sambil memeluk suaminya

"Jadi Ibu... Bapak... Kalo boleh saya memberi saran.... Di trisemester awal, Ibu Bapak jangan terlalu sering bersetubuh ya.... "
"Lhaaaa... Kok malah jangan sering-sering Dok....? Emang nggak boleh ya?" Protes Citra.
"Hmmmm....Boleh sih, tapi jangan sering dan terlalu kasar mainnya..."
"Yaaah... Jadi nggak seru nih.... Ngentot kalo nggak kasar mah nggak nikmat..."
"Huussshhh Deek...."

"Hehehe...Bisa aja ibu Citra ini.... "Ucap Dokter Beno, "Kalo mau, Ibu Bapak bersetubuhnya pake gaya tusuk dari belakang aja... "
"Doggy style Dok...?"
"Iya..." Jawab dokter Beno sambil tersenyum, "Atau.... Woman on top.... Atau kalo nggak bisa... Yaah... Bapak bisa tolong Bu Citra untuk dimasturbasi'in...."

"Hmmm...Dikobelin kali maksudnya Dok..." Tanya Citra antusias.
"Iya itu maksudnya...."
"Wah... pasti enak tuh sayang..."

"Oh iya....Jangan lupa pake kondom, karena sperma bisa memicu kontraksi loh... Ya kalo nggak bisa nahan... Mendingan bapak keluarin spermanya diluar aja...."
"Oooohh gitu...." Jawab Marwan sambil manggut-manggut.
"Usahakan istrinya selalu puas ya pak... Karena hal itu banyak sekali hubungannya dengan tingkat emosi si janin..." Jelas Dokter Beno lagi, " Karena semakin banyak istri mendapat kepuasan dan orgasme, semakin santai pula tingkat emosiny.... Dan ujung-ujungnya si janin akan turut merasa bahagia yang luar biasa....."

"Hmmmm.... Kalo misalnya suami nggak bisa kasih kepuasan Dok...??" Tanya Marwan.
"Ya aku bakal cari kepuasan dari laki-laki lain Mas.... Begitu khan ya Dok...?"
"Naaah.... Saya nggak bisa jawab kalo begitu Bu... Hahahaha..."

***

"Gimana pelayanan dokter tadi dek...?"
"Wuuoohh... Pelayanannya memuaskan Mas... Enak..."
"Enak....?"
"Iya.... Sodokannya mantep...."
"Loh kok mantep...? Emang kamu tadi diapain aja didalem sana Dek...?"
"Cie cie cieeee.... Pengen tahu aja apa pengen tahu bangeet....?"
"Ahhh... Tauk ah...."
"Hihihi.... Ngambeeekk..."
"Huuuu...."
"Eh Mas....Bulan depan pas waktunya periksa kandungan... Kita periksa kesini lagi yaaa Maaasss...??"
"Hmmmm.... Iya deh Dek... Besok periksanya kesini lagi...."


" TIIITT... TIIITT... TIIITT... TIIITT..."

"Maaf Bu Citra.... Ini celana dalem Ibu ketinggalan.." SMS dokter Beno tiba-tiba masuk
"Eh iya ya... Nggak apa-apa deh Dok... sengaja aku tinggalin buat dokterku tersayang... Hihihi... "
"Hehehe.... Yaudah... Bulan depan periksa kesini lagi ya Bu Citra..."
"Pastinya Dok.... Yah siapa tahu bulan depan bukan disodok tongkat USG... Tapi tongkat panjang punya dokter..."
"Woow... Beneran Bu....?"
"Khan biar emosi aku santai Dok... Jadi perlu banyak sodokan... Biar banyak orgasme juga..."
"Hehehe... Siaap Bu... Kapan aja saya siap..."

"Siapa dek..?" Tanya Marwan penasaran karena melihat Citra senyum-senyum sendiri.
"Ini loh Mas... Si Ratna... " Jawab Citra bohong, "Dia mau ngajakin arisan mas..."
"Ooohhh.... Bagus lah...."
"Hehehe... Khan sekarang aku bisa dapet duit sendiri mas... Jadi nggak apa-apa khan aku sering-sering ikut arisan....?"
"Iyaa... Ikut ajaa...."
"Hehehe... Makasih ya Masku sayaangg, Muaaah...." Kata Citra manja sambil mengecup Marwan mesra.

"Eh Dek.. Itu dirambutmu apa ya...?" Tanya Marwan yang tiba-tiba melirik kearah rambut Citra
"Apa'an Mas...?"
"Ini loh.... " Tunjuk Marwan mengambil gumpalan lendir licin berwarna bening dari rambut istrinya, lalu mendekatkannya pada hidungnya. "Baunya anyir banget Dek....Ini apaan ya...?"

"Astaga... Itu khan... Sisa pejuh Dokter Beno..."

Minggu, 26 Juni 2016

Nafsu Birahi Citra 6

Nafsu Birahi Citra part 12 | Permainan di Kolam Nikmat


"Apanya yang rasanya kaya disurga Pak...?" Kata Pak Usep yang tiba-tiba sudah muncul dari balik batu besar disamping kolam pemandian Citra dan Prawoto. Diikuti oleh ketiga ajudannya. Diki, Projo dan Kirun.

"Eh... Anu pak.... Itu..." Ujar Pak Yusup gagap, seperti melihat hantu.
"Air kolamnya pak, rasa hangatnya enak.... Seperti di Surga...." Sahut Pak Panjul yang ikut-ikutan gagap.

Mendengar suara Pak Usep, buru-buru kedua lelaki paruh baya itu menarik mundur tubuhnya, melepaskan diri dan penisnya dari genggaman tangan Citra lalu cepat-cepat buru membenamkan dirinya kedalam air kolam. Begitupun Citra, wanita cantik yang wajah dan rambutnya masih belepotan sperma Pak Panjul dan Pak Yusup segera ikut membenamkan diri dan sedikit menjauh ketengah kolam. Sambil membelakangi Prawoto, Citra berusaha membasuh dan membersihkan tubuh sekenanya.

"Oooowww.. Ternyata ada Pak Panjul dan Pak Yusup... " Tanya Pak Usep begitu tiba dikolam tempat Citra dan Prawoto merendam diri. " Tumben Pak... Jam segini masih berendam dikolam...?"
"Hehehe... Anu pak... Habis ngobrol dengan Woto..." Jawab Pak Panjul sekenanya
"Eh iya ada Prawoto juga toh... " Sapa Pak Usep yang menyadari jika dikolam itu ada orang lain juga,

Tiba-tiba, mulut Pak Usep seolah tercekat ketika melihat sosok cantik yang berada tak jauh dari Prawoto.

"Siapa itu Wot...? Kata Pak Usep yang tiba-tiba berjongkok dan berbisik ke dekat Prawoto. "Tadi sepertinya dia datang bareng kamu ya...?"
"Eeehmmm itu... " Jawab Prawoto kebingungan, "Itu anu Pak.... Itu mbakku... Iya... Mbakku... Dia baru datang dari kota semalam...." jawab Prawoto.
"Mbakmu...?" Tanya Pak Usep tak percaya. "Emang kamu punya mbak...?"
"Punya pak... Lhaitu opo coba...? Dia saudara jauhku..." Jawab Prawoto lagi
"Kok kayaknya cantik bener Wot mbakmu... " Kata Pak Usep sambil mengusap-usap janggut tipisnya.
"Iya Pak.. Cantik bangetlah... Wong saudaranya juga ganteng gini.... Hahaha..."
"Ganteng opone...? Wong kurus item gitu kok dikata ganteng...? Hakhakhak..." Celetuk Pak Usep sambil tertawa keras.
"Eh kampret... Aku dikata-katain...." Celetuk Prawoto.

"Eh iya pak.. Saya pamit dulu ya... Udah siang.. Mau angon ternak dulu...." Potong Pak Yusup pada Pak Usep tiba-tiba, "Wot aku duluan ya... Khawatir si Bendot, Surpin dan si Markun kelaperan...." Tambah lelaki tua itu sambil buru-buru keluar dari kolam air panas.
"Saya juga pak... Pamit duluan.. Baru inget kalo masih ada pasien yang mau urut.... " Sambung pak Panjul yang juga buru-buru keluar keluar kolam dan beranjak menjauh menyusul Pak Yusup.
"Buru-buru amat pak mandinya... Disini ada cewe loh... Yakin mau ditinggalin....?"
"Nggak apa-apa pak.... Buat bapak aja deh..." Jawab Pak Panjul singkat.
"Hakhakhak... Ya weslah sana kerja.... Cari duit yang banyak supaya bisa makan... Hakhakhak.." Tawa Pak Usep melihat tingkah penduduk desanya begitu kikuk.

"Dasar penduduk bermasa depan suram...." Ucap Pak Usep sambil menggeleng-gelengkan kepala yang kemudian melirik kearah Prawoto, "Heh Woto...Buruan gih... Panggil mbakmu kesini... Aku pengen kenalan..."

Melihat gelagat Pak Usep, Prawoto tahu jika lelaki tua itu terlihat tertarik dengan Citra.. Pak Usep berusia sekitar 62 tahun. Tubuhnya tinggi kurus dengan postur agak bungkuk. Rambutnya yang panjang mulai beruban disana-sini, membuat dirinya terlihat jauh lebih tua. Sudah menjadi rahasia umum, jika Kepala Desa satu itu adalah kolektor istri. "Si Tukang Kawin". Istrinya banyak, dan jumlah anaknya juga sudah belasan.

"Mbaaakk... Sini doonk.." Dengan malas-malasan, Prawoto memanggil Citra.

Mendengar panggilan Prawoto, Citra yang masih sibuk membasuh dirinya, mau tak mau menengok dan melihat kearah Prawoto.

"Ehh Busyeeet. Wooot... Ayuneeee..." Bisik Pak Kades begitu melihat Citra dengan jelas. "Mirip Bidadari..."
"Ada apa Bang...?" Tanya Citra sambil membalikkan badan
"Wuih Wot... Badannya putih bener...." Bisik Pak Usep lagi, "Cepetan suruh kesini...."
"Weleh-weleh... Ngebet amat pak...?" Balas Prawoto, "Emang lima istri masih kurang ya...?" Tambahnya lagi sambil berucap dengan nada lebih keras.
"Huuussshh.... Ngawur aja... Nggaklah.... Cuman mau bagi-bagi tugas buat ngurusin selangkanganku aja... Hakhakhak..."
"Huuu... Kaya selangkangannya kuat aja pak... " celetuk Prawoto.
"Ya kuatlah.... Kalo lima orang aja mah masih Dikit Wot... Malah kalo bisa, semua wanita yang ada di desa ini aku kawinin semua. Hakhakhak..."
"Wooo.... Kades Gemblung..."
"Gemblung-gemblung juga masih keren.... Hakhakhak.... Hayo buruan suruh sini mbakmu..."

Sambil menggeleng-gelengkan kepala, Prawoto pun menuruti keinginan Kepala Desa kurus itu. "Mbak... Sini mbak... Ada yang mau kenalan nih...." Ucap Prawoto sambil lagi-lagi melambaikan tangannya kearah Citra.

Sembari melihat kearah lelaki tinggi kurus yang ada disisi Prawoto, membuat perasaan Citra sedikit waspada. Tatapan matanya benar-benar buas, seolah ingin menerkamnya bulat-bulat.

"Mbak... Sini... " Panggil Prawoto lagi.

Dengan masih menyembunyikan tubuh telanjangnya dibawah permukaan air, Citra bergerak mendekat.

"Ini mbakku pak... " Ucap Prawoto.
"Owalah.... Ternyata bidadari ini toh yang membuat si Yusup ama Panjul tadi jadi lama banget berendamnya...? Pasti mereka keblinger melihat kecantikanmu ya....? Hakhakhak..." Kata Pak Usep mencoba memecah suasana sembari menjulurkan tangan kearah Citra. "Usep Sumarno.... Saya orang paling kaya sekaligus Kepala Desa disini...."
"Citra...." Jawab Citra sambil meraih tangan Pak Usep, "Citra Agustina...."
"Ck ck ck... Woto... Ayu tenan iki mbakmu...." Puji Pak Usep seketika, "Kapan kamu dateng kedesa ini Neng Ayu..? Kok saya selaku Pemimpin Desa ini tidak tahu kedatanganmu....?"
"Eeehhhmmm... Anu pak... Saya baru datang tadi malam.... Niatnya hari ini saya mau lapor ke bapak..." Jawab Citra basa-basi.

Sembari menjabat tangan Citra, mata Pak Usep tak henti-hentinya menatap tubuh seksi Citra. Mata cekungnya langsung menerawang dalam-dalam kearah keruhnya air kolam yang bercampur belerang itu. Mencoba menembus jauh dan menelanjangi seluruh aurat tubuh seksi Citra.

"Neng Ayu ini saudara Prawoto dari mananya ya...?" Selidik Kepala Desa itu.
"Hmmm.. Saudara...?" Bingung Citra
"Iya... Tadi si Woto bilang kalo Neng itu saudaranya..."
"Ooohh... Itu..." Tiba-tiba Citra mengerti maksud Prawoto, "Hmmm... Gimana ya...? Jadi... Kakeknya Bang Woto itu punya nenek.... Trus suaminya itu punya saudara.... Nah saudaranya beliau adalah sepupu kelima belasnya dari istri kakeknya ibu suami aku.... Gitu pak...."
"Haaaaa...? Neng Citra udah bersuami....?" Kata Pak Usep yang buru-buru mengamati jemari putih yang masih ia genggam, "Aaahh.. Bohong.... Neng pasti belum punya suami..
"Iya bener pak... Suami saya masih di kota...."
"Kalo punya suami... Kok di jemari tanganmu nggak ada cincin kawinnya...?"
"Eeehh... Anu... Itu..... ada di rumah pak... Takut hilang..." Ucap Citra berbohong.

Mendengar perihal cincin kawin, sejenak pikiran Citra langsung mundur kebelakang. Ke saat dimana ia harus menggadaikan benda pengikat perkawinannya itu demi bisa menutup biaya hidup sehari-harinya.
"Akhir-akhir ini, Mas Marwan masih belum juga bisa memenuhi tanggung jawabnya sebagai kepala keluarga... " Batin Citra. "Ah... Mas Marwan... Kau begitu mengecewakanku... "

Mendadak, Citra merasa begitu kesal dengan suaminya. Dan entah kenapa, setiap mengingat lelaki pendamping hidupnya itu, ia merasa emosi. Ujung-ujungnya, sebuah niatan nakal muncul di lubuk hatinya.

"Weleh weleh weleh.... Pantes kok kalian berdua nggak ada kemiripan ya...? Yang satu cantik, putih, semok menawan banget.... Yang satu ancur ga karu-karuan.... Hakhakhakhak...."
"Yeeee... Uancur tapi jos Pak... Hahaha..." Ucap Prawoto mencoba membela diri.
"Joss apanya....? Preketek.... " Kata Pak Usep tak percaya. "Pria macam dirimu.... Satu genjotan juga udah mrotol-mrotol Wot... Hakhakhak..." Tawa Pak Usep, diikuti oleh tawa ajudannya.
"Huuuu... Enak aja udah Mrotol.... Pak Usep jangan panggil aku Prawoto pak kalo aku nggak bisa bikin wanita megap-megap keenakan..."
"Hakhakhak... Megap-megap...?" Tanya Kirun, salah seorang ajudan Pak Usep sambil tertawa.
"Emang kamu ngentotin ikan Wot...?" Celetuk Diki.
"Hahaha... Iya bener, Woto mah jagonya kalo ngentotin ikan.... " Ucap Kirun lagi, "Nyatanya... Bininya ninggalin dia karena nggak pernah dikasih kepuasan... Hahahaha...."
"Kontolmu kecil sih wot... Jadi binimu nyari kontol-kontol lain yang lebih besar...." Ucap Projo.

"Hah.. Kontol Prawoto kecil....? " Bingung Citra dalam hati. "Masa... Kontol sebesar botol gitu dikata kecil...? Ini pasti ada yang salah..."

"Hakhakhak.... Wanita seperti Suwanti seharusnya mendapat kenikmatan Wot... Bukan penderitaan...." Ejek Pak Usep lagi., "Coba dia dulu mau aku nikahin... Pasti kehidupan seksualnya nggak bakal sengsara seperti ini...."
"Bener Pak... Dapet kenikmatan dari kontol-kontol besar... Hahaha...." Tambah Diki.

Melihat Prawoto berulang kali dihina seperti itu, membuat Citra bertanya-tanya. Ada apa gerangan dengan kisah rumah tangga si tukang sate itu.

"Em... Emang... Kontol yang besar itu kontol seperti apa... ? Pak...?" Tanya Citra penasaran.

Mendengar pertanyaan Citra, mendadak semua mata pria yang ada disekelilingnya menatap tajam kearahnya, termasuk Prawoto. Dengan mata melotot dan mulut melongo, mereka seolah tak mengira jika apa yang ia utarakan barusan keluar dari mulut cantiknya.

"Wah wah wah... Bener-bener tak disangka...Neng Citra ini....Cantik-cantik doyan kontol juga ya rupanya... Hakhakhak..." Cibir Pak Usep.
"Bu... Bukan begitu pak... Saya... Saya cuman penasaran aja..." Jawab Citra malu-malu.
"Penasaran apa pengen Neng...? Hakhakhak " Kata Pak Usep lirih sambil mengecup tangan Citra yang masih ada di genggamannya. "Nakal juga kamu ya Neng... Nanti saya laporin ke suaminya loh..."
"Ih.... Apaan sih..." jawab Citra risih ambil mencoba menarik lepas tangannya dari genggaman Pak Usep.
"Hakhakhak... Beneran kamu pengen tau kontol besar itu seperti apa Neng...?" tanya Pak Usep dengan senyum tipis jeleknya.

Citra menatap kearah prawoto, mencari pendapat lain. Namun prawoto hanya mengangkat bahu, menyerahkan seluruh keputusan pada Citra.
"Hakhakhak... Gausah tanya Prawoto Neng... Lelaki linglung seperti dia mah pasti nggak bisa njawab..." Ejek Pak Usep tak henti-hentinya.

"Ssssttt... Paak... Ga boleh gitu dong ah.... Ngata-ngatain orang kok seperti itu... " Bela Citra.
"Cieee...cieee.. Ngebelain nih yeee...."
"Enggak gitu pak.... Khan kasian ama Bang Woto.... Daritadi kok diledekin mulu..."
Hakhakhak.. Woto... Mbakmu ini bener-bener ngegemesin deh... Boleh ya aku kawinin....?"
"Yeee....Kawin-kawin.... Enak aja.... Aku udah punya suami pak..."
"Loooh.... Emang kenapa Neng kalo kita kawin....Gapapa kali Neng... Suami dua khan malah lebih enak.... Hakhakhak..."
"Enak apanya pak.... Yang ada malah makin ngerepotin...."
"Tapi khan paling tidak... Enak kalo diajak gituan... Pasti Neng jadi lebih puas... Hakhakhak...."

Mendengar Pak Usep, Citra jadi semakin kesal. "Puas apanya...? Mas marwan mah sama sekali tak pernah memberikan kepuasan..." Juteknya dalam hati.

"Loh... Kok mukamu begitu Neng...? Jangan jangan....Hakhakhak...." Tawa Pak Usep menjadi semakin keras. "Suaminya impoten yaaaa...? Hakhakhak..." tebaknya.

Sungguh, walau baru kenal beberapa saat lalu, namun telinga wanita cantik itu terasa begitu panas mendengar celoteh si Kepala Desa. Citra langsung merasa sebel dengan lelaki tinggi kurus itu. Ia heran, warga mana yang memilih lelaki seperti ini menjadi Kepala Desa mereka.

"Bang... Kita pulang aja yuk... " Pinta Citra sambil berusaha melepaskan tangannya dari genggaman Pak Usep.
"Loh loh loh... Kok cepet-cepet amat Neng...? Katanya pengen ngelihat kontol besar....? "Tanya Pak Usep sambil menahan tangan Citra.

Tak menjawab, Citra hanya menggeleng-gelengkan kepalanya.
"Yakiiiinnnn....?" Goda Pak Usep yang selanjutnya bertingkah sedikit kurang ajar. Lelaki kurus itu mulai mengelusi batang selangkangannya dari luar kolor. "Katanya penasaran..."

"Habis... Pak Kades ngegodain Citra mulu sih... " Jawab Citra yang mau tak mau melirik juga kearah tangan tak Usep berada.
"Hakhakhak.... Sumpah deh Woto... Mbakmu ini ngegemesin banget.... Aku jadi pengen cepet-cepet bisa ngawinin dia...."
"Huuuu....Kawin kawin mulu... Kaya bisa ngasih nafkah aku aja Pak..."
"Hakhakhak... Hartaku banyak Neng... Neng minta apa aja bisa aku kasih... Betul nggak anak-anak....?" Kata Pak Usep yang meminta persetujuan kepada ajudan-ajudan yang berdiri disekelilingnya dengan sombong.
"Iiyaaaa...." Jawab mereka hampir bersamaan.
"Tuh.. Lihat.... Ajudanku saja bilang aku kaya... Masa Neng masih nggak percaya....? Hakhakhak..."

"Ahhh... Kalo cuman ngomong aja sih aku juga bisa pak... " Celetuk Citra, "Mana coba buktinya kalo bapak banyak harta...."
"Wah...wah...wah.... Parjo, Diki, Kirun.... Tolong ambilin tas pinggang aku... Neng satu ini minta ditampol duit..." Ujar Pak Usep sambil menjentik-jentikkan jemari kepada ketiga ajudannya.

Buru-buru, Projo segera menyerahkan tas berwarna hijau kepada bosnya. Dengan hanya satu tangan, Pak Usep membuka mulut tasnya, lalu mengeluarkan sekepalan tangan penuh uang lembaran.

"Nih... Tiga ratus ribu...." Ucap Pak Usep sambil melemparkan sekepalan uang lembaran itu ketubuh Citra seolah-olah Citra wanita murahan, "Hakhakhak.... Gimana sekarang...? Udah percaya khan kalo aku banyak harta...?"
"Iyadeeeh... Pak Kades emang kaya raya...." Jawab Citra sambil melirik uang yang mengapung disekitarnya baerada.
"Udaaaahhh... Nggak usah malu-malu Neng... Sok ajah ambil..."

Lagi-lagi, Citra melihat kearah prawoto. Namun tetap saja, Prawoto diam seribu bahasa.

"Masih malu...? Nih aku tambahin lagi..." Kata Pak Usep sambil melempar sekepalan uang kearah Citra. "Udah gih.... Buruan ambil... Ntar duitnya hanyut kebawa air loh..."

"Ambil saja Citra... Kapan lagi ada orang yang bisa memberikan uang dengan mudah...." Ucap kata hati Citra yang kemudian disusul oleh raupan- raupan tangannya, menangkapi uang-uang kertas yang mengapung basah disekitarnya.
"Hakhakhak... Naaah... Gitu dooonk... Jadi gimana nih Neng....? Mau ya aku kawinin...?"
"Hhmmmmm... Gimana yaaa...?"

"Udah Neeeng... Mau aja yaa .... Selain dapet duit... Neng khan dapet enak..." Kata Diki dan Projo bersahutan sambil menunjukkan selangkangannya yang masih terbungkus celana kolor secara terang-terangan kepada Citra, "Secara bakal kena KOOOONTOOOOL BESAAAAR... Hahahaha...."

"Hush... Nggak sopan...." Potong Pak Usep. "Tapi mereka bener juga sih Neng... Penduduk di desa kami ini terkenal dengan kontol besarnya loh... Sekali liat pasti ketagihan pengen nyobain... Hakhakhak..."
"Ada gitu desa yang terkenal karena kontolnya...?" Tanya Citra tak percaya.
"Yaaah... Nggak percaya...." Lagi-lagi, Pak Usep menjentikkan tangannya. "Diki, Projo, Kirun.... Ayo buruan bugil.... Kasih lihat ke Neng Citra pengen lihat gimana bentuk kontol yang bakal ngasih wanita-wanita di desa ini kenikmatan...."
"Hahahaha.... Baik Pak... Jangan kaget ya Neeeeng...." Ucap Diki, Projo dan Kirun bersahutan. "Wah... kapan lagi bisa pamer-pamerin kontol ke cewe cakep..."

Perlahan, ketiga ajudan Kepala Desa itu segera melucuti pakaian-pakaian yang ada ditubuhnya. Walau mereka baru saja mandi, ketiga orang itu sama sekali tak keberatan untuk kembali berbasah-basah ria.
Mereka seolah senang sekali untuk memperlihatkan ketelanjangan dirinya, karena tak lama kemudian, tiga tubuh telanjang sudah berada didalam kolam air panas. Berdiri mengelilingi tempat Citra berada.

Sungguh aneh rasanya situasi dikolam tempat Citra berendam. Disitu ada 5 orang lelaki dan 1 orang wanita. Dimana 3 diantaranya sudah telanjang bulat sambil mulai mengurut penisnya dengan jelas kehadapan seorang wanita.

"Mungkin.. Ini adalah peringatan hari kontol sedunia...." batin Citra, "Baru beberapa menit lalu, aku disemprot banyak pejuh hangat oleh dua orang penduduk desa.... Sekarang.... Ada tiga orang lagi yang mulai mengocok kontolnya dihadapanku..."

"Hakhakhak.... Biasa aja Neng melihatnya.... " Goda Pak Usep yang masih berulangkali mengecup tangan Citra. " Emang Neng belum pernah lihat kontol-kontol besar ya...? Sampe melotot begitu melihatnya...? Hakhakhak..." Canda Pak Kades lagi ketika melihat Citra tak berkedip sedikitpun melihat batang-batang penis yang ada sekitarnya.

Seumur hidupnya, Citra tak pernah menyangka jika ia bakalan melihat keberanian penduduk desa yang sama sekali tak ia kenal. Dipameri oleh tiga orang lelaki dewasa tepat di depan wajahnya. Yah, walaupun kolam tempat Citra berada sekarang cukup jauh dan tersembunyi dari kolam-kolam lainnya, tetap saja jika ini adalah tempat umum.

"Gimana Neng....? Besar-besar khan kontol mereka...?" Tanya Pak Usep
"Hmmm.... I... Iya sih.. Cuman kok masih pada lemes ya...?" Jawab Citra heran.
"Ya kalo masih lemes... Bangunin dong Neng.... Yaaah... Kasih remes-remes Dikit tetek besarmu ke mereka bentaran juga boleh kok.... Hakhakhak...." Kata Pak Usep yang kali ini meremas payudara Citra secara terang-terangan.
"Eeehh... Pak...."
"Hakhakhak... Gausah malu lah Neng.... Toh aku udah tahu nakalnya Neng Citra seperti apa....?"
"Haaah...? Tahu darimana...?"
"Lah itu.... Dirambut kamu masih ada sisa-sisa pejuh... Hakhakhak...."

Buru-buru, Citra mengusap rambutnya. Dan benar, ia masih mendapati banyak sisa-sisa sperma pak Yusup dan Pak Panjul yang baru saja mereka keluarkan beberapa saat tadi. Seketika, muka Citra menjadi merah padam.

"Sialan.... Pria kurus ini membuat diriku mati langkah..." Batin Citra.
"Hakhakhak.... Aku laporin suaminya aaaahhh...." goda Pak Usep
"Ehh.... Ehh... Jangan pak... Ntar bisa dipecat jadi istri aku pak..." Jawab Citra panik yang langsung disambut mimik muka manyun.
"Hakhakhak.... Dipecat... Kaya karyawan aja kamu Neng..."
"Iya pak... Jangan... Suamiku nggak tahu kalo aku pergi dari rumah..."
"Hah...? Jadi kamu minggat...?"
"Hmmm... Enggak juga sih..."
"Suamimu tahu kamu pergi ama Prawoto.....?"
"Hmmmm....Eeee... Eng..." Jawab Citra bingung.

"Wakhakhak... Wah wah wah... Nggak dirumah, tapi nggak minggat.... Pergi ama lelaki lain tapi suaminya juga nggak tahu.... Kamu pasti berselingkuh sama Prawoto ya Neeeng...?"

Lagi-lagi, wajah Citra memerah setelah mendengar tebakan Pak Usep. Sambil terus berusaha melepas tangannya dari genggaman tangan Pak Usep, Citra hanya bisa menunduk malu.

"Waaaah.... Nakal banget mbakmu ini Wot...Nakal tapi TOLOL... BEGO... Kok mau-maunya ia selingkuh ama saudaranya sendiri... Apalagi kalo saudaranya kaya prawotomu itu.... Lelaki berkontol kecil yang tanpa masa depan... Hakhakhak.... " Hina Pak Usep yang kemudian diikuti oleh tawa ketiga ajudannya.

"Itu bukan kontol pak... Tapi kintil, kontol mini... Hahaha..." Kata Projo
"Iya bener... Itu kintil... Kalo kontol tuh kaya punya kita-kita semua... Ucap Diki sombong sambil terus mengocok-kocok penisnya yang mulai membesar.
"Nih... Neng... Lihat aja... Kalo mau megang juga boleh kok..." Sambung Kirun yang dengan sengaja mendekatkan penisnya ke wajah Citra.

"Em... Emangnya kenapa sih kalo kontol Bang Woto kecil....?" Tanya Citra, " Toh kontol kecil juga masih bisa ngasih enak...."
" Iya sih bener.... Kontol kecil juga masih bisa ngasih enak.... Kalo yang diajak ngentot itu ayam... Hahahaha..." Sahut Projo yang kali ini ikut-ikutan menyuguhkan kocokan penisnya kewajah Citra.
"Mending kamu tanya sendiri ama orangnya Neng.... Yang jelas, nggak ada wanita yang bisa puas dengan lelaki berkontol mini seperti dia..." Tambah Kirun yang malah mengusel-uselkan kepala penisnya ke rambut basah Citra.

"Iiihhh... Apaan sih kalian... Mesum banget sih..." Gerutu Citra sambil mencoba menghalau penis ketiga ajudan Pak Usep itu supaya menjauh dengan tangan kirinya.

Namun, bukannya menjauh, Projo malah mengangkap tangan kiri Citra dan mendekatkannya ke penisnya yang sudah menegang sempurna. Lalu dengan sedikit memaksa, ia meminta jemari lentik Citra untuk mulai mengurut dan mengocoki batang penisnya.

"Uuuuhhh.... Enak sekali mbak...." Lenguh Projo keenakan. "Pinter banget kamu ngurutnya...."
"Gantian doonk Jooo.." Celetuk Diki yang ingin meminta giliran.
"Aku juga donk..." Tambah Kirun.

"Hakhakhak.... Bantuin mereka dong Neng.... Lihat tuh muka-muka mereka... Sepertinya butuh pelampiasan seperti Pak Yusup dan Pak Panjul tadi..."
"Pelampiasan apaan....?" Tanya Citra pura-pura bingung, "Aku tadi nggak ngapa-ngapain kok..."

"Haalaaaahhh... Neeeeng.... Ngaku aja kali... " Kata Pak Usep, "Emangnya tadi aku buta.... Wong jelas-jelas kamu barusan ngebantu dua orang peyot itu ngocokin kontol-kontol mereka.... Malahan... Kamu juga ngebiarin tetek besarmu ini diremes-remes...." Tambah Pak Usep sambil meremasi payudara besar Citra keras-keras.

"Addduuhh.... Sakit paaak...." Erang Citra dengan muka Citra memerah. Ia tak sadar jika kelakuannya tadi bakal terlihat oleh orang lain.

"Hakhakhak.... Yaudalah.. Bantuin mereka sedikit laaah Neng... Buat melampiaskan nafsunyaa... Nanti aku kasih duit lagi deh... Hakhakhak...."
"Ssshh... Apaan sih pak... Aku bukan wanita murahan.... Eehhmmm.... "
"Bener bukan murahaaaannn.....? "Goda Pak Usep, "Kalo bukan murahan... Kenapa pentilmu jadi keras gini ya....?"

"Ah kampret...." Ujar Citra dalam hati. Lagi-lagi tubuhnya tak mampu melawan gejolak birahinya yang mulai muncul. Remasan kasar tangan Kepala Desa itu pada payudaranya membuat gelombang birahinya memanas. Dan entah mengapa, Citra pun semakin meladeni kenakalan lelaki tua itu.

"Lagian... Daripada kamu selingkuh ama Prawoto, mending kamu maen ama mereka Neng.... Udah puas, dapet duit banyak pula... Hakhakhak..."
"Iya Neng.... Mending maen ama kita-kita Neng.... Toh Neng udah melihat khan kebesaran kontol-kontol kami...?" Celetuk Projo menambahkan.
"Pasti puas deh Neeeeng... Hehehehe...." Sahut Diki.
"Iya Neng... Ketimbang maen ama kontol Prawoto.... Ngaceng aja nggak bisa Neeeng... Apalagi muasin...? Tambah Kirun.
"Hakhakhak.... Bener-bener..... Prawoto mah banci.... Saudaramu itu banci Neng.... Hakhakhak..."

"Sudah cukup.... Ini sudah terlalu jauh.... Keterlaluan..." Batin Citra bersungut-sungut.

Mendengar Pak Usep dan ketiga ajudannya terus-terusan menghina Prawoto, buru-buru Citra berdiri. Seolah tak terima dengan segala ucapan dan sindiran buat lelaki yang sudah berkali-kali memberinya kenikmatan birahi, Citra lalu memutar tubuhnya kearah ketiga ajudan Pak Usep. Lalu memberi mereka bertiga sesuatu yang tak pernah mereka rasakan seumur hidupnya.

HAAAP...

Citra langsung mencaplok penis Diki dalam-dalam, sembari merebut penis lunglai Projo dan Kirun yang ada disamping kiri-kanannya. Secara bergantian, Citra menyelomoti ketiga penis-penis yang setengah tiegang itu dan membuatnya menegang sempurna dalam hitungan detik.

"Sluuurp.... Nylap... Nylap...Sluuurp..." Suara kecapan lidah mulai terdengar renyah seiring gulat lidah licin Citra di ketiga batang penis ajudan Pak Usep.
"Oooouuuggghhh... Astaga Paaak...Wuenak bener... " Ucap Diki sambil merem melek keenakan.
"Sluuurrrppp... Sluuurp... Nylap... Sekarang gantian " kata Citra yang kemudian berpindah menyelomoti penis Projo dan mengocok penis Diki dan Kirun.
"Loh Neeeng... Jangan gantian duluuu... " gerutu Diki, "Bentaran lagi dong Neng... Nih sepongin kontolku lagi...." Pintanya melas.
"Ehhhmmm... Hmmmm.. Sluuurppp... " Tolak Citra sambil menggeleng-gelengkan kepalanya.
"Hahaha... Gantian Nyet... Masa kamu terus yang ngerasain enaknya... " Tawa Projo kegirangan ketika menerima hisapan mulut Citra, "Hhuuuoohhh... Uaaanget banget Neeeng.... " Tambahnya lagi sambil merem melek keenakan.
"Sluuurp hmmm... Nylap nyap... Hap..." Jilat lidah Citra menggelitik batang hingga kepala penis Projo. Bahkan tak jarang, wanita cantik itu juga menyelomot kantung zakar Projo dan mengunyahkan lembut.
"Brrrr.... Wuenaaak'eeee Neeeng..... " Teriak Projo sambil memaju mundurkan pinggulnya pelan.

Rupanya Projo mulai aktif menyambut kenakalan mulut saudara Prawoto itu. Maju mundur, maju mundur, maju mundur. Gerakan pinggulnya mulai kencang dan cepat. Bahkan sekali-sekali, Projo memegang belakang kepala Citra dan membenamkan batang penisnya dalam-dalam ke mulut Citra.

"SLuuurrrppp... Hmmmm... Sluuurp... Udah ya mas... Gantian lagi..." Kata Citra yang kali ini berpindah menghisap penis Kirun.
"Loh loh Neng... Masa gantian lagi... " Gerutu Projo, "Belum kelar nih....Ayo isep lagi..."
"Hahahaha... Rasain..." Ejek Diki kesenengan pada Projo.
"Huuhh.... Dasar wanita murahan... LONTE.... ! " Kata Projo yang sepertinya kesel dengan Citra yang sekarang sedang menghisapi penis Kirun.

Mendengar ucapan Projo, Citra sepertinya geram. Dengan tatapan mata yang tajam, wanita cantik itu mengamati sosok Projo dalam-dalam.
"Kenapa mas....? Mas panggil aku apa...?" Tanya Citra
"Hehehehe... Marah nih yeee.... Kamu nggak terima aku panggil dengan sebutan itu ya Neng...? Neng LONTE-ku yang ayu...."

Projo. Lelaki 32 tahun itu terlihat begitu kurus. Potongan rambutnya keriting cepak, dengan hidung bengkok mirip orang timur tengah. Satu-satunya kelebihan yang ia miliki hanyalah ukuran penisnya yang cukup panjang dengan kantung zakar yang juga panjang menjuntai.

"Tiduran Mas... Di pinggir kolam aja... "Kata Citra sambil mendorong tubuh kerempeng Projo dan memintanya merebahkan tubuh di bebatuan samping kolam.

Tak disangka, setelah Projo merebahkan diri, Citra langsung beranjak keluar kolam dan merangkak keatas perutnya. Lalu tanpa disangka, wanita cantik itu menggenggam penis Projo dan mengarahkan ke lubang vaginanya.

SLLEEEEB...

"Huuuooohhhh.... Enak banget Neng..." Erang Projo yang tak mengira jika wanita dihadapannya itu bakal memberikan sebuah kenikmatan yang tak pernah ia kira sebelumnya. Kenikmatan bersetubuh dengan wanita cantik nan seksi.

Seketika semua lelaki yang ada disekitar kolam, menatap tajam kearah persetubuhan Citra.

Entah keberanian darimana, Citra meladeni semua kenakalan ajudan Pak Usep. Bahkan lebih jauh lagi. Ia sekarang melayani nafsu lelaki-lelaki mesum itu.

SLLEEEEB...

"Heeeeggghhh... Ssssshhh...." Lenguh Projo lagi. "Seret banget memekmu Neng...."


Cukup lama Citra menaik-turunkan pinggulnya dan bermain dengan batang Projo, berulang kali batang penis itu terlihat membengkok karena saking sempitnya vagina Citra. Walau sudah berulang kali di bombardir oleh penis raksasa Seto dan Prawoto, tetap saja liang senggama Citra masih sudah untuk dapat ditembus.

Sambil menikmati suguhan goyangan erotis Citra, Diki Kirun dan Pak Usep tak henti-hentinya menatap keindahan tubuh wanita cantik itu. Walau sudah sering menyetubuhi banyak wanita, namun mereka semua tak pernah melihat tubuh seindah tubuh Citra.

Hingga pada akhirnya, penis Parjo sepenuhnya tertelan vagina mulus Citra dalam-dalam.

“Kok diem aja mas...?" Tanya Citra, " Ayo digoyang dong...."
“Sssshh.... Aaa... Aku pengen diam dulu sebentar Neng... Pengen ngerasain angetnya memek legit Neng..." Jawab Parjo.
“Gimana rasanya memek Lonteku mas....? Enak....?” Tanya Citra menggoda, dan dijawab dengan anggukan kepala Parjo.
“Mau kontolnya aku goyang sekarang...?" Tanya Citra ketus. Sepertinya wanita cantik itu ingin segera membuat Projo kewalahan.

Projo mengangguk, dan segera saja Citra menggerakkan pinggulnya maju mundur. Entah kenapa, menghadapi wanita secantik Citra lelaki krempeng itu terlihat begitu grogi. Walau Citra membantu menggoyangkan pinggulnya agar dorongan dan irama kocokan liang sempitnya seirama dengan goyangan batang penis Projo, tetap saja, ajudan pak Usep itu terlihat kaku. Walaupun membalas goyang kenikmatan Citra, gerakan ajudan Pak Usep itu seperti patah-atah kurang pengalaman.

"Jadi gini rasanya ngentot ama kontol besar ya mas...?" Tanya Citra datar.
"Hooohhhh.... Eeehhmmm.... " Jawab Projo sambil merem melek, "Hiya Neng.... Enak khaan...?"
"Hmmmm.... Kok rasanya hambar ya...? Biasa aja...."
"Haaambar gimana Neng....?"
"Ya Hambar aja.... Nggak ada enak-enaknya...." Ledek Citra sambil memainkan otot kegelsnya.
"Huuuoooohhh.... Nnnneeeeeennnngggg..... Seeemmpiiittt bangggeeettt...."
"Entot memek akunya yang bener dong mas.... Jangan diem aja kaya pohon pisang...." Tambah Citra lagi. "Digoyang mas.... Digoyaaanggg.... Ehhmmm....."
"Iya Neng… Ini juga lagi di... Eentotin Neeeenng....."
"Ngentotinnya yang enakan mas.... Yang kenceng...." Pinta Citra sambil terus-terusan memainkan otot kegelnya lagi, memberikan cengkraman sempit pada penis Projo yang sedang menyodok-sodok liang vaginanya, "Ayo mas... kasih memekku rasa enak.... Yang keras mas.... Yang keraaaassss..."
"Iya Neeeng... Ini juga pe... Pengen ngasih enak....Neeeengggg.... " Erang Projo.

Berulang kali Projo mencoba untuk mengerahkan seluruh kemampuannya untuk memberikan kenikmatan pada vagina Citra, namun sepertinya hal itu tak berhasil. Walau lelaki kerempeng itu mengiringi goyangan penisnya sembari menghisap dan meremasi payudara Citra, tetap saja, wajah Citra datar tanpa ekspresi.

"Gimana rasanya memek aku mas...? Enak...?" Tanya Citra.
"Ho'oh... Wuu... Wueenak banget Neeeeng...."
"Mas mau ngencrot ya...??"
"Be... Belum la...Laaah.... Se... Segini mah bi... Biasaaaa... Uooohhh...."
"Hmmm Gitu ya... Kalo gini....?" Tanya Citra yang sekarang mengganti goyangan pinggulnya dengan mulai melakukan gerakan berputar-putar. Membuat Projo semakin mengerang-erang keenakan.
“Aaahh Aahhh... Neng.... Aaahh Ampuunnn... Aahhh… Aku mau ngecrot Neng..."
Selang beberapa detik kemudian …
“Neeennggg.... Aku keluar Neeng… Aahhhh … Aahhhh …” Erang Projo sambil menggeleng-gelengkan kepalanya sembari memuntahkan semua spermanya di dalam liang kenikmatan Citra.

CROT... CROOT... CROOOCOOT....

Lima semburan sperma panas langsung memenuhi rahim Citra. Membuat tubuh kerempeng Projo mengejat-kejat hebat. Matanya melotot sampai-sampai tak terlihat pupil matanya. Mulutnya menganga sambil terus meremas payudara besar Citra.
“Yaaaahh.... Kok udah keluar sih mas...." Kata Citra kecewa

Sambil menunduk malu, Projo hanya bisa terdiam.

"Udah nih....? Mau nambah lagi nggak mas...? Tanya Citra sambil menatap wajah kurus Projo.
Tak menjawab, Projo hanya menggelengkan kepalanya.
"Bener nih...?" Tanya Citra lagi, yang dijawab dengan anggukan pelan kepala Projo
"Yasudah...." Jawab Citra sambil beranjak dari pangkuan Projo.

PLOP

Suara vagina Citra ketika tercabut dari tusukan penis Projo, diiringi oleh lelehan sperma yang turut keluar dari vagina tanpa rambutnya. Turun mengalir membasahi paha mulusnya.

"Masa ga sampai lima menit udah lemes mas...? Katanya kontolnya jago ngasih kenikmatan ke memek cewe....? Nih ayoo... Tusuk lagi dong memek aku..." Sindir Citra sambil menggoyang-goyangkan penis Projo.

"Hahahahahaha.... " Tawa Diki dan Kirun bersamaan ketika melihat teman seperjuangannya diam tak bergerak.
"Bego lu Jo... gitu aja kalah..." Ledek Kirun
"Hiya nih... Kontol menang panjang doang... Tapi nggak ada tenaganya... Hahaha..."

"Heh Lonte..." Teriak Diki, "Jangan belagu kamu ya.... Sini... Gantian aku aja yang muasin memek gatelmu...."
"Kita hajar berdua aja Dik..." Tambah Kirun, "Kita kasih pelajaran nih cewe kota...."

Dengan perasaan kesal, Diki dan Kirun langsung menarik tubuh Citra dengan kasar.

Diki yang berada di hadapan Citra langsung memegang kepala wanita cantik itu dan menurunkan hngga sejajar dengan selangkangannya. Lalu tanpa berkata apa-apa, ia pun mulai menjejalkan penisnya dalam-dalam ke mulut Citra.
"Heh Lonte... Ayo isep kontolku dalem-dalem.... Jangan bisanya ngomong doang..." Teriak Diki sambil mulai menyetubuhi mulut mungil Citra dengan kasar.

Begitupun dengan Kirun, lelaki yang ada dibelakang Citra mulai meremasi pantat semok nan putih itu dengan gemas sambil sesekali menampar pantat Citra keras-keras.
"Neng Perek... Ayo dong nungging..." Tambah Kirun sambil mendorong tubuh Citra hingga menatap pada kedua tangan dan lututnya, mirip seperti anjing, "Aku mau ngentotin memekmu nih..."

"Hehehehe... Heh woto... Aku numpang buang pejuh di memek sodaramu ya... hehehe..." Ledek Kirun.
"Iya nih Woto... Kamu lihat aja ya... Gimana kontol-kontol lelaki sejati memberi kenikmatan pada memek gatel sodaramu ini..." Tambah Diki

Sepertinya, pagi ini akan terasa lebih panjang dari pagi-pagi sebelumnya.
Nafsu Birahi Citra
Nafsu Birahi Citra part 13 | Ancaman Yang Indah

"Buseeettt Diiiikkk.... Memek gundul Neng ini rasanya sempit beeneeer... " Jerit Kirun ketika mencoba menjebol pertahanan vagina Citra, "Mirip memek perawan… Kontolku jadi susah nembusin memeknya cuiiiyy..."
"Alaaaahhh... Tipu-tipu kamu Run... Memek lonte mah mana ada yang sempit..." Ledek Diki, "Apalagi sampe ada yang mirip memek perawan…”
“Seriusss… Ini liat, kontolku sampe bengkok-bengkok gini nembusinnya…. Sempit abis…” Tambah Kirun lagi. “Memek lonte kelas super ini… Hahahaha…”
"Lonte...Lonte....Ngawur haja aja nyebhut horang seenaknya..." Protes Citra dengan mulut terisi penis Diki. “Aku bukan Lonte…!”
"Iyadeh... Pelacur... Hahahaha... Udaaah udah..... Diem aja kamu Lonte.... Isep aja terus kontolku...." Tambah Diki.
“Iya Neng… Nungging aja yang bener… Biar kontolku bisa ngentotin memekmu… !” Ucap Kirun tak mau kalah.

Merasa agak kesulitan memasukkan penis gemuknya, lelaki berusia 28 tahun itu tiba-tiba mencabut lepas kepala penisnya dan membungkukkan badan, lalu dengan lahap, ia mulai menjilati vagina Citra.
"Memekmu wangi banget Neng... Ada tahi lalatnya pula...." Kata Kirun sambil menciumi vagina Citra. Sesekali ia mengorek-korek lubang birahi Citra dan menjilati kelentitnya. "Pantes nafsunya Neng Lonte cantik ini gedhe banget yak..."

"Ouuuhhh... Sssss... Pelan-pelan mas...." Desah Citra.
"Sttt sttt... Ngapain Run..?" Tanya Projo yang melihat temannya mempermainkan vagina Citra.
"Memeknya Neng ini.... Sluuuppp... Kesempitan Jo... Sluurp… Jadi perlu dijilatin dulu biar kontolku gampang masuknya… Ssluurp… Sluurp… Juuhhh...."
"Lhaaahh…? Khan masih ada pejuhku disitu... Masa masih sempit juga....Harusnya khan udah licin....?"
"Eeeh iya yaaa...? Kampreeet pantesan rasanya agak asin... Puih... Puih...." Celetuk Kirun sambil membersihkan mulutnya dari sperma Projo.
“Hahaha… Gimana rasa pejuh Projo Run…? Pasti enak ya…?”
“Enak gundulmu.… Aku lupa kalo si Munyuk ini baru aja ngecrot di memek Neng ini… Puh Puh… Juih…”

"Uuuhh… Kok Brenti mas...? Ayo isep lagi memekku maaasss...." Pinta Citra sambil menggoyang-goyangkan pantat bulatnya yang semok.
"Hmmm.... Pengen dijilati lagi neng…? " Tanya Kirun.
“Hiyak Mas… Lidahmu enak bener… Khan biar kontolmu bisa cepet-cepet ngentotin memek aku…”

“Tapi khan masih ada pejuh si Projo Neng…”
“Udaah.. Anggep aja bonus Mas... Hihihi... Ayo Mas… Isep lagi… Isep yang kenceng…”

"Ahh peduli amat... Masa bodolah Jo... Yang penting aku pengen makan memek gundul milik Lonte ini….." Kata Kirun singkat.
"Hahahaha.... Yasudah... Isep aja pejuhku sekenyang-kenyangmu Run…Lanjutken ajalah... Aku mau istirahat dulu...." kata Projo sambil terus mengurut-urut penisnya., mencoba untuk cepat-cepat mengembalikan stamina tubuhnya. “Dasar lelaki pecinta memek… Hahahaha…”

"Emang rasa memeknya gimana Run…? Enak banget ya…?" Tanya Diki yang sedari tadi juga penasaran dengan apa yang Kirun lakukan dibelakang sana.
“Hmmmm.... Memeknya enak Dik.... Gurih banget loh.... Hhmmmmmm… Sssluurrpp !” Jawab Kirun.
“Masa sih... Gantian donk...Aku juga pengen nyoba nyicipin...." Kata Diki lagi.
"Ntar aja aahh... Aku lagi nanggung.." Tolak Kirun

“Uuhh sssshhhh.. Enak maaasss..... " Ucap Citra sambil terus mendesah, "Teruuus Maass..."

Rupanya wanita cantik itu tak tahan juga untuk tidak mendesah ketika lidah Kirun menyapu bibir vaginanya. Terlebih ketika jari-jemari Kirunn yang terkadang ikut keluar masuk di lubang anus Citra. Membuat lubang pantatnya otomatis mengejan-kejan keenakan.

"Seksi banget memek ama bo'olmu Neng..." Kata Kirun sambil melumat bagian selangkangan Citra dengan penuh nafsu. Tak jarang, jemari Kirun menyibak pantat Citra lebar-lebar dan menusuk-tusuk lubang anus wanita cantik itu dengan lidahnya.

"Sssshhhh..... Bo'olku jadi gatel mas... Terus sodok Mas.... Sodok dan isep terus Maaas... Jilaaattt... Teruuusss... " Kata Citra yang tak henti-hentinya menengok kebelakang.
"Neng... Neng.... Jangan nengok-nengok mulu donk... Kontolku juga perlu pelampiasan mulutmu niihh..." Protes Diki.
"Eehh.. Ehh... Iya mas maaf... Abisan isepan mas itu enak banget sih.... Hihihi..." Elak Citra, "Sluuurrrpp... Nyap nyap... Cuuupppp...." Sedot Citra sambil mengenyot kepala penis Diki kuat-kuat. Membuat lelaki 30 tahun itu menggelijang keenakan.
"Huuuohhh.... Pelan-pelan Neeeng Lonteee... Jangan keras-keras gitu juga kali Neng ngenyotnya... Bisa cepet moncrot aku kalo dikenyot kaya gitu.... "

"Hahaha... Enak Diiik....?" Celoteh Kirun melihat temannya sampai membungkuk-bungkuk menahan nikmatnya nafsu.
"Huo'ohh nih... Nikmatnya sampai ke ubun-ubun Run..... Kenyotannya mirip vacum cleaner... Kenceng bangeeett... Oooouuuhh.... " Erang diki sambil mengelusi kepala dan rambut panjang citra, " Isep terus kontolku yang kenceng Neng... Ehhmmm... Enaaaakkk..".

“Neng… Aku memeknya aku sodok sekarang yaaaa… “ Pinta Kirun sambil mengusap-usap kepala penisnya yang gemuk ke vagina Citra. “Uuuu….. Uuuuuuhhh….”
Tak menjawab, Citra hanya menganggukkan kepalanya tanda setuju, sambil segera meninggikan posisi pantatnya.

SLEEEPPP

“Hoouuhh… Maass... Nikmaat….” Seru Citra ketika kepala penis Kirun menyeruak masuk kedalam liang senggamanya.
“"Gimana rasanya mengenyot kontol gemukku Neng..?" Tanya Kirun.
"Hmmmm... Bhiasha haja Mas.... Mhirip kontol-kontol yang laen..." Jawab Citra
"Eh buset... Biasa aja tuh Run katanya... Hahahaha... " Ledek Diki, "Berarti enakan kontol bengkokku ya Neng...? Pasti bisa bikin memekmu jadi gatal-gatal asik… "
"Sluuurp... Puah.... Enggak tau juga sih Mas... Khan kontolmu belum aku pake… Hihihi…" Canda Citra, "Sodok aja terus mas... Sodok yang dalem..." Pinta Citra pada Kirun.
"Eh Neng… Emang kamu udah nyicipin berapa banyak kontol...?” Tanya Diki penasaran.
"Hhhmmmm... Sluuurrrpp... Nylap nylap... Berapa yaaa...? Hmmm..... Kira-kira aja sendiri deh.... Hihihi..."

"Wah wah wah... Rupanya ga salah tebakanku tadi.... Kamu memang Lonte kelas kakap ya Neng... Istri yang nakal... Hakhakhak... " Kata pak usep yang tau-tau sudah berada disamping citra. "Jadi nggak sabar pengen cepet-cepet ngawinin kamu Neng... Hakhakhakhak...." Tambah Pak Usep lagi sambil meremasi payudara Citra yang bergoyang-goyang seiring sodokan penis Kirun ke vagina Citra.

"Hehehe....Si Bos mau maen keroyokan ya...? Sini’in kontolnya Bos.... Sekalian aja gabung...." Ajak Diki kepada Pak Usep, "Biar dikocokin Neng Citra..."
"Hakhakhak... Kalo dikocokin doang mah.. Nggak level.... "
"Hehehe… Apa si Bos mau make memek neng ini duluan…? Enak banget loh Boosss..." Tanya Kirun mempersilakan.

Sambil mengusap-usap janggutnya, tiba-tiba Pak Usep menyeringai licik. "Nggak apa-apa.... Kalian puas-puasin dulu aja ngentotinnya.....Hakhakhak....Santai saja.... Santaiii..... Yang penting.... Bikin tuh nafsu si Lonte ketagihan ama konyol-kontol kalian.... Hakhakhak.."

"Oke deh Boossss.... " Kata Diki, "Hayuk Run... Kita lanjutin.... Hehehe...."

Buru-buru Kirun langsung mempercepat sodokan penisnya diantara kedua paha Citra sembari meremasi buah pantat nan semok milik wanita cantik itu.
"Wuuoooh Diiikk…. Sempitnyaaaa......" Jerit Kirun sembari mempergencar goyangan pinggulnya.

"Pelan-pelan maaasss..." Erang Citra sambil menahan rasa pedih pada vaginanya.
"Tahan bentar Neeeeng... Ini lagi enak-enaknya...." Kata lelaki gemuk itu sambil berulang kali mendorong dan mencabut kepala penisnya. Berusaha membenamkan penis gemuknya secepat mungkin.

Dengan kecepatan tinggi Kirun terus menghentakkan pinggulnya keras-keras, menghujamkan penis gemuknya sampai mentok, menabrak vagina Citra dalam-dalam.

PLOK

"Aaarrrhhh..." Jerit Citra spontan sambil mencoba merapatkan pahanya.
“Wuuuiiidddiiihhh Diiikk.... Enak baaaangeetttt Cuuiiiyyyy... " Kata Kirun girang.
"Uhhh... Uuuhhh.... Uhh... Uhh... Uhh..." Erang Citra sambil berusaha mengimbangi gerakan tubuh Kirun.
"Enak nggak Nengg...?" Tanya kirun yang terus-terusan memompa vagina Citra dengan kecepatan tinggi.
"Ho'oh mas... Enaaak bangeeett.... Memek aku sekarang berasa penuh..."
"Hehehehe... Rasain nih Neeng.... Rasain..."
"Terus masss.. Sodok memekku yang keras masss... Sodok yang keraaas.."
"Begini Neeeng...? Beginiiii....?"
" Uhh... Uhh... Uhh... Terus maaaass... Kurang kerassss... Kerasin laggiiiii...... Oooouuuuggghh...."
"Ngentot.... Memek Lontemu bener-bener ngempoooot Neeeeng...." Puji Kirun sambil terus-terusan menghajar vagina Citra dengan penis gemuknya. Sodokan demi sodokan ia lakukan dengan brutal, hingga keringat tubuhnya mengucur dengan deras.

"Uhh... Uhh... Uhh... Enak ya maaasss....? Uhh... Uhh..."
"Ngeeeentoooooottttt..... Enak baaaangeeeettt...."

Namun, rupanya penis Kirun tak sehebat nafsu birahinya. Karena beberapa saat kemudian, tubuh lelaki tambun itu mulai gemetar dan kelojotan.
"Aku mau keluar Neng…” Jerit Kirun tiba-tiba
"Cepe amat Masss... Tunggu aku dooong.."
"Aku nggak kuat lagi Neng... Memekmu terlalu enak... Ayo jawab Neng... Keluarin dimana….?”
“Uuuhh… Ooohh… Ohh… Jangan keluar dulu dong Mass... Ayo sodok-sodok lagi… Yang keras Mass... Yang keeraaasss... ” Racau Citra keenakan.
“Huuuoooohhhh…. Lonte baweeelll... Ngentoooootttt.... Rasain nih... Semprotan pejuhku Neeeenggg..."

CROT CROOOT COOCOOOTTT...

Jutaan benih hangat Kirun langsung menyerbu masuk kedalam rahim Citra. Saking banyaknya, benih-benih itu sampai tak tertampung didalam liang rahim Citra. Keluar bersama sodokan penis gemuk Kirun ke vagina Citra, dan mengucur membasahi paha putih mulusnya.

Sekali lagi, wanita cantik itu ditinggal orgasme oleh pasangannya.

“Looh… Looh… Looohh… Kok udah keluar sih Mas… Ayo… Entotin memek aku lagi…” Pinta Citra dengan kecewa. Rupanya, rasa kentang karena berkali-kali ditinggal orgasme membuat wanita cantik ini tak mampu mengendalikan emosinya. “Aaarrghhh... Ngentot kamu mas... Ayo sodok memek aku lagi Maaass...Ayooo..."

"Hhhh... Hhhh… Iya-iya sek tho yaa.... Bentaran Nengg… Capek bener pinggangku.... Istirahat bentaran yaaa.… Hhhh... Hhhh....” Rintih Kirun sambi mengatur nafas.
“Yaaah… Kok malah istirahat sih… Aku khan belum keluar dari tadi… Sedih amat nasibku Mas... Dari tadi ditinggal nanggung mulu...."

"Sini-sini Run... Aku gantiin...." Kata Projo tiba-tiba, menggeser tubuh tamun Kirun, dan langsung melesakkan penis besarnya kedalam vagina Citra.

SLEEEPP

"Yah Jo.. Giliran aku dooong..." Protes Diki
"Hehehe... Kamu kelamaan Dik.... Memek seperti ini mah siapa cepet, dia yang dapet. Hahaha... "
"Khan aku juga pengen.."
"Hehehe... Bentar yaaa... Uhh... Uhh... Uhh..." Kata Projo yang segera memaju goyangan pinggulnya cepat-cepat.

PLOK PLOK PLOK PLOK PLOK

"Ssstt.... Udah-udah... Jangan berebut.. Ntar pasti kebagian jatah satu-satu... Hihihi...." Canda Citra sambil terus menerima sodokan kasar Projo, "Yaudah buruan Masss.. Aku udah nggak tahan nih... Ayo buruan entotin lagi..." Pinta Citra manja.
“Uhh... Uhh... Uhh... Heran deh Neng... Padahal memekmu khan udah disembur banyak pejuh yak...? Kok masih terasa seret aja sih...?" Tanya Projo
"Hehehe... Maklum mas... Memek kalo jarang digaruk ya gini, Orisinil... Hihihi...." Jawab Citra sekenanya.

"Uhh... Uhh... Beruntung banget ya suamimu... Pasti tiap hari minta jatah mulu... "
"Sssstt.... Jangan ngomongin orang ah... Ga baek... Khan kamu juga sekarang jadi seperti suamiku Mas... Lagi dapet jatah ngobok-obok memek aku.. Hihihi... "
"Wuuooohhh.... Omonganmu Neeeng.... Nakal banget... Naaakaaallll.... Uhh... Uhh... Uhh..." Kata Projo sembari meremas-remas pantat putih Citra dan menggerak-gerakkan pinggulnya lebih keras lagi. Maju mundur, maju mundur, maju mundur. Makin lama makin cepat.

“Ssh... Aahh... Ahhh... Ahhh... Naaahh… Gitu donk Mas... Shhhh..… Ayo Mas… sodok yang kenceng… Ayo puasin aku lagi Mas... Puasin aku lagiii...… Ahhh... Ahhh... “
“Hehehe…. Pastinya Neng… Pasti bakal aku buat kamu puaas…. Hehehe….”

PLOK PLOK PLOK PLOK.

PLOK PLOK PLOK PLOK

“Iyahhh.. Iyaah… Gitu mas… Terus… Teruuusss…” Kata Citra kesetanan. Sepertinya gelombang orgasmenya akan segera datang. “Ooooohhh… Enak beneeer mass… Enaaakk… Oh oh… Ngentoott..,”

Namun, ditengah pendakian birahinya, lagi-lagi Citra harus menelan pahitnya rasa keewa. Karena, tak menunggu waktu lama, tubuh Projo kembali bergetar hebat. Otot-otonya menegang, dan mulai mengejan-ejan keenakan.

"Huuuooohhhh... Neeeeennngg...Aku mau keluar laagiiii.... " Teriak Projo lantang.
"Bentar Mas... Sodok dikit lagiii.... Aku juga mau keluar... "
"Aku nggak bisa nahan lagi Neeng... Aku keluaar.... Ooohh... "

CROOT CROOCOOOT CROOTTT

Semprot penis Projo tanpa henti, kembali memenuhi rahim wanita cantik yang ada didepannya.

"Ayo goyang bentar Maaass... Aku juga maaau keluaaarr... Oooohh...." Sahut Citra sambil terus menggoyangkan pinggul semoknya. "Ayo sodok dikit lagi masss.. Ayooo...."

" Hhhh... Hhhh... Udah Mbak.... Remek badanku.... Aku nggak kuat lagi... Remek..." Tolak Projo sambil mengambrukkan dirinya, menimpa tubuh langsing Citra.
"Yaelah Maaasss.... Masa aku nggak pernah dikasih enak sih... Dikasih tanggung mulu..." Omel Citra.
"Habisan.... Salah sendiri punya memek legit…” Kata Projo santai sambil menarik lepas penisnya yang mulai masih menyemburkan sperma.

PLOP…

“Oouuuggghhtt… Kampret kamu Mas… Maunya enak sendiri,…” Ledek Citra.
“Hehehe… Emang enak banget Neeengg… Memekmu enak banget…. Hehehehe…” Tambah lelaki kerempeng itu sambil buru-buru beranjak kedepan, ketempat Diki berada.

“Minggir Dik... Ayo gantian…” Kata Projo yang langsung merebut wajah Citra dari sodokan penis Diki, lalu menjejalkan penisnya dalam-dalam kemulut saudara Prawoto itu.
"Neng Lonte yang cantiknya seperti bidadariiii… Tolong dong bersihin kontolku…. Hehehe..." Kata Projo sambil mengurut-urut batang kebanggaannya. "Ini aku mau keluar lagi.... Hehehe..."

CROT CROOOT.

Lagi-lagi, semburan sperma keluar dari lubang penis Projo. Walau tak sebanyak sebelumnya, namun tetap saja penis lelaki kerempeng itu cukup memberikan noda pada wajah dan leher Citra.
"Hehehehe... Puuuaaasss...." Kekeh Projo keenakan.

"Hebat juga kontol lelaki krempeng ini... Masih bisa moncrotin pejuh..." Puji Citra sambil menyelomoti penis besar Projo. "Uhuk..uhukkk... Uhukk.... Juih.... Juuuih.... Moncrot mulu Mas.... Ga pernah ngasih enak... Uhuk...Uhuk..."
"Hehehe... Yah... Namanya juga khilaf Neng... Jadinya ya gini... Monrot mulu... hehehe..." Elak Projo.
"Kenapa kamu Jo.... Kaya kesetanan gitu...?"
"Aku nggak bisa nahan Diik.... Memek Neng ini wueeenak bangeeet... " Puji Projo sambil mengelus rambut Citra. "Tolong sekalian isepin telornya ya Neng.... Hehehehe.... "

Mendengar pujian Projo, segera saja Citra langsung menyedot kuat-kuat penis yang masih terus menyemburkan isinya itu tanpa memikirkan rasa jijik.

“Hahahaha..... Projo payah.... Gitu aja udah moncrot....” Ledek Diki.
“Gapapa... Yang penting aku udah bisa ngecrotin nih memek dua kali... hahaha... "Balas Projo, "Habisan nih memeknya enak banget Nyet.... Ga tahan...”

"Hakhakhak.... Dasar lelaki-lelaki editansil... Pada kurang pengalaman.... Hakhakhak..." Ejek Pak Usep, "Masa sama Lonte kaya gitu aja udah moncrot Jo...? Hakhakhak."
"Sumpah Bosss.... Memek yang ini bener-bener beda.... Kaya mijit-mijit gitu..."
"Hakhakhak.... Memek mah dimana-mana sama.... Apalagi memek Lonte seperti dia... palingan 15 menit juga dia udah bakal aku buat kelojotan keenakan.... Hakhakhak..."

" Masa sih paaaak...? Yakiiinn bisa bikin aku kelojotan...? " Tanya Citra sambil terus menyelomoti penis Projo yang sudah melemas..."
"Hakhakhak... Kamu nggak percaya Neng...?"
"Hhmmm.... Hihihi... Sepertinya sssiiihhh.... Engak percaya sama sekali..."
"Yaudah... Gini aja Neng... Gimana kalo kita taruhan..."
"Taruhan...? Sluurrp.... Nyap... Nyap..."
"Iya... Kita taruhan..... Kalau misalnya Neng bisa terpuaskan dalam waktu kurang dari 15 menit, aku kasih Neng... Semua uang yang ada didalam tasku..."

"Apa Boss...? Si Bos seriiuuus...?" Tanya Projo tiba-tiba dengan wajah kaget ketika mendengar ucapan Pak Usep. "Iii..itu khan ada 40 juta lebih Boss..."
"Hakhakhak... Orang kaya seperti aku mah biasa ngeluarin duit segitu Jo... Hakhakhak...."

"Hmmm... Gitu ya.... Trus kalau aku kalah gimana pak....?" Tanya Citra.
"Ya jelas... Kamu bakalan aku nikahin hari ini juga... Hakhakhak....."

"Empat puluh juta... Duit segitu cukuplah buat memenuhi semua kebutuhan hidupku..." Batin Citra, "Toh dia cuman orang tua... Pasti tak akan mampu bertahan lama melawan keperetan memekku..."

"Gimana Neng...?" Kata Pak Usep yang mulai mengeluarkan gepokan-gepokan uang seratus ribuan dan mengipas-kipaskan didepan mukanya, "Apa kamu bersedia menerima tantanganku...?"

Sejenak, Citra terdiam lagi. Memikirkan segala macam resilo, "Empat puluh juta rupiah... Sebuah tawaran yang sangat menggiurkan... Kapan lagi bisa mendapat uang sebanyak itu dengan cara yang sangat mudah...? Apalagi melawan lelaki tua rental... Pasti benar-benar mudah... Hihihi...."

Dengan penuh percaya diri, Citra pun menganggukkan kepalanya
"Hakhakhak... Ayo deh kalau gitu.... Buruan balik badan Neng.. Jangan doggy mulu... Bosen..." Kata Pak Usep yang mulai melepas baju dan ikatan celana kolornya, lalu berjalan kedepan wajahnya. " Jangan nangis kalau kalah ya Neng... Hakhakhak...." Ejek Pak Usep sambil menurunkan penutup auratnya itu hingga mata kaki.

"Astaga... " Teriak Citra lirih sambil menutup mulutnya.

Ternyata Citra salah perhitungan, penis Kepala Desa itu ternyata berukuran cukup besar. Walau tak sebesar penis Prawoto, namun sepertinya penis itu cukup kuat untuk mengaduk-aduk vaginanya.

"Kok diem aja Neng...? Ayo buruan dikulum ini kontolku...." Pinta Pak Usep sambil menepuk-tepukkan penis tegangnya ke pipi Citra.

Dengan pandangan heran, Citra lalu menjulurkan tangannya dan meraih penis Pak Usep yang sudah menegang sempurna.

"Ko... Kontolmu kenapa pak...? Kok bentuknya begitu...?" Tanya Citra sambil mengamati sekujur batang penis kepala desa yang terdapat tonjolan- tonjolan sebesar biji jagung.
"Kenapa emangnya...?"
"Serem amat pak.... Banyak bisulnya..."
"Hakhakhak.... Gausah liat bentuknya Neng.. Yang penting sebentar lagi kamu bakal merasakan kenikmatan yang tak pernah kau rasakan seumur hidupmu..."
"Kontolmu...Mirip buah pare Pak..."
"Hakhakhak....Neng Citra Agustina... Kamu pasti jadi istriku Neng....Siap-siaplah kamu menulis surat gugatan cerai buat suamimu...Hakhakhak...."
"Hihihi... Ga baek Pak mimpi jorok di pagi hari seperti ini... Hihihi..."
"Hakhakhak... Kita lihat saja, siapa diantara kita yang sedang bermimpi.... "Kata Pak Usep sambil terus menepuk-tepukkan penisnya di pipi Citra, "Diki... Buruan genjot memek Neng ini...."

"Ehh I... Baek Bos... " Ucap Diki, "Ayo Neng... Naek ke tepi kolam... Tiduran disitu... Buka pahamu lebar-lebar..."

Setelah dirasa siap, segera saja lelaki bertubuh gempal itu membenamkan penisnya kedalam vagina Citra. Dan karena ukuran penis Diki yang tak sebesar Kirun membuat kepala penisnya dapat masuk dengan cukup mudah.

Tusukan demi tusukan nikmat kembali Citra rasakan pada vaginanya. Dan benar seperti apa yang dikata lelaki gempal itu, penis bengkoknya terasa menusuk jauh lebih dalam. Terasa nikmat.

"Udah udah... Ayo buka mulutmu Neng... Jilatin ini aku punya kontol...." Paksa Pak Usep sembari menjejalkan batang bertotolnya ke mulut mungil Citra. Posisi pinggir kolam yang setinggi paha, membuat mulut Citra sejajar dengan penis Pak Usep yang berdiri didalam kolam

"Eeehhmmm... " Erang Citra tanpa mengucapkan kata-kata apapun, yang keluar dari mulut Citra hanyalah desahan nafas yang semakin memburu tidak teratur, menandakan wanita cantik itu sangat terangsang.

"Gimana kontolku neng...? Enak....?" Tanya Diki mencoba mencari tahu apakah wanita cantik itu menikmati persetubuhannya atau tidak.
“Ehhh....Henyak...." Kata Citra dengan mulut penuh penis Pak Usep, "Memek haku tak phernah disodok khontol bhengkok sebelumnya Mas.... Kontolmu yang pertama kalinya...."
"Hehehe... Syukurlah kalau Neng suka..." Kata Diki yang segera saja melumat habis puting payudara Citra yang kian mengeras.
"Sodok yang kenceng Mas...Oohhh.. Ohh....ohhhh… Nikmat Mas "
"Memekmu juga nikmat Neng... "
"Hakhakhak... Enak ya Dik...?" Tanya Pak Usep.
"Iya Boss... Bener kata Projo dan Kirun... Memek Neng ini peret abisss... Kontolku berasa dipijit-pijit..."

“Aaaahhhhkk…. Mas terus Mas …..” Erang Citra yang sepertinya sudah tidak bisa menguasai dirinya sampai teriak-teriak keenakan.

"Hakhakhak.... Hebat juga kamu Diki... " Puji pak Usep tiba-tiba, "Hajar terus tuh memek...Biar cepet keluar..." Kata pak Usep sambil terus memilin-pilin puting payudara Citra, membuat wanita itu berulang kali menggeleng-gelengkan kepalanya menahan nikmat.
"Kalo enak... Teriak aja Neng.... Nggak bakal ada yang mengganggu kita kok..." Kata Diki.
"Hakhakhak.... Bener.... Teriak aja kalo kamu suka... Kalau ada aku... Penduduk desa nggak bakal mengganggu kita kok... Istriku sayang.... Hakhakhak...." Kata Pak Usep mesra.

Antara bingung dan malu mengakui kenikmatan yang mulai melanda dirinya, Citra pun melirik kearah Prawoto yang sedari tadi duduk mematung di pinggir kolam tak jauh dari tempat dirinya bersetubuh.

"Kamu malu ama saudaramu Neng...? Dia bakalan ikhlas kok melihat saudaranya dientotin seperti ini... " Kata Pak Usep begitu percaya diri." Iya khan Woto... Kamu suka khan melihat mbakmu aku kontolin....? Hakhakhak...."

Prawoto tak menjawab, ia hanya menunduk malu menatap air kolam yang keruh.

"Hoi Woto....Jawab dooong... " Kata Pak Usep yang tiba-tiba mencipratkan air kearah Prawoto "Kamu suka khan kalo mbakmu aku kontolin...?"

Sekali lagi, tukang sate itu tak menjawab apapun. Ia hanya melirik sekilas lalu kembali melihat kearah pegunungan yang jauh disana.

" Woottoo... Kalo kamu nggak jawab, utang-utangmu bakal aku tambahin loh...."

Merasa tak dapat berbuat apa-apa, Prawoto lalu menarik nafas panjang dan berteriak. "iya Pak... Aku suka...." Jawab Prawoto lantang sambil menatap Pak Usep dengan tatapan bingung.
"Hakhakhak.... Dasar lelaki mandul...." Ejek Pak Usep, "Kamu suka khan melihat saudaramu dientot banyak orang...? Lihat aja kontolmu.... Ngaceng gitu.... Hakhakhak..."

"Eh iya benar... Kontol Bang Woto ngaceng melihatku disetubuhi seperti ini....?" Batin Citra dalam hati.

"Eh Bang Woto... Aku boleh nggak buang pejuh di memek mbakmu..." Kata Diki tiba-tiba, "Sepertinya kontolku nggak kuat lagi nih... Memek mbakmu bener-bener wuuueennnaaaakkk..."
"Serius Dik udah mau moncor...?" Tanya Pak Usep seolah tak percaya.
"Beneran Pak... Lihat aja nih palkon saya.... " Kata Diki yang buru-buru mencabut penisnya dari vagina Citra lalu memperlihatkan kepala penisnya yang sudah memerah dan berkedut-kedut. "Goyangan memek Neng ini bener-bener hebat.."
"Hakhakhak... Dasar kutu kupret.... Begitu aja udah mau moncot...." Tawa Pak Usep,
"Gimana Bang.... ? Mbakmu boleh aku pejuhin ya...?" Tanya Diki lagi.

"Udah udah... Pejuhin aja Dik.... Toh dia nggak bakalan melarang...." Kata Pak Usep santai sambil meneruskan menyetubuhi mulut Citra dalam-dalam.

" Uhh.... Uhh.... Uhh.... Memek enak seperti ini harusnya memang dinikmati banyak orang Neng... Jangan disimpan saja buat suamimu..... Uhh.... Uhh.... Uhh...." Kata Diki yang kemudian menyodok vagina Citra cepat-cepat.
"Ehhmmm... Ehhm... Ohh... Ohhh.. Ooooohhh.. " Erang Citra keenakan.
"Enak khan Sayang...? Dientotin banyak orang seperti ini....? Hakhakhak..."
"Sssshhh.... Uuuoooggghhh.... Hhhh.... HHhmmmm.... " Jawab Citra sambil mendesah-desah keenakan.

"Neng Citraaaa saaayaaanggg....?" Tanya Pak Usep sambil meremas payudaranya keras-keras, membuat wanita cantik itu tiba-tiba berteriak lantang.
"AAAAaaarrrggg.... Sakit paaaakk..."
"Hakhakhak... Makanya.. Jawab dooong..."
"Iya pak.. Iya... Eenak banget kontol-kontol kalian.... Aaku sukaaa.... Aku sukaaaa...."
"Naaah... Gitu khan enak....Hakhakhak...."
"Ngentot kamu Pak.... Ngenttooooottt..." Jerit Citra sambil terus menyelomoti penis Pak Usep sambil sesekali menggoyang pantat bulatnya.
"Hakhakhakkk.... Tinggal bilang enak aja pake malu-malu Sayang.... Hakhakhak..."
"Tua bangka ngentottt.... !" Ucap Citra yang kemudia menyelomoti penis Pak Usep dalam-dalam hingga pangkalnya."
"Wuuuuoooohhh.... Lonte sepertimu pasti bakal jadi Istri yang enak buatku sayang.... Bakal nggak aku bolehin keluar rumah..... "
"Sluuurrrppp.... Hmmm... Trus bolehnya diapain Pak...?" Tanya Diki iseng
"Bolehnya.... Aku entotin terruuusssss... hakhakhak...."

"Wuiiidiiiiihh.... Besok aku boleh minta jatah nggak Bosss...? Hehehe... " Sahut Kirun.
"Aku juga mau Booss..." Pinta Projo tak mau kalah.
"Boooleeeeh.... Atur aja nanti.... Hakhakhak.... "

Mendengar kalimat Pak Usep, Citra mendadak ingat dengan taruhannya barusan. Namun karena gelombang orgasmenya sudah datang mendekat, pikiran Citra menjadi gamang.

"Enak sekali kontol bengkok lelaki satu ini... Garukannya benaaar-benar terasaaaa...." Batin Citra.
"Toh kalo aku orgasme... Tidak masuk hitungan ke taruhannya si Usep cungkring... Khan aku orgasme karena kontol bengkok Diki...Dan lagi... Kalopun sekarang aku orgasme.... Orgasme keduaku nanti pasti akan datang lebih lama.."

Belasan skenario, tersusun serampangan di pikiran Citra. "Yang jelas... Untuk waktu dekat ini aku ingin merasakan kenikmatan bersetubuh dengan lelaki gempal berpenis bengkok ini.... " Pikir Citra lagi sambil mempercepat goyangan pinggulnya.

"Wuih wuihhh Neeeng.. Pelan-pelan aja ngegoyang pantatnya Neng... Aku ga pengen cepet-cepet ngecrot duluan... Hahaha....” Kata Diki kaget.
"Ngenttooottt Mmaassss... Terus entoootin memek aku.... Eeennnnttoooottt Maaaasss.... " Jerit Citra keenakan.

Entah apa yang terjadi dengan Citra, ia terlihat begitu bernafsu untuk mendapatkan orgasmenya. Terlebih suasana pagi itu sudah semakin sepi membuat peri-peri birahi sudah begitu mendominasi pikiran Citra, teriakan demi teriakan kotor mulai terdengar lantang dari mulutnya.

"Woowww... Kasar juga omonganmu Neng....?" Kaget Diki
"Hakhakhak... Kalo Lonte sejati ya memang begitu Dik.... Ga kebayang kalo suamimu tahu kelakuan bejatmu sayang... Pasti dia bakalan syok... Hakhakhakhak..."

"Ohhhmmm... Ohhh.... Ngeeeentttooootttt.... Bhodho hamat.... Bhiahin aja Mas Mahwan tahu.... Yang phenting hekarang aku bisa hapet hennnnaaaakkk..." Erang Citra lagi dengan mulut yang masih penuh penis Pak Usep..
"Mahwan..? Marwan maksud kamu sayang... Itu nama suami kamu ya...? Hakhakhak...." Canda Kepala Desa itu sambil terus terusan menyodok Mulut Citra. "Mas Marwan.. Istrinya aku pinjem dulu yaaa... Mau aku entotin sampai sore... Eh enggak... Mau aku entotin sampai... Selamanya... Hakhakhakhakh..."

" Ohhh... Ohhh... Sssshhh.... Diaaam... Jangan sebut-sebut nama dia disiniii... Ooooohhh..." Teriak Citra hebat. Dengan goyangan pinggul yang henti-hentinya, wanita cantik itu terus-terusan memutar pinggulnya, mengejar gelombang orgasme yang akan segera datang. "Ayo mas... Entot memekku keras-kerassss.... Aku mau keluaaarrr... Aku maaau keluuuarrr... Uhhh.... Uhhh.... " Kata Citra lagi sambil memperkeras cengkraman vaginanya.

"Wih wih wihhh.... Bentaran dikit Neng... Bentaraann... Tahan goyanganmu Neeeng... Aku belum mau keluaaarrr...." Teriak Diki yang tiba-tiba meremas pantat Citra kuat-kuat. Dengan sekuat tenaga, lelaki gempal itu menahan pantat Citra supaya tak bergerak kesana-kemari diatas batang penisnya.

Namun, ternyata lagi-lagi penis ajudan Pak Usep itu tak sekuat omongannya. Karena ditengah-tengah remasan tangannya menahan goyangan pantat Citra, penis bengkoknya menyemburkan semprotan kenikmatannya.
"Aaanjjiiiiiiinnggg..... Aku keluaaar Nneeengg... Aku keluaarrr OOuuuuhh...." Kata Diki yang tiba-tiba menghujamkan pinggulnya keras-keras. Memompa seluruh persediaan benih kejantanannya masuk kedalam rahim istri Marwan itu.
"Tahan bentaraan maaas.... Kita keluar bareng...."
"Udah Neng... Aku nggak kuat lagggiiii....... " Jerit Diki putus asa, "Woto.... Mbakmu aku hamilin yaak.... Aku udah mau ngecrot niiiiiih..."
"Jangan keluar dulu maas... Aku belum mau sampeee..."
" Uhhh.... Uhhh.... Uhhh.... Terima semprotan pejuh suburku Neng.... Biar kamu cepet hamil...."

COOOTTTT CCRRROOOOOOTT CCROOOOOCOOOOTTT....

"Looh Maass.. Jangan keluar dulu Maaass... Aku mau keluar nih... " Pinta Citra yang masih dalam posisi telentang sambil mengangkangkan kedua kakinya keatas, terus-terusan menggoyangkan pantatnya dengan gerakan maju mundur, " Ayo goyang lagi mas.... Kita keluar bareng... Ayo mas.. Aku mau keluar..."
"Hhh.... Hhh.... Hhhh.. Udah Neng... Udah.... Aku udah nggak kuat lagi...." Ucap Diki sambil terus menubrukkan pinggulnya ke tubuh Citra.

"Aaah.. Ngentottt kamu Mas... Ayo dooong... Goyangin lagi kontolmu.. Dikit lagi aku keluar niiihh...." ucap Citra penuh nafsu sambil mulai menggelitik klitorisnya.
"Uhhh..Uhh... Empotanmu memekmu memang luar biasa Neeeng... Uhh...Uhhhh.." Ucap Diki sambil menyemprotkan sisa-sisa sperma yang masih tersisa di penisnya.
"Aaahkk.... Ngentot kamu Mas... Bisanya ngomong doang..."

"Hakhakhak... Dasar kontol-kontol letoy.. " Tawa Pak Usep kegelian, "Diki... Diki... Kasian dikit dong ama sayangku... Masa dia udah mau keluar, kamu tinggal moncrot duluan...
"Sumpah boos... Tadi saya udah nggak kuat lagi..." kata Diki berusaha membela diri.
"Baru juga belum ada 5 menit Dik... Udah moncrot ajah....."
"Iya nih Bosss... Nggak tau kenapa..."

"Hakhakhak....Yaudahlah Dik kalau gitu, sekarang kamu minggir.... Aku mau nggedel-gedel memek Lonte ini... " Kata Pak Usep sambil memposisikan kepala penisnya tepat di liang vagina Citra

SLEEP...

"Uh.. Uh uh... Rasain kontolku Sayang... Uuuuhhhhhh..." Kata Pak Usep semasuknya kepala penis besarnya ke gerbang vagina Citra, langsung melesakkan kuat-kuat hingga mentok sampai ke pangkal, "Ayo kita lanjutkan pendakian birahimu Sayang... Hakhakhak...."
"Aaarrrggghhh.... Ayo Pak... Tusuuuk yang kencen Paaak... Yang kenceng... Anter aku orgasme... Buat aku ngecrit..."
"Hehehe... Pastinya Neng... Orgasme mah nggak usah ditahan-tahan Neng... Nggak baekk...." Kata Pak Usep sambil terus mempercepat goyangan penisnya yang sudah menancap didalam vagina citra. "Toh kalo kamu orgasme, aku bisa jadi suami syahmu... Hakhakhak..."

DEG.

Tiba-tiba Citra tersadar. Apa yang dikatakan Kepala Desa itu ternyata sangat benar. Jika Citra orgasme, maka ia otomatis kalah taruhan. Dan itu artinya, Citra menjadi istri Kepala Desa mesum itu.

"Haaaaah... Aah ahhh... Curaaang...Ya nggak bisa gitu pak... " Omel Citra yang masih terus terombang-ambing karena tusukan tajam penis Pak Usep.
"Loooh... Kenapa enggak Sayang...? Khan kamu orgasme karena tusukan kontol besarku..."
"Enggak Pak... Enggak... Shhhmmm... Aku mau orgasme karena kontol bengkok tadi...."
"Heeehhh.. Lonte... Liat dong... Emang yang sekarang ada di memekmu kontol siapa....?" Protes Kepala Desa itu sambil mencaplok payudara Citra. Membuat wanita semok itu semakin mengelijang keenakan.
"Eeehhmmmm..... Huuuoohh.....Enggak pak.... Nggak masuk itungan kalo gitu caranya.... Ehhhmm..."
"Bodo amat Sayang.... Kalo kalah ya kalah.... Nggak pake syarat ini itu... Hakhakhak...." Tawa Pak Usep penuh kemenangan.

"Memekmu yang sempit ini... Tubuh yang seksi ini... Dan tetekmu yang super besar ini... Sebentar lagi bakal jadi milikku sepenuhnya Sayaaaang... Uh uh huh... Hakhakhak..."

"Curang kamu pak... Curaaang...." Jerit Citra sambil terus-terusan mencoba mendorong tubuh kurus pak Usep dengan tangannya. "Bang Woto... Tolong akuuu..."
"Hakhakhak... Percuma Sayang.... Dia nggak bakalan bisa mbantuin kamu... Sekalinya dia bergerak, aku bakal tambahin utang-utangnya.... Hakhakhak..."

Benar saja. Prawoto tak bergeming, tukang sate itu hanya menatap Citra yang sedang digumuli oleh empat orang lelaki mesum itu dari dekat. Tak mampu melakukan apa-apa.

"Ooohhh... Sshhh... Baaang... Toloooong aku Baang.... Ooouuhh...." Pinta Citra lagi sambil terus-terusan mendesah keenakan, "Tolong Baaang... Aku udah nggak kuat lagi Baaang.... Aku mau keluaar Baang.... Oouugghh...."
"Hakhakhak... Percuma Sayang... Percuma.... Dia ga bakal ngebantuin... Hakhakhak..."
"Sshh... Eehhmmmff.... Baaang... Sini Bang... Tolongin akuuu... Aku nggak mau jadi bini Kades mesum ini Baaang... Uuuhh.. Uhh... Uhh... Aku mau keluar Baang.... Aku mau ngecrooot...."
"Hakhakhak.... Sayang.... Daripada kamu minta tolong ama Banci, mending kamu minta tolong ama Projo, Diki atau Kirun aja deh.... Pasti makin puas.... PLAK..." Saran Pak Usep sambil menampar keras payudara Citra.
"Aaahh... Ngeeentooott... Kamu Paaakk... Ngeenttoooottt.." Jerit Citra sambil mulai menendangi tubuh Pak Usep supaya menjauh dari vagina Citra.
"Oooohhh... Kamu minta dientot ama mereka-mereka juga ya...? Hakhakhak.... Projo... Kirun... Diki.... Ayo bantu aku meganging ini Lonte... " Perintah Pak Usep kepada ajudannya sambil terus menggempur liang kenikmatan Citra, "Kalo mau ngentotin tubuh molek Neng Citra ini juga boleh kok.... "
"Waaaaaah... Siaaaap boooosss...." Teriak mereka bertiga hampir berbarengan. "Bang Woto... Permisi yang Bang... Kami mau ngentotin saudaramu lagi... Hehehehe..."

Segera saja, ketiga ajudan Kepala Desa itu menyerbu ke tubuh Citra. Diki dan Kirun memegangi kaki Citra, dan Projo memegangi kedua tangan Citra dari belakang tubuhnya.

"Ooohhh... Churhang hamu Paaakhh... Churhang ngentoooott..." Kata Citra sambil terus meronta-ronta, berusaha membebaskan diri dari cengkraman lelaki-lelaki mesum itu.

Namun sepertinya segala usaha Citra sia-sia. Sekeras apapun usahanya, ia tetaplah seorang wanita. Wanita lemah yang sedang diperkosa oleh empat orang lelaki. Terlebih, karena desahan dan teriakan Citra, ketiga orang ajudan Pak Usep itu sekarang jadi semakin bernafsu.

"Kalo meronta... Neng jadi keliatan seksi loh.... Hahaha..." Kekeh Projo sambil kembali meremasi payudara besar Citra kuat-kuat.
"Aaarrggghh... Lepasin aku Bangsaaat... Lepasiinn... Ngentoooottt kalian semua...."
"Hehehe... Wuiihh... Woto... Ganas bener Mbakmu satu ini... Beringas.. Hahaha...." Kata Kirun yang kemudian melumat jemari kaki Citra. Membuat wanita cantik yang sedang disetubuhi bosnya semakin menggelijang kegelian.
"Wuuoohh... Bangsaaat kalian... Ngentoooottt.... Ooohh... Shhhh.. Ooouuuhhhh...."
"Hakhakhak.... Puas-puasin deh ngentotnya Sayang...... Sekalian kasih liat ke sodaramu itu gimana binalnya dirimu.." Kata Pak Usep yang semakin mempercepat goyangan pinggulnya.

CLOK CLOK CLOK

Suara persetubuhan Citra dan Pak Usep semakin nyaring. Terdengar begitu jelas.

"Diki... Kirun.. Coba lihat memek ini deh.. Ada tahi lalatnya...." Kata Pak Usep sambil memamerkan tahi lalat kecil berwarna hitam di samping kanan bibir vagina Citra kepada kedua ajudannya yang berada disampingnya. " Artinya... Calon istriku ini bener-bener suka dientotin.. Hakhakhak.."
"Hahaha... Bener Pak.. Lihat aja tuh lendir..." Celetuk Diki.
" Banyak beneeerrr.... Hahahaha..." Sahut Kirun.

"Hoo'ohhh....Benar-benar legit..." Kata Pak Usep lagi sambil terus menggenjot penisnya. Walau sudah disetubuhi oleh tiga orang pria, tetap saja vagina Citra terasa begitu sempit. Bibir vagina itu berulang kali tertarik keluar dan terdorong masuk seiring cabutan dan tusukan penis bertotol Pak Usep.
"Ngeeentooottt.... Lepasin aku Paaakk.. Kamu curaaaannngg.. Oooh... Ohh.. Ohh.." Erang Citra yang tak henti-hentinya meronta.

"Bang Wotoo...Aku mau keluar Baaaang..." Jerit Citra sekencang-kencangnya. Tak peduli jika mereka sedang berada di tempat umum. "Aku mau keluar Baaang.."
"Hakhakhak... Keluar aja Sayang... Keluar yaaang banyaaaakk... Kita keluar bareng yaaaa....." Kata Pak Usep yang mendengar kalimat Citra, segera saja menggenjot penisnya jauh lebih cepat dari sebelumnya, "Bakal aku puasin nafsu birahimu Sayaaang.... Uhh... Uhh... Uhh..."

CLOK CLOK CLOK CLOK CLOK

Suara persetubuhan Citra dan Pak Usep terdengar keras. Sekeras sodokan penis pak usep menggaruk-garuk vagina Citra.

CLOK CLOK CLOK CLOK

"Enak khan Sayang kontol pareku...? Tonjolannya pasti membuatmu mabuk birahi...."
"Eemmpppfff...." Tak menjawab, Citra hanya meronta sejadi-jadinya. "Ngeeentoott... Ampuun Paaak... Ampuunn... Baang Wotooo... Aku mau keluar Baang...."
"Hakhakhak... Wong enak gini kok minta ampunn...?" Ledek Pak Usep, "Keluar bareng yuk Sayang... Aku udah mau dapet juga nih.."

Namun, karena saking bernafsunya Pak Usep menggedel vagina sempit sodara Prawoto itu, tiba-tiba penis bertotolnya terlepas dari jepitan liang senggama Citra. Menjelepat keatas.
"Uppss.. Lepas..." Kata Pak Usep singkat sambil buru-buru menusukkan kembali penisnya ke vagina Citra. "Maklum Sayang... Aku bernafsu sekali... Hakhakhak.... Uhhhhhhh...." Sambung Pak Usep sambil mendorong tubuh kurusnya maju, melesakkan penis gemuknya kuat-kuat.

"AAAAAAARRRRRRRGGGGGGHHHHHHHHH......"

Tiba-tiba, Citra berteriak keras-keras. Saking kerasnya, tubuh jelita wanita cantik itu sampai mengejang keras. Matanya melotot, dan mulutnya menganga lebar.
"Bangsaaat.....Saaaakittttt baangeeeettt Paaaak... Saaaakiiitttt...." Kata Citra sambil menitikkan air mata.

Rupanya, sewaktu Pak Usep kembali melesakkan penisnya ke tubuh Citra, ia memasuki lubang yang salah. Penis Pak Usep masuk kelubang anus Citra.

"Cabut Paaak... Cabuuuttt..." Jerit Citra sejadi-jadinya.
"Wuuuoohhh.... Salah lobang kali boosss..." Tanya Projo yang terus terusan meremasi payudara besar Citra.
"HUUUOOOOOKKKK.... Pelan-pelaaan bangsaaaaattt..."
"Wuuih wuiiih... Binal bener nih cewe Booos..."
"Hakhakhak.. Pantesan rasanya kok beda... Aku pikir memek nih cewe terasa jauh lebih menggigit... Eh ternyata kontolku masuk ke lubang bo'olnya....Hakhakhak...." Kekeh Pak Usep sambil mulai menggoyang penis besarnya. "Tapi... Jujur Jo.... Rasanya jauh lebih wueenaaaaak looohhh..... Hakhakhak..."

CLEPEK CLPEK CLPEEK

"Ampun Paaak... Ampuuun.... Sakit bangeeet..." Erang Citra sambil terus meronta.
"Wuuoohh.. Sakit apanya Sayang.... Wong ini enak kok.. Enak banget malah... hakhakhak.."

Walau semalam tadi Citra baru merasakan nikmatnya senggama anal bersama Prawoto, entah kenapa kali ini ia sangat tak menyukainya. Alih-alih bisa mendapatkan orgasmenya, wanita cantik itu malah merasakan jijik yang amat sangat. Dan segera saja, gelombang orgasmenya berangsur-angsur hilang.

"Kok rasanya beda ya..?" Pikir Citra. "Walau kontol Pak Kades ini lebih geli, tapi rasanya aneh..."

"Kok diem aja Sayang...? " Tanya Pak Usep tiba-tiba. "Masih sakit apa udah enakan...?"
"Emmmppp.... Eeeehheeeeeehhmmm...." Jawab Citra sambil menggigit bibir bawahnya. Rahangnya mengeras dan alisnya bertautan.
“Neng…? Kamu kenapa…? Badanmu sampe gemeteran gini neng…?” Tanya Diki. “Kamu kesakitan atau keenakan…?”
“Hehehe… Jangan-jangan... Kamu udah ngecrit yak Neng…?” Tebak Projo penuh percaya diri. “Bilang aja kalo kamu sebenernya menikmati dientot di lubang bo'ol Neng… Hehehe…”
“Eeeehheeeeeehhmmm.... Emmmppp.... " Jawab Citra lagi sambil terus menggeleng-gelengkan kepalanya, “Sakiit….”

"Hakhakhak….Tahan bentar ya Neng cantikku Sayang... Bentar lagi juga garukan nikmat kontolku pasti bakal berasa... Uuuuhhhh... Wuuueeenaaaakkk..." Kata Pak Usep dengan mata merem melek menahan nikmat.
“Ngentot kamu Pak… Ngeeentooot…”
"Sumpah... Bo'olmu juga berasa enak Sayang... Ga beda jauh dari kenyotan memekmu.." Puji Pak Usep,
"Emang lubang bo'ol si Neng ini bisa ngempot juga ya Bosss...?" Tanya Projo iseng sambil terus meremasi dan memelintir puting payudara Citra.
"Untungnya sih enggak...Kalo bisa ngempot, bisa-bisa aku moncrot duluan... Hakhakhak...."

Sebuah ide, tiba-tiba muncul di benak Citra. Dengan buru-buru, wanita cantik itu lalu melingkarkan kakinya ke pinggang kerempeng Pak Usep, lalu menguncinya erat-erat. Setelah itu Citra ia kembali menggerakkan otot selangkangannya dengan buas, membuat lubang anusnya menjepit penis Pak Usep kuat-kuat.

"Huuuooohhh... Eh.. eh.. eeehh…. Apa yang kau lakukan….? Kenapa kakimu melingkar gini Sayang…?”
“Aku mau keluaar Paakk… “ Erang Citra yang tiba-tiba menggoyangkan pinggulnya kuat-kuat, “Aku maaau keeluuaaarrr…. Bang Wotooo… Maafin aku ya Baang…”
“Hakhakhaak… Serius sayang kamu mau keluar…?” Tanya Pak Usep dengan tampang gembira, “Kalo kamu keluar… Artinya kamu bakal jadi istriku loh…”
“Iyyaaa… Aku mau keluuaar Paaak…. Terus entotin Bo’olku…. Terus Pak… Teruuuss… Wuuoohhh… Ngeentoooott….” Jerit Citra

“Hakhakhakk… Akhirnya kamu menyerah juga Sayang… Okelah kalo begitu… kita keluar bareng yaaa…” Teriak Pak Usep yang turut mempercepat goyangan pinggulnya. Menyodok-nyodok lubang pembuangan Citra sekeras mungkin.

CLEPEK CLPEK CLPEEK

“Iya Pak… Iya… Terus seperti itu paaak… Sodok yang keraaas…. Sodok yang kenceeeng…!” Teriak Citra kesetanan, “Ayo kalian juga… Ayo kesiniin kontol-kontol kalian… Entotin memekku…entotin mulutku… Ayo semua…Sini…”Remas juga tetekku keras-keras… "

"Pesta ini kita Bos.... Hehehe..." Celetuk Projo yang dengan sigap menurunkan tubuuh Citra kebelakang, membuat tubuh wanita cantik itu telentang dihadapan penisnya yang mulai kembali tegang. Lalu tanpa basa-basi, ia mulai mengocok penisnya lagi.
"Aku pejuhin muka kamu ya Neng...?" Tanya Diki dan Kirun yang juga ada didekat kepala Citra.

"Iya Mas... Kita keluar bareng..." Kata Citra kepada ketiga lelaki yang mengerubuti wajahnya. "Kita keluar bareng ya Pak... Pejuhin aku wajahku Mas... Pejuhin juga Bo'olku Pak..."

"Sumpah... Kamu adalah wanita ternakal dan terbinal yang pernah aku temuin Sayang.... Ga bakal aku melepasmu... aku sayang padamu Neng Citra Agustinaa.... Aku sayang padamuuu...." Teriak Pak Usep yang dengan membabi buta menyodok lubang anus Citra tanpa henti.
"Iya paaak... Aku juga suka dientotin olehmu.... "Kata Citra, "Kontol berasa nikmat banget... Enaknya tak terkiraaaaa..... Terus pak.. Terus entot akuuuuu...."
"Aku mau keluar nih sayang..... Aku udah mau sampeee..."
"Aku juga Paaakk Kadesku saaayaaang... Aku juga maaau keluuuaarr...... "
""Hooouuuuuuoooohhhh... Aku keluar Neeeeng.... " Teriak Diki, Kirun dan Projo hampir bersamaan.

"Hiyaahh... hiyaaa.. Hiyaaaahhh.... Kita keluaaar baareeengg.. Bang Wootoooo.... Maafin aku Baaang... Aku keluuaaar Baaaang... Aku keluuuaaar...."

CROT CROOCOOT CROT CROT CROOTT CROOCOOTTT CRROT CROT

Seketika cipratan-cipratan sperma menyembur tubuh Citra. Rambut, wajah, leher, payudara hingga perutnya, Habis terciprat oleh benih-benih hangat milik ketiga ajudan Pak Usep. Begitupun dengan anus Citra yang sekarang penuh terisi oleh benih milik si Kepala Desa.

CROT CROOCOOT CROT CROT CROOTT

Citra Agustina, tubuhmu bergelimang pejuh

"Uhhhh... Uuhhhhhh.... Sayangku.... Istriku.... Aku puaasss...." Bisik Pak Usep yang langsung ambruk menimpa tubuh putih Citra. "Aku benar-benar puuuaasss....." Tambahnya lagi sambil mengecupi manja payudara Citra.

"Kami juga Neng.... Kami semua terpuaskan olehmu..."

"HAHAHAHAHA....." Tiba-tiba Citra tertawa keras.

"Sayang...? Kamu kenapa..?" Tanya Pak Usep keheranan.

" HAHAHAHAHA..... HAHAHAHAHA....." Citra makin keras tertawa. "Kamu kalah pak....Kamu kalah... Hahahahaha...."

"Looh...? Kok bisa....?" Tanya Pak Usep bingung.
"Ya bisa donnng.... Khan aku belum keluar.... Hahahahaha... Tadi itu aku pura-pura aja..."
"Ah nggak mungkin.... Kamu udah keluar Sayang... Wong aku bisa tahu tanda-tanda wanita keluar itu seperti apa... Kamu nggak bisa bohongin aku...."
"Emang tanda-tandanya seperti apa...?"
"Ya gitu... Memeknya berkedut-kedut... " Jelas Pak Usep.

"Seperti ini Pak...?" Tanya Citra sambil memainkan otot kelaminnya, membuat vaginanya berkedut hebat.
"I....Iya..." Jawab Pak Usep.
"Kalo ngedutin seperti ini... Aku mah udah bisa dari kecil kali Pak... Hahahaha...."
"Tapi khan memek kamu ngecrit Sayaang...."
"Hehehe....Itu pejuh ajudan-ajudan kamu Paaak... Liat aja memek aku... Masih kenceng khan...? belum ada tanda-tanda lemes...?"

"KAAAAAMMMPPPPPRREEEEEETTTTTT...."
Seketika, emosi Pak Usep meledak-ledak.

DASAR LONTE LAKNAT.... LONTE TAK TAHU DIRI.... PELACUR MURAHAN.... BERANI-BERANINYA YA KAMU MENIPUKU..

"Habis Bapak maennya curang sih...."

"NGGAK PAKE ALESAN.... YANG JELAS KAMU UDAH MENIPUKU... LONTE SIALAN PEREK JAHANAM... SUNDEL MURAHAN...."

"Hehehe... Sekarang... Mana bayarannya pak.... Aku udah menang khaann..."

"NGGAK BAKALAN AKU MAU BAYAR LONTE SEPERTIMU... TARUHAN KITA TADI BAAATAAALL...."

"Yeee... Nggak bisa gitu dong Pak... Kalo kalah ya kalah... Jadi bapak harus bayar..."

"BERANI-BERANINYA KAMU MINTA UANG DARIKU LONTE LAKNAT... UDAH UNTUNG BISA NGERASAIN KONTOLKU.... TIDAK ADA... TAK ADA UANG SAMA SEKALI..."

"Kontol nggak enak gitu dibanggain Pak... Ga enak sama sekali.." Kata Citra.

"BAAAANGGSSAAAAAATTTT...." Teriak Pak Usep dengan tangan mengepal, "DASAR SUUUNDELL.... LONTTTEEEE BAAAJINGAAANNNN....NNGEEENNNTOOOOTTT....."

Dengan amarah super tinggi, Pak Usep langsung mengarahkan pukulan tangannya kearah wajah Citra.

HAP

"Bayar Pak...." Kata Prawoto sambil menangkap lengan Kepala Desa itu. "Kalo kalah ya kalah..." Tambah tukang sate itu dengan tatapan mata yang sangat dingin. Penuh amarah dan kebencian.

"APA MAUMU WOT.... MAU IKUT CAMPUR...?" Bentak Pak Usep. "DIKI... KIRUN PROJO... HAJAR TUKANG SATE INI... BERI DIA PELAJARAN SUPAYA JANGAN SUKA IKUT URUSAN ORANG LAEN...!" Tambahnya, "BIAR AKU HAJAR INI LONTE... BIAR NGENTOTNYA LEBIH BENER...." Kata Pak Usep yang buru-buru mencabut penisnya dari lubang anus Citra dan melesakkannya dalam-dalam ke vagina Citra.
"Aaaaahhh... Paaaaakkkk.... Pelan-pelan.."
"RASAAAIINN.... RAASAAAAIINN..." Genjot Pak Usep Kasar.

Sementara Pak Usep kembali sibuk memberi pelajaran pada vagina Citra, ketiga ajudannya pun sibuk menghabisi Prawoto.

BUK BAK BUKK DUG BUK....
Baku hantam pun terjadi di kolam pemandian itu. Air bergejolak, bercipratan kesana kemari karena pergulatan keempat orang lelaki itu demi mempertahankan harga dirinya.

BUK BAK BUKK DUG BUK....

Namun, tak seperti apa yang Pak Usep kira, ketiga ajudannya kalah telak menghadapi tukang sate itu. Mungkin karena sudah terlalu lelah menyetubuhi Citra, ketiga ajudan Pak Usep itupun sudah tak bertenaga lagi menghadapi Prawoto.

"Cabut kontol burikmu dari tubuh mbakku Pak..." Teriak Prawoto lantang, "CABUUUTT...."

"Ehh ehhh... Sabar dulu Wot... Sabar...." Kata Pak Usep ketakutan, "Ayo kita obrolin dulu.." Tambah Pak usep sambil mencabut penis bertotolnya dari vagina Citra.

PLOP

"Loohh Paak mau kemanaa…? Bapak mau ninggalin aku...?" Sela Citra yang masih telentang didepan tubuh Pak Usep, "Gimana ini... Masih mau terus ngentotin memek aku nggak....?"
“Bentar Neng… Sepertinya aku masih ada urusan…”
"Ayolah Paakk… ditunda dulu urusannya… Katanya mau muasin aku...? Kok cuman segitu aja sih kemampuannya....? Hihihi...?"

Tak menjawab, Pak Kades itu hanya terdiam sambil mulai mengenakan pakaiannya.

"Eh Pak… Omong-omong… Bapak mau tahu nggak kontol yang besar itu seperti apa...?" Tanya Citra yang pelan-pelan mendekat kearah Prawoto berdiri.
“Seperti apa Neng…?”
"Kontol besar itu… Seperti ini niiiihhh Paaakk…Gedhe... Panjang… Berotot daaan KUAAATT…. Hihihi... " Ucap Citra singkat sambil mempelorot celana kolor tukang sate itu. Dengan jemari lentiknya, wanita cantik itu kemudian mengocok-kocok batang penis Prawoto hingga semakin membesar.

“Masa kontol segedhe ini dikata kecil sih Paakk…” Tanya Citra, “Pak Kades salah dengar kali Paakk…”
Mata Pak Usep melotot. Ia sama sekali tak mengira jika lelaki yang sedari dulu ia hina karena penisnya yang kecil ternyata memiliki ukuran kelamin yang jauh lebih besar daripada miliknya.

“Nggak mungkin… Suwanti bilang sendiri kok… “ Kata Pak Usep bingung, “Suwanti bilang kalo kontol suaminya itu kecil… Impoten… Dan tak pernah bisa membuatnya hamil…”
“Hihihihi… Berarti… Ketahuan khaaan.. Siapa yang bohooong… “ Cibir Citra sambil terus mengocok penis Prawoto.

“Maaf ya Pak Kades, Mas Diki, Mas Kirun dan Mas Projo.. " Kata Citra, "...Walau sedari tadi bapak dan Mas-mas bilang kontol Bang Woto kecil, tapi kontol seperti inilah yang bisa membuat nafau birahiku terpuaskan berkali-kali….” Jelas Citra.

“Yaaah… Biarpun aku baru disetubuhi Bang Woto tadi malam, ia sudah mampu memberikan kenikmatan orgasme puluhan kali lebih banyak daripada kontol besar bapak dan Mas-mas sekalian..." Tambahnya

"Liat nih... Kontol 'kecil' begini nih yang sanggup menggelitik liang rahimku sampai mentok... Hihihi…" Kata Citra sambil mulai mengecupi penis tukang sate itu.
“Ehhmmm… Mbak… Kita lanjut dirumah aja yuk… Matahari udah mulai tinggi nih… “
“Hihihi… Iya bang… Yuk… “ Kata Citra yang kemudian beranjak mengambil kain sarungnya dan melilitkan ditubuh rampingnya.

“Nah kalau bapak sudah tahu selra saya… Saya mohon pamit dulu ya pak… Saya pengen nerusin ngentotnya dirumah Abang saya aja… Hihihi… ” Ucap Citra sambil tertawa renyah, “Eh iya… Ini duitnya aku langsung bawa aja ya Paak… Makasih banyak looh… Suamiku pasti senang melihat uang sebanyak ini… Hihihi….” Tambah Citra sambil mengecup dahi Pak Usep.

“Sampai jumpa semuaaaa…. Hihihi…” Pamit Citra sambil kemudian mengecup pipi Diki, Kirun dan Projo bergantian

“Jangan sedih yaa… Kontol kalian tetap bakal aku ingat selalu kok… “ Ucap Citra genit, “Terutama kontol Bertotolmu Pak… Ini kontol yang akan selalu aku kangenin….Muuuaaahhh…” Tutup Citra sambil mengecup kepala penis Pak Usep yang sudah lemas tertidur.

“Yuk Mbak…” Ajak Prawoto yang juga telah berpakaian.
“Ayoo Bang… Ssshh… Jalannya pelan-pelan ya…” Jawab Citra.
“Kenapa Mbak…? Kakinya keseleo lagi…?”
“Enggak… Ini memekku… Enak-enak ngilu gitu… Hihihi… “

Sambil melenggang ringan, Prawoto lalu menggandeng lengan Citra. Memapahnya pelan sambil terus merangkul tubuh ramping Citra. Walau dengan jalan yang agak terseok-seok karena baru saja disetubuhi secara kasar oleh empat orang pria, wanita cantik itu merasa jika hari ini adalah hari terindah dalam hidupnya.