Minggu, 26 Juni 2016

Nafsu Birahi Citra 3

Nafsu Birahi Citra part 5A | Akhir Sebuah Penantian

Para tokoh :
1. Citra Agustina (26), Seorang wanita cantik bertubuh kurus namun memiliki payudara ekstra besar berukuran 36 F 
2. Seto Maryadi (24), Suami playboy Anissa yang suka main perempuan dibelakang istrinya.
3. Utet (52), Lelaki tua mesum yang sangat jatuh cinta kepada Citra. 


***



"Hai mbak...Gimana kabar...?" 

Sebuah pesan singkat tiba-tiba masuk ke inbox Citra. Pesan singkat dari Seto maryadi, suami dari Anissa Rumina.

"Eh Seto.. Aku baik-baik saja kok..." Balas Citra singkat.
"Maaf ya mbak tentang kejadian kemaren..." Pesan Seto lagi.
"Hihihi... Iyaa..."
"Sepertinya aku terlalu kelewatan mbak..."
"Halah... santai saja Set...Mbak nggak apa-apa kok..."

Sebenarnya Citralah yang harusnya berterima kasih pada Seto. Gara-gara melihat photo penisnya, Citra bisa mempunyai mainan baru yang bisa memuaskan dahaga birahinya setiap saat. Mainan itu adalah penis Pak Utet. Yah, walaupun kelihatannya penis Pak Utet tak sebesar penis Seto, tapi paling tidak, penis lelaki tua itu lebih besar dari milik mas Marwan.

"Enggak mbak... Aku harusnya minta maaf...."
"Haduuh...Apaan sih Set... Udah udah. Nggak usah dipikirin lagi kali... Hihihi...".
"Aku khawatir kamu marah mbak. Soalnya beberapa hari ini kamu sama sekali nggak ngabar-ngabarin aku..." Jelas Seto, "Apalagi sekarang kalo aku lihat... Kamu sudah punya gandengan baru.."
"Gandengan baru...?" Tanya Seto penasaran.
"Iya... Bapak-bapak tua yang setiap hari selalu datang kerumahmu pagi-pagi...."
"Owalaaaah.... Itu mah Pak Utet." Jelas Citra, "Dia cuma mbantuin aku nganter jemput ke kantor aja kok.... Nggak lebih" Bohong Citra. Tak mungkin ia menceritakan kenakalan dirinya dengan Pak Utet.
"Tukang ojek...?"
"Hihihi.. Iya deh... Tukang ojek.."
"Masa cuman tukan ojeh sih mbak...? Kok sepertinya kamu mesra sekali ama lelaki tua itu...?"
"Hihihi... Cembuuruuu nih yeee..." Goda Citra.

"Hmmm Enggak sih.. Belom..." Jawab Seto sok tak peduli.
"Hihihi... Beneran nih nggak cemburu...?"
"Hmmm. Dikit sih.... Hehehehe..." Kata Seto mengaku," Tapi walau cuman ojek, belakangan ini aku jadi nggak bisa nganter bidadariku mbak. Aku kangen ama bidadariku yang cantik..." Puji Seto mulai melancarkan jurus rayuan mautnya.
"Halaaaah... Mulai deh... Gombalnya keluar...."
"Beneran mbak. Aku kangen pelukanmu....."
"Hihihi... Bilang aja kamu pengen ngerasain empuknya tetek besarku... Iya khaaaaann..? Ngaku ajalaaah... Hihihi...." Celetuk Citra vulgar. 
"Hehehehe.... Iya sih.... Kangen empuknya...."
"Lagian... Kamu sendiri juga nggak pernah ngabarin aku.."
"Iya mbak maaf.... Khan udah aku bilang tadi... Aku pikir, aku agak keterlaluan ketika mengirim photo kontolku ke kamu.. " Jelas Seto lagi, "Karena setelah itu, mbak sama sekali tak pernah membalas pesan-pesanku lagi...".

"Kamu ternyata perhatian sekali ya Seto..." Batin Citra. Sebenarnya bukan Citra yang tak mau membalas. Melainkan ia benar-benar tak memiliki waktu untuk bisa bermesum ria dengan handphonenya lagi. Terlebih dengan adanya Pak Utet di sekitarnya yang selalu meminta jatah ketika mereka sedang sendiri di kantor.

"Mbak... " Panggil Seto lagi melalui pesan singkat.
"Yaaa...?" Jawab Citra.
"Boleh nggak...?" Tanya Seto, mencoba membuat Citra penasaran.
"Boleh apa....?" Balas Citra.
"Boleh nggak kalo nanti malam aku ajak kamu jalan...? Aku mau minta maaf..."
"Khan udah aku maafin Set..."
"Ayolah mbak... Aku mau bener-bener mau minta maaf..."
"Hmmm.. Gimana ya...? Sepertinya aku ada perlu deh....." Balas Citra mencoba menggoda Seto.
"Ayolah mbaaak... Pleeeaaaaseeeeee.... Ayo mbaaak...." 
"Hmmm... Okedeh... Tapi kamu jemput aku ke kantor ya..." 
"YEEESSSSS....Asyeeekk.. Makasih ya mbak..."
"Iyaaa..."
'"Aku sayang deh ama kamu mbak..."
"Gombaaaalll..."
Hehehe... Tunggu aku nanti malam ya mbakku sayaaangg..."

Melihat jawaban-jawaban Seto, seketika hati Citra menjadi berbunga-bunga. Ia seolah seperti kembal ke masa pacaran dulu.

***

"Hai mbak... Aku udah di depan kantormu nih... Yuk..." Tanya suara lelaki dari ujung telephon. 
"Itu suara Seto..." Batin Citra girang, "Enggak kok Set.... Ini juga baru kelar mberesin file... Tunggu bentar ya..."

KLIK.

Secepat kilat, Citra membereskan semua barang-barang yang masih berantakan di atas meja kerjanya, memasukkan semua handphone dan dompet ke dalam tasnya, mematikan komputer kerjanya dan langsung meninggalkan kantor.

"Nardi, Oji, Burhan, Ijul, Hendro, Minda aku pulang dulu yaaa... Udah dijemput..." Pamit Citra kepada semua teman kerjanya. 
"Iyaaa Citraaaaa...." jawab mereka serentak, 
"Eh Cit... Tunggu... " Panggil Minda, teman dekat Citra satu-satunya dikantor ini, "Aku juga mau pulang.... Bareng donk..." 
"Yaudah... Yuk..."
"Cie...Cie...Suami pergi, istri senang-senang nih ceritanya...Hihihi..." Celetuk Minda tiba-tiba ketika melihat Seto melambai kearah mereka dari kejauhan. 
"Hihihi. Kaya kamu enggak aja..." Balas Citra
"Yeee beda dooonk... Kalo mas Anwar khan emang pelaut cit, jadi aku sering ditinggal pergi..." Bela Minda, "Eh kenalin dong Cit..."

"Udah lama Set...?" Tanya Citra basa-basi, " Eh iya... Ini ada yang mau kenalan nih..."
"Minda Ratnawati..." Kata Minda yang langsung mengulurkan tangan mungilnya, memperkenalkan diri.
"Seto Maryadi..." balas Seto sambil menjabat tangan Minda.

Melihat Seto bersalaman dengan minda, entah kenapa tiba-tiba Citra merasa cemburu. Buru-buru ia melepas tangan mereka berdua.
"Udah-udah... Nanti malah kesetrum.... Hihihi.." Selak Citra.
"Hihihihi.... Ada yang posesif nih yee..." Celetuk Minda 
"Hahahaha... Apaan sih....?" Jawab Citra.
"Iye..Iye... Nggak bakalan gw ambil kok Cit... Hihihi..." 
"Udah ah... kalo ngobrol mulu kapan jalannya nih..."
"Hihihihi... Iyeeeeee.... Yauda gih, sana jalan...."

Ketika Citra akan naik keatas motor Seto, tiba-tiba, entah darimana Pak Utet muncul diantara mereka.
"Loh neng Citra ga pulang bareng bapak...?" Tanya Pak Utet mencari tahu.
"Eh iya pak.... Saya baru inget... Hari ini saya ada janji pergi kerumah temen pak..." Ucap Citra bohong, "Nanti bapak langsung pulang aja yaa..."
"Kalo mau, bapak bisa anterin kok Neng..." Ucap Pak Utet tak mau menyerah.
"Nggak apa-apa pak... Aku sudah ada yang anterin..." Tolak Citra halus.
"Beneran Neng... Bapak anterin aja ya..." 
Tak menjawab, Citra hanya tersenyum sambil menggeleng lembut. 
"Ooohh gitu... Yaudah Neng... Hati-hati di jalan ya..." Ucap Pak Utet sopan seraya berlalu meninggalkan mereka bertiga.

"Ngotot banget tuh bapak tua Cit... Kok sampe ngebet banget nganterin kamu pulang...?" Tanya Minda dengan nada dan pandangan curiga."Kamu pelet ya...?"
"Hihihii... Iya donk... Nih... Weeeee...." Jawab Citra santai sambil menjulurkan lidahnya.

Citra tahu mengapa Pak Utet ngotot banget untuk mengajak dirinya pulang bareng bersamanya. Karena seharian ini Citra sama sekali tak menggubris keinginan lelaki tua itu ketika ingin menyetubuhinya dikantor, otomatis nafsu birahinya pasti sudah melambung tinggi. 

Berulang kali Pak Utet mengirimkan kode-kode permintaan seks buat Citra, tapi ia tak membalas sedikitpun. "Hari ini aku mau jalan dengan Seto paaaak.." Ucap Citra dalam hati, sambil berusaha terlihat sibuk. "Lagian tadi pagi khan kontol gatelmu sudah dapet jatah...." 

Dan seolah tahu dengan maksud Citra, Pak Utet mencoba untuk mengerti, jika Citra sudah terlihat sibuk begitu itu artinya, ia menolak ajakan mesumnya dengan cara yang halus. 

"Hahahaha... Yaudah... Ati-ati dijalan ya... Seto..." Wanti Minda, buat Seto.
"Loh kok Seto yang diperhati'in..?"
"Aaahh... Khan kalo ama kamu bisa ketemu kapan aja... Hihihi.." Geli Minda
"Huuuuuu........" Balas Citra sambil melambaikan tangan. 

***

"Hari ini kamu cantik sekali mbak..." Rayu Seto. 
"Ooohhh jadi kemaren-kemaren aku biasa aja nih...?"
"Hahahaha.... Enggak mbak... Bukan begitu... Hari ini cantikmu melebihi hari-hari kemaren..." Canda Seto yang tiba-tiba memeluk rubuh ramping Citra.
"Iiiihhh... Genit ah... Baru juga jalan udah peluk-pelukan gini..." Kata Citra genit.
"Hehehe.... Jujur ya mbak... Akhir-akhir ini aku tuh kangen banget ama kamu.. Jadi pas malam ini aku bisa ajak kamu jalan, rasanya tuh.... Luuuar biasa senengnya..."
"Kangen apa nafsu? Sampe keras gitu... Hihihi.." Celetuk Citra.
"Loh... Kok kamu tau mbak...? Emangnya keliatan ya...?" Kata Seto yang buru-buru membetulkan posisi selangkangannya.
"Gimana nggak keliatan...? Wong ngejendol gitu... Hihihi.." Jawab Citra sambil menunjuk tonjolan penis di pangkal kaki Seto. 
"Waduh...."
"Emang kamu ga pernah pake celana dalem ya...?"
"Engga..." Jawab Seto singkat, "Habisan celana dalem biasanya bikin kontolku kesempitan. Jadi susah ngacengnya.... Hehehe..."
"Huuuu... Ngacengan...." Seloroh Citra, " Genit sih.... ".
"Nggak apa-apa kali mbak... Namanya juga lagi jalan ama bidadari, jadi kalo ngaceng ya wajar. Hehehe.."
"Idih... Malu-maluin deh..."
"Malu apa maauuu...?" Goda Seto, "Beneran nih mbak... Aku sepertinya sedang jatuh cinta ama dirimu..."
"Dasar playboy... Jatuh aja sendirian, biar sakit... " Gemas Citra sembari mencubit pinggang Seto.
"Wadooowww... Pedesnyaaaa... " Kata Seto yang akhirnya semakin mempererat lelukan tangannya ditubuh Citra, "Aku cinta kamu mbak.."
"Aku enggak... " jawab Citra judes.
"Hahahaha... Muuuuuaaaah... " 

Tiba-tiba, Seto mengecup pipi Citra mesra, "Aku sayang kamu... Mbak cantikku..."

Merasa pria yang sedari dulu ia kagumi berkata seperti itu, membuat Citra seolah dimabuk kepayang. Detak jantungnya memompa darah begitu cepat, membuat wajah cantik istri Marwan itu bersemu merah. 

Akhirnya pintu theater dibuka. Seto yang merasa mengajak Citra mencoba memberikan pelayanan ekstra kepada wanita pujaannya itu. Walau ia tak membawa banyak uang, paling tidak cukup untuk membeli minuman dan makanan kecil pelengkap nonton.

"Yuk mbak... Filmya sudah mau mulai...." Ajak Seto.

Di dalam bioskop, Seto sengaja memilih tempat duduk di bagian bawah, jauh dari penonton yang lain. Dalam gelap, mereka berdua mulai tenggelam dalam perselingkuhannya. Saling goda, saling raba, dan saling rayu. 

"Kamu cantik mbak... " Selah tak ada bosan-bosannya, Seto selalu mengucapkan kalimat itu, "Beruntung sekali lelaki yang bisa mendapatkanmu... Seperti diriku malam ini... Aku benar-benar beruntung...." Ucap Seto lagi sambil meremas tangan Citra, lalu mengecupnya pelan.

Sembari menunggu filmnya mulai, Seto mencoba mendekatkan diri. Berulang kali lelaki playboy itu memuja kecantikan Citra. 
"Akhirnya... Malam ini akhirnya aku bisa juga mengajak kencan dengan wanita impianku...." Batin Seto sambil berulang kali menciumi tangan mulus Citra. Tak henti-hentinya, Seto mengagumi kesempurnaan tubuh wanita yang ada disampingnya itu. Kulitnya putih, bersih, mulus. Wajahnya ayu, bibirnya tipis, rambutnya panjang. Dan yang paling membuatnya sering menelan ludah birahi adalah, payudara Citra. Payudara berukuran ekstra besar itu selalu berhasil membuat benih-benih suburnya terbuang percuma dikamar mandi. 

Tak lama, lampu bioskop pun meredup, tanda film mereka segera diputar.

"Aku sayang kamu mbak... " Kecup Seto dipipi Citra seraya mulai memeluknya erat. Sepertinya Citra dan Seto sudah mulai tak tertarik dengan apa yang sedang ditayangkan di layar lebar. Perlahan, pelukan Seto berubah menjadi usapan, rabaan, dan remasan. Perlakuan Seto yang benar-benar gentlemen bak pangeran, membuat Citra semakin terbang ke langit saking senangnya. Ia semakin terpesona. Dibiarkannya tangan Seto yang mulai merabai dirinya.

"Kecantikanmu membuatku bingung mbak..." Kata Seto yang terus menciumi tangan Citra, "Aku tak tahu harus melakukan apa supaya bisa mendapatkan hatimu mbak..." Tambahnya lagi sambil mengusap rambutnya.

Tiba-tiba Seto muncium bibir Citra. Melumat bibir tipis itu dengan basah.
"Aku sayang kamu mbak..." ucapnya lagi. Seraya sesekali memaksakan lidah basahnya masuk kedalam mulut Citra, mengajak wanita cantik itu untuk mengadu lidah. 

Melihat Seto yang sudah begitu bernafsu, mau tak mau membuat Citra ikut panas juga. Iapun mulai membuka katupan bibir tipisnya dan membalas gulat lidah Seto sambil meremas kepala belakangnya dengan gemas.Tak lama, kedua insan itupun mulai asyik saling cium, saling peluk, dan saling raba.

Tenggelam dalam nafsu, kedua insan yang sedang jatuh cinta ini seolah gak lagi peduli akan film yang sedang mereka tonton. Seto juga berulang kali menciumi leher jenjang Citra, mengirim setrum-setrum nikmatnya asmara terlarang ke wanita cantik disampingnya itu. Tangannya juga mulai meraba payudara besar Citra dari luar blouse tipisnya, membuat Citra semakin kegerahan karena birahi.

"Astaga... Kamu cantik sekali mbak... " Kata Seto lagi, " Dan tetekmu.... Tetekmu besar sekali mbak... Membuatku nafsu banget...."
"Hooohhmmm... Aku juga Set..."

Tiba-tiba Seto meraih tangan Citra, lalu meletakkan di selangkangannya. "Mainkan mbak, jangan diam saja... Kocokin kontolku...."

"Astaga Set... Besar sekali..." Pekik Citra kaget ketika tangan berjemari lentiknya menyentuh batang hangat yang begitu keras, keluar dari resleting celana Seto.

Entah sejak kapan Seto mengeluarkan batang penisnya dari dalam celana. Walau dalam kegelapan ruang bioskop, penis Seto masih terlihat begitu gagah, menjulang tinggi jauh melewati sabuk celananya. Tertimpa sinar temaram layar bioskop, kepala penis itu begitu mengkilap.

"Seto sudah benar-benar terangsang..." Girang Citra dalam hati sambil berulang kali mengusap precum yang terus menerus keluar dari ujung mulut penis lelaki pujaannya itu. Sekilas, saking besarnya diameter batang penis Seto, Citra seolah menggenggam pergelangan tangannya sendiri. 

"Besar Sekali kontolmu Set..." Puji Citra yang terus menerus membolak-balik batang penis yang ada di genggamannya. "Emang memek Anissa ga sakit ya kalo kamu sodok pake kontol segedhe ini...?" Tanya Citra lagi penasaran.
"Hehehehe.... Awal-awal dulu sih dia hampir seminggu nggak bisa jalan mbak...?"
"Maksudnya...?"
"Memeknya bengkak.."
"Serius...?"

Jika dibandingkan, Citra merasa minder dengan Anissa. Penis suami mereka berdua bak langit dan bumi. Penis Marwan yang mungil berasa tak ada paa-apanya jika dibandingkan penis besar Seto. Karena ukurannya tak ada setengahnya.

"Ayo mbak... Kocokin yang kenceng... " Pinta Seto singkat sambil buru-buru melepas ikatan sabuk celananya, lalu ia membebaskan seluruh organ kejantanannya keluar dari celananya, " Remasin telorku juga mbak..." 

"GILA... INI BENAR-BENAR GILA..." Ucap Citra dalam hati, "Aku sedang melakukan hal mesum ditempat umum dengan lelaki yang bukan suamiku... "
"Santai saja mbak... Mereka nggak bakalan mengganggu kok..." Ujar Seto, seolah tahu kekhawatiran Citra, "Mereka juga melakukan hal yang sama..."
"Benar juga..." Batin Citra setelah ia menengok ke sekeliling. 

Tak jauh dari tempatnya duduk, terlihat beberapa pasangan yang juga telah mulai melakukan hal mesum yang sama dengan yang Citra dan Seto lakukan. Seperti cewek gendut di samping Citra yang sudah mulai menaik turunkan kepalanya, mengoral penis pasangannya. Bapak tua di belakang Citra, sudah mulai menciumi payudara wanita muda dengan ganas. Dan tak jauh didekat bapak tua tadi ada pasangan muda yang juga sudah mulai berciuman hebat, bergulat dalam nafsu tanpa menghiraukan keadaan sekelilingnya. Walau di bioskop itu ada petugas yang menjaga, namun sepertinya ia tak mempedulikan dengan apa yang dilakukan para penonton. 

"Terus mbak... Kocok yang kenceng... Shhh...." Pinta Seto
Citra hanya tersenyum sambil mengangguk pasrah. Jari jemarinya menari-nari sepanjang penis Seto, mengikuti urat-uratnya yang bertonjolan, seraya sesekali meremas dan mencubit testis penuh rambut milik Seto. Dengan terus membisikkan rayuan-rayuan maut, Seto berinisiatif, ia mulai membuka kancing blouse Citra satu persatu, hingga menampakkan bulatan payudara Citra yang terperangkap tangkupan bra. 

"Kulit tetekmu putih banget mbak... Mulus..." Puji Seto sambil mengecupi bra dan payudara Citra. Dengan gemas, Seto meremasi payudara Citra dari luaran branya. 
"Aku buka bra mu ya mbak...?" 
Hanya anggukan pasrah yang dapat Citra berikan.

Dengan satu sentakan, Seto mengangkat bra Citra ke atas, membebaskan gundukan daging kebanggaan Citra. Seketika itu, kedua payudara Citra meloncat, turun kebawah dan menjuntai dengan indahnya.

"Cuuupp... Tetekmu indah sekali mbak... Besar... Empuk..." Kecup Seto berulang kali sambil mengusapi puting Citra yang sudang mengacung keras.
"Ohhh Seeetooo... Ssshhh... "Ujar Citra sambil meremas rambut suami temannya itu. 

Walau ini bukan perselingkuhan pertama Citra, namun perlakuan lembut Seto membuatnya berdebar tak karuan. Birahinya melambung begitu cepat, jauh lebih cepat daripada dibandingkan dengan perselingkuhan-perselingkuhan sebelumnya.

"Enak sekali Seeeet... Terusss..." Desah Citra keras tanpa malu, seolah mulai tenggelam dalam birahinya. 

Tiba-tiba Seto melahap seluruh payudara kiri Citra, lalu dengan kecepatan tinggi ia memasukkan tangan kikrinya kedalam rok pendek Citra. Dielusi paha dalam Citra sambil terus melumat payudaranya. Sembari mengelusi menikmati kehalusan paha dalam Citra, jemari Seto dengan lincah mulai menyelinap masuk semakin jauh kedalam celana dalam Citra. 

" Woow... Gundul..." Ujar Seto yang merasa jemarinya sama sekali tak menemukan sehelai rambutpun di kemaluan Citra, "Licin banget mbak.. Kaya memek anak SMP...."
"Eeehhmmm. Enak banget Set..." Desah Citra keenakan, "Terusin sayang... Mainin Itilku..." Lenguh Citra disela-sela aktifitas meremas dan mengocok penis Seto 
"Kamu udah horny ya mbak...?" Tanya Seto penasaran, "Memek kamu sudah basah banget..." Kata Seto lagi sembari mentowel-towel tonjolan klitoris wanita Citra yang mulai menegang keras. Membuat celah kewanitaan Citra semakin membanjir basah. 

Iseng, Seto sengaja menggesek-gesekkan jari tengahnya di sepanjang mulut vagina Citra, mengorek lelehan lendir yang keluar dari liang kenikmatannya. "Lendir kamu enak banget mbak..." Kata Seto sembari mengecapi lendir yang ada di jemari tangannya. "Wangi juga...."
"Ooohhh... Suka kamu Seet..? Oohhmm... Gosek terus Settt..."
"Suka banget mbak.... Pasti rasanya juga Eehhhmmmm.... Legit ya mbak...."

Tak mampu berkata apa apa, Citra hanya bisa menggigit bibir. Kepalanya mengangguk-angguk mengiyakan.
"Hehehe.... Nakal....Sluuurrrppp.... Ccup cuppp.... Sluuurrrpp..." Suara mulut Seto yang kembali sibuk menyeruput puting payudara Citra.
"Jilat terus set... Jilat sesukamu..." Desah Citra manja.

NCAK NCAK NCAK NCAK... Suara basah kemaluan Citra yang juga mulai dikobel jemari Seto.

"Seto....Oooohh... Terus Set..." Erang Citra sambil meremasi rambut Seto. Membenamkannya dalam-dalam kearah payudara empuknya.

Tiba-tiba, tubuh Citra menggeliat,dan mulai bergetar. Rupanya, gelombang orgasme Citra mulai menyapanya. 

"Entot aku Set.." Pinta Citra Tiba-tiba, "Aku udah nggak kuat lagi..."
"Beneran mbak....?"
"Ayo buruan... Aku udah bener-bener nggak tahan..."

Melihat penonton lain juga banyak yang tak konsen, membuat kenakalan Citra mulai tak terkendali. "Yuk Set... Entot aku sekarang...."


Akhirnya dengan gerakan cepat, Citra dan Seto segera melepasi bawahan mereka masing-masing. Seto menurunkan celana kainnya hingga sebatas paha, dan Citra buru-buru melepas celana dalamnya lalu menyimpannya ke dalam tasnya.

Dengan senyum birahi yang mengembang lebar, Seto lalu meminta Citra supaya berpindah untuk duduk diatas pangkuannya. Tanpa basa-basi Citrapun langsung mengiyakan. Dibantu jemari tangan lentik Citra, ia lalu menidurkan batang penis seto searah dengan lubang vaginanya lalu mendudukinya. Rupanya Citra ingin merasakan kenikmatan gesekan urat penis seto terlebih dahulu.

"Ohhh mbak... Enak bangeeet...." Ucap Seto yang mulai mencumbu leher jenjang Citra sembari memeluk wanita bertubuh ramping itu dari belakang. "Yuk mbak masukin... udah basah banget nih kontolku...." Kata Seto sembari terus meremasi kedua payudara Citra yang sudah terekspos jelas, sambil mempermainkan puting payudaranya.

Akhirnya, setelah merasa batang Seto sudah cukup basah oleh lendir kewanitaannya, dengan satu gerakan singkat, Citra mulai mengangkat pinggulnya dan mengarahkan kepala penis Seto kelubang vaginanya.. 
"Hmmmpppfff... Erang Citra ketika kepala penis Seto mulai membelah liang vaginanya lebar-lebar. "KONTOLMU BESAR SEKALI SEEETTT...." Raung Citra lagi.

Kelojotan tak karuan. Citra seolah sedang berusaha memasukkan botol minuman mineral ke dalam vaginanya. Besar sekali, sampai-sampai perlu beberapa kali tusukan hingga kepala penis Seto mulai bisa melewati gerbang kemaluan Citra. 
"Ooooogghhhh... Mbaaakkk... Sempit bangeeettt..." bisik Seto yang merasakan jika batang penisnya melengkung-lengkung ketika ingin memasuki lubang kenikmatan Citra yang berukuran kecil. 

Susah sekali. Walau vagina sempitnya sudah benar-benar basah, tetap saja kepala penis Seto tak dapat menerobos masuk. 
"Mungkin kontolku masih kurang basah kali mbak...." Bisik Seto mencoba mencari titik permasalahannya.

Tak ingin membuang banyak waktu, Citra segera mengulangi gerakan maju-mundur pinggulnya, mencoba membasahi kepala penis Seto dengan bibir vaginanya lagi. Dan setelah beberapa kali usapan basah itu melumuri penis Seto, dengan satu gerakan pinggul, Citra menaikkan lagi pinggulnya dan berusaha menancapkan penis Seto kedalam vaginanya lagi.
"Heeeeeekkkkhhh...?" Erang Citra terheran-heran, " Padahal sudah tiap hari kontol besar pak Utet membongkar vaginaku... Tapi kenapa kontol Seto tak juga bisa masuk..?"

Karena Citra tak juga berhasil memasukkan penisnya, mau tak mau membuat Seto gemas. Sembari terus mengecupi tengkuk Citra, Seto pun meraih pundak wanita cantik itu. Lalu dengan satu gerakan singkat, Seto menurunkan pundak Citra keras-keras kebawah, memaksa bibir vagina Citra yang masih sempit supaya menerima tusukan penis keras Seto lebar-lebar. 

"OOOHHHHH..... HHHHEEEEEEEEEGGGGGHHHHHH......" Erang Citra Spontan yang disusul dengan teriakan kesakitan, "AAAAARRRRRGGGGHHHHH....." Dengan keras, Citra membenamkan cakaran kuku tangannya ke paha Seto, menandakan jika sakit yang ia terima tidaklah main-main.

Karena merasa kesakitan, Citra berusaha bangkit dari pangkuan Seto, namun tak diperbolehkan. Tangan Seto tetap menahan Citra supaya tetap posisinya. Karena sudah kepalang tanggung, Seto kembali memaksakan kepala penisnya supaya dapat bisa segera bertamu ke liang vagina Citra.
"SSSSSHHH.... SEEEETTTT.... GA MUUUUAT SEEETT...." erang Citra kesakitan sambil terus mencengkeram paha Seto. Dengan satu tangan Citra mencoba menutup mulutnya, berusaha untuk menyamarkan erangan-erangannya. Beruntung, suara teriakannya agak teredam oleh suara bising film. Sehingga tak seberapa ketara oleh penonton bioskop lainnya.

"Sabar mbak... Tahan bentar yaa..." Kata Seto sembari kembali menurunkan pundak Citra kebawah.
"..... HHHHEEEEEEEEEGGGGGHHHHHH......" Sekali lagi Citra mengerang tertahan.

CLEEPPPP

Akhirnya, usaha Seto mulai membuahkan hasil, dengan usaha yang cukup keras kepala penis berhasil menerobos ketatnya gawang pertahanan vagina Citra.
"OOOuuuuuggghhh.... Legit banget memekmu mbak.." Ucap Seto agak lega.
"Saakiiiit..."
"Iya mbak... Tahan yaaaa.... " Ucap seto lagi sembari terus berupaya menurunkan pundak Citra supaya semakin turun kebawah. "Ayo renggangin tangannya mbak... Biarin memekmu menerima tusukan kontolku.
"Pelan-pelan Seeett... Saaakiiiiiittttt... Hhhh..Hhhh... " Bisik Citra berusaha tenang sambil mencoba menyesuaikan diri dengan penis besar Seto, "Bisa sobek deh memek aku..."
"Tahan ya mbaaakku sayaaanggg.... Bentar lagi pasti terasa enak..."
"Kena sodokan kontolmu, aku seperti berasa perawan lagi Set..." 

***
***


Walau sudah bukan perawan lagi, namun bercinta dengan Seto kali ini, membuat dirinya merasa seperti gadis yang belum pernah melakukan persetubuhan. Ibarat lagu Cita Citata, "Sakitnya tuh disini..." (sembari menunjuk kearah vagina moleknya)

Besarnya penis Seto membuat Citra mengerang-erang kesakitan. Namun anehnya, sakit ini membuat dirinya penasaran. Citra merasa ingin lebih disakiti lagi dengan penis Seto. Entah karena cinta atau nafsu, sakit yang Citra rasakan ketika vaginanya dipaksa melar supaya dapat menampung ukuran penis Seto, membuat dirinya merasa ketagihan.

"Seperti ngentotin botol air mineral..." Kata Citra dalam hati sambil berusaha menikmati sakit di vaginanya.

Baru kali ini Citra merasakan kesulitan untuk bercinta. Dan ia sendiri tak mengerti kenapa sebabnya. Apakah karena vaginanya memang terlalu sempit, atau karena penis Seto yang memang benar-benar besar. Selain itu, Citra juga tak mengerti, kenapa nafsu birahinya kali ini terasa begitu menggebu, melebihi nafsu ketika bercinta dengan Marwan suaminya, atau dengan Pak Utet rekan kerjanya dikantor. Yang jelas, persetubuhan dengan lelaki yang bukan suaminya kali ini benar-benar membuat semua sensor birahi ditubuhnya melambung tinggi.

Terlebih mereka sedang melakukan persetubuhan itu ditempat umum.

Mencoba menyesuaikan diri, Citra meminta kepada otaknya supaya melemaskan semua otot vaginanya. Ia ingin cepat-cepat merasakan, sejauh mana vaginanya mampu menelan penis selingkuhannya itu. Karena sejauh ini, baru setengah panjang batang penis Seto saja yang sudah masuk ke dalam tubuhnya.

"Memek istri orang memang juara mbak.... Terlebih istri orang seperti dirimu.." Puji Seto disela-sela usahanya menyodokkan penisnya ke dalam vagina Citra. "Legit banget... Sempit.. "
"Eeehhmmmm..." Balas Citra tanpa mengucapkan sebuah kata apapun.
"Jepitan memekmu membuatku melayang mbak..."

Berpegangan tangan ke bangku bioskop yang ada di depannya, Citra berusaha menahan badannya supaya dapat terus menekan pinggulnya turun. Melahap penis besar Seto yang masih berupaya masuk lebih dalam ke tubuhnya. Berulang kali, Citra juga menocoba membantu usaha Seto dalam mengegolkan sodokannya dengan menggoyangkan pinggulnya naik turun. Ia harus mencoba beradaptasi dengan mainan barunya secepat mungkin.

Hingga akhirnya. 

CLEEEEPPPP

Penantian Citra pun membuahkan hasil. Walau terasa begitu menyakitkan, tapi akhirnya ia dapat merasakan titik terjauh dari penis suami Anissa itu menusuk dirinya.
"Sodokan kontolmu berasa sampai ulu hati Set..." Bisik Citra pelan. Ia menegok kebelakang dan berusaha melihat raut wajah mesum Seto yang sedang keenakan.
"Sakit mbak..?"

Tak menjawab, Citra hanya menggeleng-gelengkan kepalanya sambil tersenyum. 
"Enaaak..." Rintih Citra halus, berusaha tak memperlihatkan wajah kesakitannya.

Dengan bertumpu pada kursi bioskop didepannya, Citra mulai menggoyangkan pinggulnya. Maju mundur, maju mundur, dengan sesekali memutar. Walau pelan, Seto merasa jika gerakan Citra benar-benar meremas dan memijat batang penisnya kuat-kuat. Terlebih karena ketatnya jepitan otot vagina Citra, semakin membuat dirinya benar-benar merasa sedang bercinta dengan gadis remaja. Bedanya, gadis ini sudah mahir dalam memberikan kenikmatan kepada lelaki lain.

Tak mau tinggal diam, Seto pun membalas goyangan pinggul Citra dengan sodokan-sodokan kecil keatas. Membuat tubuh mungil Citra meloncat-loncat pelan. Terkadang, tangan Seto mengikuti gerakan tubuh Citra dengan memeluk pinggulnya, atau mencubit-cubit kecil puting payudaranya dari belakang.

"Enak banget mbak..." Desah Seto pelan. Digigitnya telinga Citra, lalu dikobelnya vagina wanita jelita itu.
"Eehhmmm...." Rintih Citra lagi.

Perlahan tapi pasti, persetubuhan Citra dan Seto semakin liar, namun hening. Walau tak sedikit penonton yang juga sedang melakukan persetubuhan seperti mereka saat ini, Citra dan Seto tahu, jika apa yang mereka lakukan adalah hal yang benar-benar terlarang. 

"Ini adalah perselingkuhan terliarku..." Batin Citra. "Ditempat umum pula..."
"Bagaimana jika ada orang yang kenal diriku...?"
"Bagaimana jika setelah ini kami ditangkap security bioskop karena telah melakukan tindakan tak senonoh ditempat umum..?"
"Bagaimana jika setelah itu aku dibawa ke kantor polisi atau dilaporkan ke Mas Marwan perihal perselingkuhanku ini....?"
"Bagaimana jika.........."

Beribu pikiran terbayang-bayang di benak Citra. Antara takut, khawatir, penasaran, sakit dan senang, semua menjadi satu. Berkumpul di dalam otaknya hingga ia tak mampu memikirkan apapun lagi. Yang pasti, saat ini, ia ingin segera mendapatkan hadiah orgasme terindah dari perselingkuhannya dengan Seto mariyadi

"Aku mau keluar Set..." Desah Citra yang tiba-tiba merasakan jika gelombang orgasmenya yang tadi sempat hilang, muncul kembali.

Seolah tenggelam dalam birahi, Citra tak lagi peduli dengan segala kemungkinan yang terjadi dari apa yang sedang ia lakukan saat itu. Menyambut orgasmenya, Citra segera memaju mundurkan gerakan pinggulnya dan menggeseki penis besar Seto dengan cepat. Sesekali, ia menaik turunkan serta memutar pinggulnya guna memberikan sensasi pelintiran vagina sempitnya sembari memerah batang penis Seto kuat-kuat.

Tak terasa, butiran keringat mulai basah menetes. Membasahi tubuh kedua insan itu. Udara dingin bioskop tak mampu meredam panasnya gejolak birahi mereka berdua. Saling gesek, saling genjot, saling pelintir. Posisi Citra yang duduk melayang setengah nungging itupun dirasanya begitu menguras stamina. Pahanya terasa begitu lemas, sehingga akhirnya, Citra tak kuat lagi menopang pantatnya dan akhirnya ia terduduk pasrah di pangkuan Seto. 

Ouuuhh... Aku mau keluar Set... " Jerit Citra pelan," Ayo Set... Remas tetekku kencang-kencang.... Remas yang kencang..."
"Aku juga mau keluar mbak... 
Kita keluar bareng Set... Ooohhh..
Iya mbak.... Shhh.... Mau aku keluarin dimana?

Tak peduli dengan kemungkinan hamil, Citra hanya menjawab, "Didalam aja set.... Semprotin yang banyak.... pejuhin memekku seeettoooo.."

Mendengar kalimat Citra, Seto semakin mempercepat sodokan penisnya. Menyorongkan pinggulnya kuat-kuat kearah depan, hingga membuat tubuh Citra terpental-pental. Begitu pula dengan Citra, demi mendapatkan kenikmatan orgasmenya, ia juga menekan-nekankan vaginanya kebawah supaya dapat menelan batang penis Seto lebih dalam, sambil terus berpegangan erat pada sandaran kursi didepannya.

NGIK NGIK NGIK.

Derik suara kursi terdengar dengan jelas. Semakin lama semakin cepat. Merasa sudah kepalang tanggung, mereka seperti sudah tak menghiraukan lagi keributan yang ditimbulkan dari persetubuhan mereka.

NGIK NGIK NGIKNGIK NGIK NGIK

Derik itu terdengar makin cepat, seiring Genjotan Seto ke vagina Citra.

"Oooohhh ohhh ohh... Terus Set... Teruuusss...." Jerit Citra yang benar-benar tak mempedulikan kesunyian bioskop tempat mereka menonton. "AKUUUU KEEELUUUUAAAAAR... OOOOUUUUHHHH AKU KELUUAAARRRRRR.... " Jerit Citra sambil mancengkeram paha Seto dengan kuku-kuku tajamnya. Tubuhnya menggelijang hebat. Menggelepar maju mundur disertai dengan suara desahan nafas kepuasan yang tak kunjung berhenti. 

Melihat gelagat tubuh Citra, Seto langsung tahu, jika wanita yang sedang berada di pangkuannya sedang mendapatkan gelombang multi orgasme. Dan buru-buru saja, ia mendekap tubuh Citra erat-erat, menjaga supaya ia tak terjatuh karena gelijang-gelijang hebat tubuhnya. Vagina Citra juga mendadak terasa lebih sempit, membuat Seto merasa jika batang penisnya dipijat dengan hebat.

Tak mampu lagi menahan rasa enak karena pijatan vagina Citra, Seto mulai merasakan luapan gelombang orgasmenya, dan beberapa detik kemudian suami Anissa itupun segera menyusul orgasme Citra.

RET CRETCET CET CET

Aku keluar mbaaaakkk.. AKU KELUAAARRRHHH..." Erang Seto sambil menghujamkan batang penisnya dalam-dalam ke depan. Menghantarkan jutaan benih-benih subur jauh kedalam rahim vagina Citra. tangannya meremas payudara Citra.

CROT CROOT CROCOOOTT...

Sejenak, mereka berdua terdiam. Suasana kembali hening. Hanya terdengar hembusan nafas mereka berdua. Terengah-engah nikmat.

"Kontolmu enak sekali Set.. " Kata Citra sembari mengatur nafasnya. Vaginanya terus berkedut, dan mengeluarkan lendir orgasmenya.
"Memekmu juga mbak... Pijatannya legit..." balas Seto dengan nada lelah.

Sambil dalam posisi yang masih berpakuan, mereka berdua berusaha memulihkan staminanya. Walau melakukan persetubuhan singkat, rasa capeknya yang mereka rasakan seperti habis melakukan lari 10 kilometer tanpa henti. 

BLLAAAP

Ketika sedang enak-enaknya menikmati sisa-sisa orgasmenya, mereka tiba-tiba dikagetkan oleh suasana terang benderangnya lampu bioskop. Citra dan Seto sama sekali tak menyadari jika film yang seharusnya mereka tonton itu ternyata telah usai.

"Yuk mbak... Pake baju dulu... Filmnya sudah selesai..." Pinta Seto sambil membantu Citra berdiri dari pangkuannya dan memindahkan ke sebelah kanan. ketempat duduknya semula.

PLOP

"Oohhh... Shhhhh.... Enak banget Set..." kata Citra yang merasakan penis besar Seto terlepas dengan cepat dari vaginanya. seketika itu, sperma subur Seto pun turut meleleh keluar dari dalam vagina Citra. saking banyaknya, sampai-sampai tak sedikit sperma itu mengalir keluar dan menetes ke kursi bioskop. menggenang di tempat duduk, diibawah selangkangan Citra. 

"Mbak... Buruan pakai bajumu mbak... Sebelum orang-orang turun... " Tambahnya lagi . Cepat-cepat Seto memasukkan penis tegangnya yang masih berlumuran sperma dan lendir kewanitaan Citra kedalaman celana panjangnya.

"Hhhh.... Hhhh....Iya... Bentaran....." Jawab Citra singkat sembari masih mengatur nafas orgasmenya yang masih terengah-engah.

Namun, walau sudah mendengar anjuran Seto, alih-alih membetulkan pakaiannya, ia malah memejamkan mata tanpa sedikitpun melakukan sesuatu. Rupanya, Citra masih dalam kondisi multi orgasme. Karena terlihat jelas, beberapa kali setelah ia orgasme, badan Citra yang semula tenang, tiba-tiba kelojotan sendiri, mirip orang yang terkena ayan. 

"Wooowwww... Enak banget nih..."Celetuk seorang pria yang lewat disamping tempat duduk Citra dan Seto.
"Mau dong diajak ngentot bareng..." Sahut temannya lagi.
"Iiihh.. nggak tahu malu ya pak..? Masa begituan ditempat umum..." Bisik ibu-ibu pada suaminya.
"Iya bu... Mana ga ditutup lagi tuh baju.." balas suami ibu itu tadi sambil terus menatap mesum ke arah payudara Citra yang masih keluar dari blousenya.

Rupanya, karena tempat duduk mereka dekat dengan akses jalan, membuat apa yang telah mereka perbuat dapat terlihat dengan mudah oleh orang yang berjalan turun. Apalagi ditambah Citra belum juga mau membetulkan pakaiannya, membuat banyak penonton bioskop itu yang melihat ketelanjangan dirinya. Dengan blouse yang terbuka, bra yang terangkat sampai keleher, membuat payudaranya terekspos dengan jelas. Selain itu, rok pendek Citra pun sepertinya belum tertutup rapat. Bawahan rok itu masih terangkat setinggi pinggang, membuat paha mulus dan vagina gundulnya dapat terlihat orang lain tanpa halangan sedikitpun. Benar-benar pemandangan yang merangsang konak.

Namun walau banyak yang mencemooh ke arah Citra dan Seto, tak sedikit pula yang memuji dan mengambil keuntungan dari kondisi Citra yang masih 'terbang' karena nikmat orgasmenya.

"Eh coy... Hebat juga lo berani ngewe disini...." Puji salah seorang pemuda sambil memberikan acunan jempol ke arah Seto. "Ayo nyet.. Photo gw..." Pinta pemuda itu pada temannya sambil berpose di sebelah Citra. "Pasti'in muka gw kelihatin bareng tetek besar mbak ini yak..."
"Busyet... tuh cewek lo kenapa bro...? Kok klejet-klejet gitu...?" Tanya pria yang lain lagi,"Wah parah... Lo pasti suka make cewe yang lagi sakau ya...?"
"Ceweknya cantik mas... Pasti sewanya mahal ya...?" tanya bapak-bapak yang ikuran memphoto tubuh telanjang Citra, "Bagi nomor telephonnya dong..."

Tak menghiraukan semua ucapan orang. Seto langsung berinisiatif untuk segera mengakhiri pertunjukan 'GRATIS' Citra. Buru-buru, ia menepuk-nepuk pipi mulus Citra, berharap supaya wanita itu dapat segera tersadar. 
"Mbak... Ayo bangun mbak... Sadar..." Kata Seto lirih "Ayo pakai bajunya...."
"Bentaran Set... Memek aku ngilu.... Oooohhh..." Ucapnya sebelum lagi-lagi kelojotan. "Ennnnaaakkk...."

"Haaaalaaaah... Parah juga nih cewe kalo lagi sange.... Benar-benar seperti kebo congek..." Batin Seto yang mau tak mau akhirnya membetulkan pakaian Citra seorang diri. Membiarkan wanita idolanya itu menyelesaikan gelombang orgasmenya. 

"Yuk mbak... Kita pulang..." Kata Seto sambil merangkul tubuh Citra, mengajaknya beridiri. 
"Aku nggak bisa gerak Settt.... Geli bangeett memek akuu...Ssshhh.... " bisik Citra yang tak mengerti kenapa tubuhnya bisa kacau seperti itu. Walau sekuat apapun dirinya mencoba melawan rasa nikmat itu, pada akhirnya masih tetap kalah juga. Berulang kali vagina Citra masih merasakan keenakan denyut orgasmenya, lututnya selalu terasa lemas, dan selalu jatuh ketika ia mencoba bangun dari duduknya.
"Hahaha... Sumpah mbak... Kamu lucu kalo abis ngecrot..." Kata Seto yang setelah menutup tubuh telanjang Citra sekadarnya, menggendong Citra keluar gedung bioskop
.
"Kamu capek nggak mbak... ?" Tanya Seto, "Kalo enggak, kita makan dulu yuk.... Aku lapar.... Setelah itu, baru kita pulang...
"Iya... aku juga lapar..."
"Kita makan di foodcourt atas aja ya...?"
"Oke... tapi kamu gendong aku terus ya..."

Melihat dua orang dewasa gendong-gendongan, membuat orang yang melintas disekitar Citra dan Seto seperti keheranan. Terlebih gendongan Citra terlihat begitu serampangan. Rambutnya kusut, bajunya compang-camping, dan roknya terangkat hingga setengah paha. Benar-benar bukan pemandangan yang sehari-harinya bisa dilihat di tengah keramaian mall. Melihat orang-orang sekitar memberi pandangan heran, entah kenapa membuat pikiran mesum di otak Citra semakin nakal. 

Tak lama, mereka tiba di foodcourt. Segera saja, Seto meletakkan Citra di sebuah sofa, lalu memesankan makanan dan beberapa camilan untuk memulihkan stamina Citra. 
"Kamu harus banyak makan ya mbak.. " Saran Seto,"Biar kuat..."
Tak menjawab, Citra hanya tersenyum simpul melihat betapa perhatiannya lelaki yang duduk diseberang mejanya. 
"Kamu kenapa mbak? Kok ngeliat akunya seperti itu...?"
"Hihihi... Nggak tahu Set... Suka aja aku ngelihat kamu..."
"Hahahaha... Kamu kesambit Setan Horny kali ya..? Sampai segitunya ngelihat aku..."
"Yeeee.. Yaudah kalo nggak mau diliatin...." Ucap Citra sambil mulai menyantap makanan yang sudah tersaji dihadapannya, "Enak set... Yuk coba cicipin..." ucap Citra lagi. 
"Kelaparan kamu mbak...? S kalap gitu makannya... Emang mau kejar Setoran yaaaa...?"
"Enak aja Setoran... Emangnya aku supir angkot...?"
"Habisan kamu makan seperti nggak bakal ada hari esok..."
"Hihihi... khan mumpung dibayarin..."
"Hahaha... dasar wanita ogah rugi..." Celetuk Seto, "Eh iya mbak... Emangnya tadi kamu kenapa...?"
"Nggak tahu Set... "
"Kok sampe kaya orang ayan gitu..?"
"Iya ya...? Aku lupa kenapa sebabnya... Pokoknya setelah orgasme tadi, nggak tahu kenapa, tubuhku kok tahu-tahunya lemas... Kelojotan-kelojotan aneh gitu..."
"Keenakan kali mbak...? Hehehehe...."
"Iya kali ya... Hihihihi..." Ucap Citra sambil tersipu-sipu, "Tapi itu tadi memang orgasme terdahsyat yang pernah aku rasakan selama aku pernah bersutubuh Set..."
"Kamu cantik mbak..." Kata Seto yang buru-buru mengamit tangan Citra dan mengecupnya perlahan, "Makasih mbak... "
"Iya Set.... Sama-sama..." Balas Citra sambil mengecup tangan Seto.. 

Dalam keramaian foodcourt, mereka hanya diam sambil saling berpandangan.
"Set... " Panggil Citra lirih. Ia beranjak dari kursinya dan berpindah duduk kesamping Seto.
"Ya mbak...."
"Akhirnya aku bisa merasakannya..."
"Merasakan apa mbak...?"
"Merasakan gimana rasanya jatuh cinta dengan suami temanku..." balas Citra dengan mata sayu, "Kamu membuatku jatuh cinta Seto..." Ucapnya lagi sambil mencium bibir Seto mesra, mendekap tubuh kurus lelaki itu kuat-kuat.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar